LightReader

Chapter 5 - Mempersiapkan Diri

Ditengah perjalanan Storm meninggalkan Tatsuya dan lainnya karena ada urusan yang harus diselesakan dulu sebelum mengambil kunci bersama mereka nanti.

"Mau kemana Storm?... "Ricky bertanya karena Storm seperti menyembunyikan sesuatu dari mereka.

"Ada sesuatu yang harus kuselesaikan!..

"Sampai jumpa, "Storm berlari meninggalkan mereka bertanya tanya kemana Storm pergi.

Tatsuya menyuruh mereka kembali saja karena Storm pasti tidak berbuat ulah lagi Ferdi dan Ricky mengangguk paham dan kembali kepesawat karena hari sudah sore sebentar lagi malam tiba.

"Bukkk, Storm menabrak seseorang dengan sigap Storm memegang tubuh yang ditabrakny agar tidak jatuh ketanah.

"Jangan lihat! "Jangan lihat!... "Storm menutup kedua matanya karena tubuh yang dipegangnya ternyata tubuh wanita sangat cantik.

"Dia tampan sekali tapi sayangnya sikapnya seperti anak anak, "Wanita yang dipegang Storm kagum dengan ketampanan Storm meski terlihat bodoh begitupun Storm mengintip matanya dan terpesona dengan wanita itu dan kembali menutup matanya agar tidak ketahuan.

"Maafkan aku!... "Storm melepaskan pegangannya sambil meminta maaf karena tidak sengaja menabraknya.

"Tidak apa!

"Perkenalkan namaku Lucy Vaxley, "Lucy menyodorkan tangannya memperkenalkan dirinya yang ternyata anak dari Johan Vaxley pemilik perusahaan Endles.

"A..ku Storm Realms, "Storm menjabat tangan Lucy sambil gemetaran karena sudah mencuri barang milik ayahnya dulu.

Setelah berkenalan Storm mengambil jam tangan yang pernah dicurinya sambil menundukkan kepalanya ingin mengembalikan karena Sky melarangnya mencuri barang milik orang lain. Lucy mengambil jam tangan lalu memperhatikan dengan seksama setelah lama mengamatinya Lucy menyuruh melihatnya. Storm tahu jika Lucy pasti akan menahannya dipenjara akibat ulahnya sendiri dengan perlahan Storm menegakkan kepalanya yang pasrah.

"Ini ambillah!... "Lucy mengembalikannya kepada Storm.

Lucy menjelaskan jika ayahnya sudah mengikhlaskannya dan sekarang ayahnya membuat barang yang lebih canggih dari jam tangan yang dipegang Storm. Storm tampak senang karena Lucy tidak membawanya kepolisi melainkan memberikan jam tangan itu.

"Terima kasih Lucy, "Storm mengucapkan terima kasihnya kepada Lucy sambil berdiri.

"Sama sama Storm, "Balas Lucy sambil tersenyum manis.

"Huh selamat, "Storm menyapu dahinya yang berkeringat dengan lega.

Storm ingin kembali kepesawat tidak jadi menjual jam tangan yang sekarang sudah menjadi miliknya. Storm menemani Lucy pulang sambil memikirkan tentang kunci yang disuruh Jhon mengambilnya.

"Sampai ketemu lagi, "Lucy memasuki rumahnya yang mewah sambil melambaikan tangannya kepada Storm.

Storm terpelongo jika rumah sebesar ini dihadapannya ternyata rumahnya Lucy tak membuang waktu Storm bergegas berjalan dimalam hari meninggalkan rumah Lucy.

"Pergi sendiri apa mengajak mereka ya?... "Storm bingung ditengah jalan karena jika pergi sendiri pasti sangat berbahaya ditambah ada monster berkeliaran disana tapi kalau mengajak mereka mungkin saja jauh lebih berbahaya.

Setelah sampai didepan pesawat Storm langsung masuk kedalam sambil memikirkan pergi sendiri atau mengajak mereka. Storm tiba diruangan kemudi pesawat yang sudah ada mereka menunggu Stom pulang Storm bersandar didinding pesawat sambil mengelus elus kepalanya sedikit pusing.

"Mungkin ini yang terbaik!... "Storm memutuskan mengajak mereka semua mencari kunci yang berada ditempat yang jauh dan dipenuhi banyak monster.

"Jadi kau ingin pergi kesana?... "Sky tahu tempat yang dimaksud Storm sangat berbahaya.

"Semuanya kita berangkat besok pagi karena pesawat ini sudah bisa terbang tapi masih ada bebeapa mesin pesawat yang harus diperbaiki, "Saber menyetujui ajakan Storm.

"Lebih baik menyediakan barang barang yang diperlukan saat berada disana nanti, "Ferdi mengusulkan sarannya.

"Yoshh, "Tatsuya, Ricky dan Storm setuju saran Ferdi.

Ditengah malam yang sunyi semua orang dipesawat tertidur pulas kecuali Saber dan Storm yang saat ini Storm bejalar bertarung dari Saber karena dulunya Saber dikenal robot petarung yang tangguh. Sky hanya menonton mereka berlatih sambil memberi tahu Storm titik lemah Saber yang berada dikepalanya.

"Huhhh! "Storm kesulitan menumbangkan Saber.

"Hiyaat, "Storm mengepalkan tinjunya dan mengenai kepala Saber dan benar saja Saber terjatuh seperti mengalami error.

Melihat Storm panik Sky menghampiri Saber dan memperbaikinya dengan mudah.

"Kau sudah kuat Storm!... "Setelah kembali normal Saber memuji Storm yang bisa mengetahui kelemahannya.

"Saber kau juga kuat, "Storm juga memuji Saber karena sudah mengajarinya bertarung selama tiga bulan akhir akhir ini dan sekarang pertama kalinya bisa mengimbangi Saber.

Storm kembali kekamarnya dengan kelelahan setelah berbaring kasur memandangi langit langit kamar Storm tersenyum.

"Mereka semua adalah orang yang berharga bagiku!...

Storm merasa beruntung karena mempunyai tiga temannya yang mau menjadikannya teman tak lupa juga Saber dan Sky selalu mengajarinya dengan senang hati tak lama setelah itu Storm tertidur pulas memasuki alam mimpi.

More Chapters