FLASHBACK ON,
saat sudah bel pulang berbunyi aku dengan cepat cepat untuk menemui Maura. dia harus dengan segara mengobrol berdua agar bisa meminta maaf secepatnya.
ia tidak mau berlama lama menjauh dari Maura. dia tidak bisa dan sepertinya tidak akan bisa karena sudah benar benar jatuh cinta. benci jadi cinta itu benar adanya dan sedang ia alami sekarang.
"aku bisa bicara dengan kamu?"
Maura hanya terdiam dan menatap Karina namun, begitu Karina mengangguk Maura langsung meng-iyakan permintaan Erlan. syukurlah, ia masih bisa berbicara berdua dengan Maura.
kini mereka berdua sedang berada di parkiran sekolah yang memang cukup sepi.
"aku mau meminta maaf sebesar-besarnya ke kamu karena prilaku Mama. aku benar benar engga tahu kalau Mama berpacaran dengan Papa kamu dan bahkan, aku baru tahu semuanya karena kamu. mau maafin aku?" ucap Erlan dengan pelan pelan dan penuh harap.
Maura hanya bisa mengangguk. jujur, untuk saat ini dia belum bisa memaafkan bahkan menatap wajah Erlan saja dia merasakan sakit walaupun hati ingin memeluk Erlan seerat eratnya.
"aku paham. kamu ga mungkin secepat itu buat maafin tapi terima kasih karena uda mu berbicara dengan aku yaa? boleh aku minta satu hal sama kamu?"
"apaa?"
"jangan asing."
"engga bisa, aku sudah memutuskan untuk kita berdua tidak saling mengenal satu sama lain dan melupakan semuanya yang pernah terjadi. bisa?" jawab Maura yang tentu membuat Erlan menganga tidak percaya.
dia tidak percaya dengan keputusan Maura. dan tidak menyangka kalau keputusannya akan seberat itu, apakah Erlan mampu?
"aku tidak bisa Maura," ucap Erlan dengan nada yang tidak bersemangat dan wajah yang memelas. mana mungkin bisa dia menjauh dan berpura-pura tidak mengenal Maura sementara, dia sudah benar benar sangat mencintai Maura dan sudah membuka hati nya walaupun sedikit terlambat.
"apa yang tidak bisa Erlan? aku saja bisa."
"aku sudah jatuh cinta pada kamu Maura. aku ingin kita punya hubungan bukan malah saling tidak mengenal satu sama lain Mau, aku tidak sekuat itu melihat kamu bersama orang lain dan menjauh dari aku."
pengakuan dari Erlan tentu membuat Maura tidak percaya. dia tidak percaya kalau Erlan akan jujur padanya dan secara terang terangan tidak mau kehilangan Maura.
"maaf, aku tidak bisa."
"baiklah aku akan terus berusaha agar mendapatkan maaf dari kamu." Erlan sudah memutuskan kalau ini yang terbaik dan pilihan yang tepat dia pasti akan bisa mendapatkannya.
FLASHBACK OFF.
Bela tersenyum menggoda, "ohh, cowo itu disukain sama Maura?" ucap Mama nya sambil mencolek colek lengan anak perempuannya. tidak terasa, anak anak nya sudah pada dewasa memang waktu sangat cepat berlalu.
"ihh, Mamaa!"
"HAHAHHAAHA" tawa Gio dan Mama nya secara bersamaan. mereka memang paling suka melihat Maura sudah kesal karena akan lucu.
"kita mau kemana nii Mah?" Gio bertanya sambil fokus pada setiran nya sambil sesekali melihat Mama dan juga Maura.
"kita bakal makan diluar dan beli kesukaan Maura dan juga Gio. gimana, bahagia Mau?" dia bertanya kepada anak perempuan namun, Maura fokus pada lamunan nya dan tidak menjawab pertanyaan dari Bela.
Gio yang sadar akan sikap aneh Maura langsung saling berpandangan ke arah Mama nya. "dia kenapa Mah? kok mendadak jadi patung gitu sih, ada masalah atau gimana? tumben banget." ucap Gio yang langsung diangguki oleh Bela.
karena biasanya, kalau soal makanan favorit Maura yang pasti paling bersemangat diantara mereka. namun, sekarang ia malah melamun seperti menyimpan beban pikiran. sebenarnya ada apa dengan adik nya?
"eum, Mama atau Gio yang akan bicara ke Maura?"
Bela terdiam sejenak. mungkin, kalau dengan Gio dia yakin Maura pasti akan lebih terbuka karena yang selalu dekat dengan Maura adalah Gio. ia takut anak nya tidak jujur kalau dengannya karena saat ini dia sedang ingin memperbaiki hubungan dengan anak anaknya agar lebih dekat.
"kamu saja yaa? Mama takut ia malah risih."
"dia engga mungkin risih kalau ditanya Mah, dia pasti bakal mengerti kok. Maura sudah sangat berbeda dengan sikap ia yang dulu Mah yang sekarang adalah sikap nya yang dewasa." jelas Gio yang membuat Bela paham akan kepribadian anak anaknya.
anak nya memang sudah banyak berubah dan Bela sama sekali tidak menyadari hal itu karena dari dulu terlalu sibuk bekerja dan terus bekerja hingga akhirnya sekarang ia menyesal. tidak dekat dengan anaknya, sungkan dengan anaknya dan tidak tau perkembangan anak anaknya sudah sejauh mana.
"semua nya sudah berlalu Mah, kini sekarang kita memulai hidup yang baru dengan lebih terbuka." ucap Gio yang paham.
dia anak pertama, dan dia harus menjadi penengah.
"Maura," panggil Gio dengan lembut.
"eh, kenapa? kita udah sampai rumah yaa? tapi kok ini bukan jalan mau ke rumah. emang nya kita bakal kemana?" jawab Maura yang sudah tersadar dalam lamunannya.
"ngelamunin apaa?"
"hah? engga ada kok Mah," jawab Maura. dia tidak mungkin menceritakan semuanya bisa bisa Mama nya akan semakin kepikiran dan malah semakin kacau nanti nya namun, mau tidak mau dia pasti akan jujur kepada mereka berdua.
RESTORAN SEAFOOD,
mereka bertiga telah sampai di tempat makan. restoran ini adalah restoran paling favorit karena selain makanan nya yang enak, pelayanan nya juga ramah ramah dan sangat ter-arah makanya siapa pun yang kesini tidak akan menyesal.
"mau pesan apa? biar Mama pesenin?"
"biar Gio aja yang pesan Mah, mending Mama duduk santai bersama Maura masalah ini biar menjadi urusan Gio saja kalian berdua tinggal terima beres. okei?" ucap nya yang langsung diangguki oleh Maura dan Bela.
"kamu senang ga?"
Maura menoleh ke arah Mama nya dengan bergelayut manja di lengannya. "bangeettt! Maura bakal bahagia kalau ngeliat Mama dan Abang Gio bahagia." jawab nya sambil terus bersikap manja.
baru kali ini dia manja lagi setelah sekian lama seperti orang yang asing dengan Mama nya karena kesibukan masing masing.
"ada yang mau kamu ceritakan ke Mama?"
"engga ada kok Mah, aku baik-baik saja." ucap Maura yang berusaha untuk meyakinkan Mama nya kalau dia baik-baik saja. padahal, aslinya sedang kepikiran hal hal yang membuat dia semakin pusing dan malah semakin kepikiran.
"lama ya? rame banget tadi," keluh Gio.
keliatan dari wajah nya yang mulai berkeringat dan napas yang sudah ngos ngosan. "disana Abang rebutan atau gimana sih? kok jadi kaya tauran gitu." ejek Maura yang melihat penampilan Gio sangat berantakan.
"heh, sembarangan! ini tadi aku rebut rebutan biar dapat harga diskon karena lagi ada promo besar besaran makanya Abang panas panasan gini." jelas Gio yang membuat Maura terbahak-bahak.
"kamu udah engga punya uang lagi? sampai rela rebutan sama emak emak. tumben banget," ejek Bela. jadinya, Gio yang malah tidak punya pembela karena mereka berdua sudah akrab untuk membuly Gio. dasar!
"Mah, diskon nya lagi besar besaran banget. gimana aku engga tergiur coba?"
Bela dan Maura cuma bisa tertawa. gebrakan Gio memang selalu ada setiap detik, menit, hari dan bulan. tanpa masalah hidup Gio tidak bermakna.
***
KEDIAMAN REZA,
"gimana tadi ngomong sama Maura? di terima kaga permintaan maaf lu? atau jangan jangan lu kaga berani yaa." ucap Kenzo dia memang suka bicara ceplas ceplos makannya saat berteman tidak ada yang betah dengannya.
"menurut lu?" sinis Erlan.
"engga sih. gua yakin dia kecewa banget biasanya walaupun kesel dia pasti mau natap lu. tapi, sekarang? kaya orang engga dikenal" jelas Kenzo yang memang menyadari akan perubahan sikap Maura.
"dia emang mau lupain gua."
"karena?"
"alasannya gua belum siap buat ngasih tau lu Ken. tapi, yang paling penting adalah gua benar benar sangat butuh dukungan. lu bakal selalu dukung gua? ga akan dukung orang lain kan?" ucap Erlan.
"gua bakal selalu dukung lu apapun."
ntahlah, dia tidak bisa kehilangan Kenzo karena disaat susah yang paling mau membantu adalah Kenzo.
BERSAMBUNG.