LightReader

Chapter 13 - Bab 13 – Eropa, Bitplay, dan Manchester United

Bab 13 – Eropa, Bitplay, dan Manchester United

Musim dingin Eropa menyambut Aira dengan salju tipis dan angin yang menggigit, namun senyum di wajahnya tak pernah surut. Setelah sibuk mengelola Aira Inc., Aira memutuskan untuk mengambil waktu berlibur keliling Eropa. Kota-kota seperti Paris, Roma, dan Amsterdam ia kunjungi—tapi ada satu tujuan istimewa yang benar-benar membuat matanya berbinar: Old Trafford, stadion legendaris Manchester United.

Ia mengenakan jersey Manchester United bernomor 7, sambil membawa kamera kecil untuk merekam perjalanannya. Konten ini ia unggah ke Bitplay Channel miliknya yang kini sudah mencapai 5 juta followers. Dalam video itu, Aira tampak seperti fans sejati, mengelilingi stadion, mengambil gambar dari patung-patung legenda klub, dan duduk di bangku tribun sambil bercerita.

"Sejak kecil, kakak aku suka banget sama Cristiano Ronaldo. Aku pun jadi ikut-ikutan suka. Dari situ aku mulai mengikuti Manchester United, dan ternyata aku sendiri jadi suka banget sama klub ini," katanya dengan senyum malu-malu ke arah kamera.

Komentar dari para fans pun membanjiri video tersebut. Banyak yang terkejut melihat sisi lain dari CEO muda itu. "Gila, Aira fans bola?", "CEO jenius, founder Bitplay, suka Man Utd juga?", "Crypto queen tapi nonton bola kayak anak kampus biasa!", dan komentar positif lainnya pun terus berdatangan.

Aira tak hanya pintar dalam dunia blockchain dan crypto, tapi kini juga menjadi ikon yang membumi—bisa menyukai sepak bola, berbagi cerita pribadi, dan tetap bersinar sebagai pemimpin di industri teknologi global. Ia bukan hanya menginspirasi generasi muda di Jepang, tapi kini sudah menyentuh hati fans dari Eropa hingga Amerika.

Dan meski hanya beberapa menit di stadion, video itu menjadi viral di Bitplay. Interaksi Aira dengan fans semakin dalam, dan ia mulai lebih sering membuka diri. Ia menyadari, kehidupan sebagai Aira—bukan hanya sebagai CEO atau Satoshi Nakamoto—ternyata lebih berwarna dari yang ia bayangkan.

---

Setelah video Aira di stadion Old Trafford viral di Bitplay, komentar para fans membanjiri kolom postingannya. Tak hanya dari Jepang, tetapi juga dari seluruh dunia. Banyak yang menyebut Aira sebagai "CEO paling unik abad ini."

"Aira tuh cewek, tapi vibes-nya kayak cowok banget! Suka bola, jago crypto, ngerti teknologi, tapi juga cantik parah!"

Komentar itu bukan satu atau dua, tapi ribuan. Banyak fans perempuan merasa sangat termotivasi—bukan karena Aira tampil sempurna, tapi karena ia tampil nyata. Ia bisa tertawa, bersorak di stadion, menyebut nama Cristiano Ronaldo dengan antusias, dan terlihat benar-benar menikmati hidupnya.

Sementara fans laki-laki... justru lebih kagum lagi.

"Baru kali ini gue liat cewek yang bisa jelasin tentang blok Bitcoin dan juga hafal starting eleven Man United."

"Dia CEO, paham crypto, dan dia fans bola. Mind blown."

Ketika Aira mengadakan meet and greet dadakan di luar stadion, beberapa penggemar Bitplay yang kebetulan berada di Eropa langsung datang. Seorang fans muda dari Jerman yang mengenakan hoodie bertuliskan Crypto is Life sempat memberanikan diri bertanya langsung:

"Aira-san, kamu sangat berbeda dari perempuan kebanyakan. Apa kamu pernah merasa... sendiri karena itu?"

Aira tertawa kecil, mengusap rambut panjangnya yang ditiup angin dingin Manchester. Ia menjawab:

"Awalnya iya. Tapi sekarang aku malah senang bisa jadi diriku sendiri. Aku suka crypto, aku suka sepak bola, dan aku suka jadi Aira yang ini. Kalau kalian juga suka sesuatu yang kalian pikir aneh atau 'nggak biasa'—peluk itu. Dunia butuh lebih banyak orang yang jujur sama dirinya sendiri."

Tepuk tangan spontan pun terdengar. Momen itu direkam oleh para penggemar dan klip tersebut meledak di Bitplay, bahkan diunggah ulang oleh akun-akun besar tentang teknologi dan gaya hidup.

Aira yang semula dianggap jenius dingin, kini berubah menjadi ikon kebebasan dan kejujuran generasi muda. Seorang gadis Jepang yang mencintai bola dan dunia crypto, tapi juga mampu membawa perusahaannya ke level dunia.

Dan malam itu, saat Aira kembali ke hotel mewahnya di pusat kota, ia membuka Bitplay dan tersenyum kecil membaca komentar para fans:

"CEO-ku, idolaku."

---

Malam itu, suhu di kota Manchester cukup dingin, sekitar 5°C. Tapi suasana di luar Stadion Old Trafford sangat panas oleh semangat para fans. Aira, mengenakan mantel merah dengan syal Manchester United melilit lehernya, berjalan penuh antusias melewati gerbang stadion bersama rombongan kecil dari Bitplay Europe. Ia berhasil mendapatkan tiket VIP untuk menyaksikan pertandingan Liga Inggris antara Manchester United vs Everton, yang digelar pada 15 Desember 2019.

Sorakan fans menggema ketika tim tuan rumah memasuki lapangan. Aira ikut berdiri, bertepuk tangan, bahkan sempat berteriak dalam bahasa Jepang, "Yatta!" saat melihat Martial melakukan pemanasan di tepi lapangan.

Pertandingan berlangsung ketat. Di menit ke-77, Greenwood menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah sebelumnya Everton unggul lebih dulu. Aira ikut berdiri, bertepuk tangan tinggi-tinggi, dan ekspresinya tertangkap kamera Bitplay yang dibawa timnya. Wajah bahagianya, dengan semangat murni seorang fans bola sejati, kembali membuat postingan Bitplay viral beberapa jam kemudian.

Setelah pertandingan berakhir imbang 1-1, Aira tak langsung pulang. Ia menghabiskan waktu di United Trinity statue bersama fans lain, ngobrol ringan sambil merekam video pendek Bitplay tentang pengalaman pertamanya menonton langsung di Old Trafford.

"Aku belum pernah merasa sesenang ini menonton bola," katanya sambil tersenyum ke arah kamera. "Atmosfernya luar biasa, semua orang penuh semangat, dan... aku senang bisa jadi bagian dari ini."

Fans yang berada di sekitar Aira menyapanya dengan ramah. Ada yang minta tanda tangan di syal MU-nya, ada pula yang sekadar ingin berfoto dan bilang "Kamu inspirasi kami."

Satu fans asal Italia sempat bilang, "Kamu CEO, tapi kamu nggak jaga jarak. Kamu bikin kami merasa dekat. Terima kasih udah ke sini, Aira."

Aira tersenyum. Perjalanan ini bukan sekadar hiburan baginya. Ini bagian dari dirinya yang ingin dikenali bukan hanya sebagai pemimpin hebat di dunia crypto, tapi juga sebagai manusia yang punya passion dan impian seperti orang lain.

Dan malam itu, ketika Aira kembali ke hotel dan membuka akun Bitplay, notifikasinya penuh dengan cinta, semangat, dan kekaguman. Video pendeknya menonton laga United telah ditonton 18 juta kali hanya dalam 9 jam.

Old Trafford tak hanya menjadi tempat bersejarah bagi Manchester United, tapi juga untuk Aira—salah satu malam paling bahagia dalam hidupnya.

---

Tanggal 2 Januari 2020, Aira kembali menginjakkan kakinya di kantor pusat Aira Inc. yang kini telah menempati gedung 10 lantai megah di kawasan bisnis elit Tokyo. Setelah liburan panjang keliling Eropa yang penuh kenangan, terutama di Old Trafford, Aira kembali dengan semangat baru dan penampilan yang semakin dewasa. Rambutnya sedikit lebih panjang, senyumannya tenang, tapi matanya tajam penuh visi.

Di ruang rapat utama lantai 8 yang menghadap langsung ke langit Tokyo, para petinggi perusahaan sudah berkumpul. Kento dari Aira Tech Studio, Mina dari Bitplay & BitToken, Felix dari tim blockchain, dan tentu saja Zhang Wei, kepala strategi kreatif dan pemimpin divisi ECO Craft.

Kento memulai dengan senyum lebar. "Selamat tahun baru semuanya. Aku akan langsung saja—AI Hikaru telah mencapai 100 juta pengguna aktif, dan pengguna hariannya stabil di angka 18 juta. Permintaan untuk lisensi AI-nya dari perusahaan-perusahaan luar juga melonjak, terutama dari Korea dan Eropa Timur."

Semua orang bertepuk tangan, lalu Mina langsung melanjutkan.

"Bitplay telah menyentuh angka 300 juta pengguna, dengan lebih dari 2 miliar video pendek dibuat dalam satu bulan terakhir," katanya antusias. "Dan bagian terbaiknya, semua ini mendongkrak ekosistem kita. BitToken sekarang bernilai 6 dolar per koin, market cap-nya menembus 25 miliar dolar, dan volume harian transaksinya berada di lima besar dunia."

Zhang Wei mengangguk sambil menampilkan grafik di layar.

"ECO Craft sendiri telah mencapai 90 juta download, 60% di antaranya berasal dari Eropa dan Asia Tenggara. Pemain sangat menyukai konsep ekonomi terdesentralisasi dan marketplace-nya yang semuanya berjalan menggunakan BitToken. Bahkan, ada komunitas besar dari Polandia dan Vietnam yang bikin server lokal dengan sistem perdagangan real-time."

Felix menyimpulkan dengan angka:

"Pendapatan kita per 27 Januari 2020 telah menembus 3 miliar dolar. Valuasi perusahaan kini mencapai 18 miliar dolar. Kita sudah tidak sekadar startup, kita adalah fenomena global. Dan semua produk kita, terintegrasi penuh dengan BitToken. Ini… sejarah."

Di luar ruang rapat, dunia pun ikut gempar.

Media global, dari Bloomberg, Nikkei, sampai TechCrunch, menyorot ledakan cepat Aira Inc. Mereka menyebutnya "The Fastest Unicorn in History". Banyak analis keuangan mulai membandingkan Aira Inc. dengan raksasa seperti Facebook, Apple, dan Google. Sebagian menyebut Aira sebagai "the next empire from Asia."

Dan Aira Hoshikawa sendiri?

Ia kini tercatat sebagai perempuan muda terkaya di Asia berusia 22 tahun, dengan kekayaan pribadi mencapai 9 miliar dolar, memegang 60% saham Aira Inc. melalui entitas pribadi dan keluarga. Ia juga memiliki aset cadangan melalui Nava Kapital, termasuk 6000 Bitcoin dan 3 juta BitToken, membuatnya diam-diam menjadi salah satu individu paling berpengaruh dalam ekosistem blockchain global.

Namun, bagi Aira, kekayaan bukanlah akhir. Itu hanya alat. Ia menatap ke luar jendela Tokyo dengan pikiran jauh ke depan.

"Sekarang kita membangun fondasi kekuatan... Tapi besok, kita melindunginya," ucapnya pelan kepada dirinya sendiri.

---

Malam itu, langit Tokyo dipenuhi bintang, tapi hati Aira terasa gelisah. Di dalam kamar apartemen mewahnya yang sepi, lampu laptop menyala redup. Jari-jarinya gemetar saat membuka satu akun lama yang sudah hampir ia kubur dalam-dalam: akun forum milik Satoshi Nakamoto.

Akun itu... masih bisa diakses.

Setelah bertahun-tahun sunyi, akun itu kembali aktif.

Dan hanya satu kalimat pembuka muncul di forum kriptografi yang legendaris:

> "Saya tidak tahu apakah ini benar, tapi saya merasa waktunya sudah dekat."

Komunitas langsung gempar. Notifikasi dari Reddit, Bitcointalk, Twitter (X), Telegram, Discord, semua meledak. Satoshi Nakamoto… aktif?

Tak lama, pesan lanjutan muncul.

> "Setiap hari saya takut. Saya bersembunyi. Gelisah. Tapi juga penuh harapan. Dunia telah berubah. Proyek ini tumbuh melebihi imajinasi awal saya.

Kini saya sukses. Mungkin terlalu sukses.

Saya ingin memberikan satu clue:

Satoshi Nakamoto… adalah seorang gadis Jepang, berusia 22 tahun.

Dia sedang naik daun, mungkin kamu mengenalnya. Tapi saya harap kamu tidak menemukannya. Biarkan ia hidup."

Seluruh komunitas crypto meledak. Spekulasi muncul di mana-mana. Thread Twitter viral dengan jutaan impresi mulai menyambungkan "gadis Jepang usia 22 tahun" dengan Aira Hoshikawa, CEO Aira Inc. yang saat ini tengah jadi sorotan dunia.

Beberapa membantah, sebagian lain yakin 100%.

"Apakah Aira benar-benar Satoshi?"

"Clue-nya terlalu tepat…"

"Itu mungkin jebakan. Tapi kenapa sekarang?"

"Kalau benar, ini akan jadi plot twist terbesar dalam sejarah blockchain."

Media pun segera mengangkat headline dramatis:

> "Aira Hoshikawa: Apakah Dia Satoshi Nakamoto?"

"CEO Termuda Asia Beri Clue Mengguncang Dunia Crypto."

"Apakah Satoshi Seorang Gadis Jepang Berusia 22 Tahun?"

Aira hanya diam dalam kamarnya malam itu, memandangi layar dan semua kehebohan dunia digital.

Ia menghela napas panjang.

"Aku sudah mulai menyerahkan sedikit kebenaran," bisiknya. "Tapi belum semuanya."

Ia tahu, dunia tidak akan sama lagi. Tapi ia juga tahu: pada akhirnya, identitas tidak sepenting visi.

---

Keesokan harinya setelah kehebohan besar di media, Aira mengadakan konferensi pers terbatas di kantor pusat Aira Inc. Wartawan dari berbagai belahan dunia hadir, mulai dari Nikkei, Reuters, Bloomberg, hingga CoinDesk.

Aira, tampil tenang dalam balutan setelan putih minimalis, membuka konferensi dengan suara mantap:

> "Saya ingin mengklarifikasi sesuatu yang telah memicu banyak spekulasi belakangan ini…"

Semua kamera dan mikrofon langsung diarahkan ke arahnya.

> "Saya bukan Satoshi Nakamoto. Saya tidak pernah menciptakan Bitcoin. Saya bahkan tidak punya kemampuan seperti itu di tahun 2009—karena pada saat itu, saya masih berusia 15 tahun, dan hidup saya hanya seputar sekolah, rumah, dan belajar coding dasar."

Terdengar bisik-bisik dari para jurnalis.

> "Saya menghormati siapa pun yang menciptakan sistem blockchain dan Bitcoin. Pesan saya di forum hanyalah bentuk kegelisahan saya sebagai bagian dari dunia crypto yang sekarang berkembang sangat cepat. Saya ingin menyentuh hati komunitas, bukan menciptakan kontroversi."

Beberapa jurnalis mengangguk, sementara yang lain tetap curiga.

Di luar sana, reaksi publik terbagi dua. Banyak yang langsung menerima penjelasan logis Aira:

> "Benar juga. Gak mungkin anak 15 tahun bisa rancang sistem sekompleks itu. Aira cuma jenius modern, bukan pencipta Bitcoin." — komentar netizen Jepang di Twitter.

Namun, sebagian masih meragukan, terutama karena gaya penulisan Aira di pesan mirip dengan Satoshi, dan karena kemajuan luar biasa Aira Inc. yang sangat terstruktur, seperti visi jangka panjang pencipta Bitcoin.

> "Entah kenapa... makin dia bantah, makin meyakinkan. Aneh." — komentar pengguna Reddit di forum r/CryptoTheory.

---

Di internal perusahaan, Kento dan Mina merasa lega karena pernyataan resmi sudah diberikan. Tapi mereka sadar, kecurigaan terhadap Aira mungkin tidak akan pernah benar-benar hilang.

Zhang Wei sempat bergurau, "Mungkin kita tak perlu tahu siapa Satoshi... biarkan mitosnya hidup."

Aira hanya tersenyum. Dalam hati, ia merasa—lebih baik dunia tidak tahu kebenarannya.

---

More Chapters