LightReader

Chapter 13 - R-Tech Garage dan Sebuah Harapan Baru

Hari presentasi itu datang juga. Aula kecil di PAZKI disulap jadi tempat pemaparan ide usaha. Semua anak duduk rapi, bawa proposal, sebagian dengan tangan berkeringat—termasuk diriku.

Aku dapet giliran ketiga. Pas namaku dipanggil, lutut rasanya lemes. Tapi aku selalu inget:

> "Kalau nggak berani sekarang, kapan lagi?"

Aku maju dengan memegang lembaran proposal di tangan, gambar logo bengkel buatan sendiri, dan suara yang sempat gemetar di awal tapi makin lama makin yakin.

"Apa yang saya ingin bangun adalah bengkel yang bukan cuma bengkel. Tapi jadi tempat belajar. R-Tech Garage… adalah rumah baru untuk masa depan saya dan teman-teman saya."

Semua diam. Beberapa panitia senyum. Ada juga mentor dari Telin yang angguk-angguk, nyimak serius.

Abah duduk di pojok, mukanya datar tapi matanya penuh perhatian. Aku tahu, itu artinya dia bangga.

Setelah semua peserta selesai presentasi, kami diminta menunggu hasil seleksi. Deg-degan? Banget. Aku duduk di tangga, bareng temen-temen lain. Kita saling tukar harapan.

Beberapa jam kemudian, panitia keluar dan mulai mengumumkan tiga nama terbaik.

Dan…

"Rangga – R-Tech Garage" disebut sebagai salah satu yang terpilih.

Aku nggak bisa nahan senyum diwajahku. Bukan cuma karena menang. Tapi karena hari itu, buat pertama kalinya dalam hidup, aku merasa dipercaya.

Aku merasa... Aku bisa... Aku mampu

More Chapters