Suatu sore di akhir pekan, setelah membantu membersihkan gudang pesantren, Rangga berdiri lama memandangi deretan perkakas tua yang sudah tak terpakai. Ada kunci pas berkarat, ban bekas, hingga mesin motor yang hampir usang. Tapi di mata Rangga, itu semua bukan sekadar rongsokan—itu adalah peluang.
> "Bah, boleh nggak kalau gudang ini aku bersihin? Aku pengen coba buka tempat servis kecil-kecilan di sini," tanya Rangga dengan penuh semangat.
Abah memandangnya dalam, lalu tersenyum.
> "Kalau niatmu untuk belajar dan berbagi, insya Allah berkah, Rangga. Silakan."
Hari-hari berikutnya, Rangga mulai menata gudang itu pelan-pelan. Ia bersihkan lantainya, cat ulang temboknya, dan menata perkakas hasil sumbangan dari para donatur yang percaya pada mimpi anak-anak pesantren. Tak lama kemudian, berdirilah sebuah bengkel kecil bernama "Langkah Kecil"—tempat di mana anak-anak bisa belajar praktik otomotif, servis motor, hingga mengenal dunia usaha.
Bengkel itu bukan hanya menjadi tempat servis, tapi juga tempat belajar, bercerita, dan bermimpi.
---
Namun, kejutan datang tak lama setelah bengkel itu mulai berjalan.
Suatu hari, saat Rangga sedang membongkar karburator motor milik salah satu santri, datanglah seorang pengunjung. Wajahnya tak asing. Perawakannya sedikit berubah, tapi mata dan senyumnya masih sama seperti dulu.
> "Rangga?"
Rangga menoleh. Dan detik itu juga, waktu seolah berhenti.
> "Raka…?"
"Iya, ini aku."
Itu adalah temannya dulu—teman mengamen, teman warnet, teman jalanan yang dulu pernah ia tinggalkan tertidur di warnet. Mereka sama-sama terkejut. Tapi kali ini, tak ada kemarahan. Hanya pelukan singkat yang penuh rasa rindu dan tawa kecil karena ingatan masa lalu.
> "Gila… lo sekarang udah punya bengkel?"
"Bengkel belajar, Ra. Tapi ini mimpi yang dulu cuma jadi obrolan di pinggir jalan."
Raka mengangguk, matanya sedikit berkaca.
> "Gue juga udah tobat, Ga. Gue sekarang bantu di rumah singgah anak-anak jalanan."
Pertemuan itu jadi awal dari kolaborasi baru. Dari sahabat jalanan menjadi sahabat perjuangan. Rangga dan Raka sepakat untuk saling bantu—satu bantu perbaikan motor, satu bantu menyelamatkan masa depan anak-anak lain yang pernah hidup di jalan.