LightReader

Chapter 2 - BAB 1 – MEREKA YANG BANGKIT

Desing angin dari retakan dimensi masih terdengar menggema ketika Kael melangkah keluar dari kedai. Suara jeritan, logam bersentuhan, dan ledakan menciptakan simfoni kekacauan yang tak beraturan. Kota pelabuhan yang biasanya tenang berubah menjadi ladang pembantaian.

Sosok-sosok makhluk asing mulai menyebar, menyerang siapa saja yang mereka lihat. Tentara kota, bersenjata seadanya, mencoba bertahan. Tapi peluru tidak banyak berarti bagi kulit makhluk itu—keras seperti baja, cepat seperti bayangan. Mereka adalah pemangsa.

Kael menarik napas panjang. Tubuhnya masih terasa panas, tapi ada sensasi aneh dalam setiap ototnya—seperti kekuatan baru tengah menyatu dengan dirinya.

Tangannya gemetar ringan, namun bukan karena takut.

“Class: F, ya…” gumamnya sambil menatap kedua telapak tangan. “Aku bahkan tak tahu apa artinya itu.”

Tiba-tiba, salah satu makhluk bertanduk melompat ke arahnya. Kael menghindar secara refleks. Gerakannya cepat—terlalu cepat untuk ukuran manusia biasa. Makhluk itu mencakar udara, nyaris mengenainya, tapi Kael sudah berada di belakangnya sebelum taringnya menutup mulut.

Tanpa berpikir panjang, Kael meraih sebilah pisau dapur yang tergeletak di tanah—mungkin milik salah satu pemilik kedai yang melarikan diri. Dalam satu gerakan cepat, ia menghunuskan pisau ke belakang leher makhluk itu. Tidak menembus, tapi cukup membuatnya mengerang.

Makhluk itu membalik, siap menyerang lagi.

Dan di saat itu, layar semi-transparan muncul di hadapan Kael:

[Skill Darurat Terbuka: Instinct – Lv.1]

[Efek: Gerakan refleks meningkat 50% untuk 30 detik saat terancam mati.]

Mata Kael membelalak. Tapi sebelum bisa mencerna semuanya, tubuhnya kembali bergerak sendiri.

Ia menendang lutut makhluk itu, melompat ke samping, lalu menghujamkan pisaunya ke mata kiri musuhnya. Kali ini, darah gelap menyembur. Makhluk itu meraung, menggeliat, lalu roboh—mati.

Kael berdiri terdiam. Dadanya naik turun. Pisau masih dalam genggaman.

Orang-orang melihat dari kejauhan. Beberapa yang sempat melarikan diri bersembunyi di balik reruntuhan, mata mereka membelalak tak percaya.

“Itu… dia membunuh satu dari mereka.”

“Apa dia juga seorang Ascendent? Tapi kenapa layar statusnya kelihatan merah?”

Kael mengabaikan bisikan itu. Di dalam pikirannya, hanya ada satu pertanyaan:

“Apa ini…?”

Langit masih terbuka. Portal belum tertutup. Makhluk-makhluk lain terus bermunculan.

Kael berdiri di tengah alun-alun, dikelilingi reruntuhan, darah asing menodai wajah dan pakaiannya. Sisa panas dari "fusi energi" tadi masih terasa membakar pembuluh darahnya, namun sensasi itu perlahan menghilang, digantikan oleh kehampaan.

Langkah-langkah kaki terdengar mendekat. Sepuluh orang berpakaian tak seragam muncul dari arah utara kota—beberapa mengenakan armor ringan, yang lain hanya membawa senjata aneh bercahaya biru di tangan mereka.

“Dia membunuh satu dari mereka sendirian?” gumam seorang pria berjenggot, mata tajamnya mengamati Kael.

“Dan statusnya merah… F-Class.” Seorang wanita berambut pendek memunculkan layar holografik di tangannya, men-scan Kael tanpa izin.

Kael menoleh. “Siapa kalian?”

“Hunter. Dari Guild Sangkar Baja,” jawab wanita itu datar. “Kami ditugaskan mengevakuasi warga dan menghentikan aliran Hostle ini. Tapi… kelihatannya kamu sudah mulai duluan.”

“Guild?” Kael mengernyit, asing dengan istilah itu.

Pria berjenggot terkekeh, “Kau pasti baru bangkit. Baru juga Hostle muncul tadi. Klasik.”

Kael diam. Sesuatu dalam dirinya merasa… tidak cocok dengan semua ini.

“Tapi tetap saja…” Pria itu melangkah mendekat, mengulurkan tangan. “Kau tertarik gabung guild? Bahkan F-Class punya harga. Apalagi yang punya insting bertarung alami seperti kamu.”

Kael menatap tangan itu. Matanya yang biasanya kosong kini memancarkan sinar samar.

“Aku cuma ingin makan,” katanya singkat, lalu berjalan pergi, meninggalkan mereka yang masih berdiri tertegun.

“Dia menolak?” bisik salah satu hunter muda.

Wanita berambut pendek menyipitkan mata. “Scan lagi. Sistemku gagal membaca sebagian datanya.”

Pria berjenggot mengangguk pelan, ekspresinya berubah serius. “Pantau dia. Dunia baru saja berubah… dan orang seperti dia bisa jadi kunci, atau ancaman.”

Sementara itu, Kael berjalan melewati reruntuhan, menuju jalan yang lebih sunyi. Suara sistem bergema pelan di dalam pikirannya:

[Quest Awal Terbuka: Bertahan Hidup Selama 7 Hari di Zona Infeksi Hostle]

[Hadiah: Skill Random, Akses ke Interface Lanjutan]

[Peringatan: Jika gagal—kematian permanen.]

Kael mendengus kecil, lalu berbalik menatap langit yang masih terbuka.

“Dunia yang baru, ya…” gumamnya, sebelum menghilang ke dalam bayangan gang kecil.

Kael terbangun oleh tetesan air hujan yang menetes dari atap seng di atasnya. Malam sudah larut. Suara sirene samar terdengar dari kejauhan. Kota masih kacau. Tapi di sudut gelap itu—di balik tumpukan kardus dan sisa roti dingin—Kael berbaring diam, napasnya perlahan, tubuhnya mulai merasakan efek dari kelelahan.

Ia menatap langit gelap di sela-sela celah bangunan. Dalam diam, ia menggumam, "Bloodlust… dan Chameleon Instinct... sejak kapan aku jadi karakter dalam game?"

Tiba-tiba layar sistem muncul tepat di atas wajahnya.

[Status Terbuka]

Nama: Kael

Kelas: F-Class

Kondisi: Aktif – Survival Quest

Skill Terbuka:.

Bloodlust (lv.1)

> [Efek Skill: Bloodlust] – Meningkatkan kekuatan fisik dan kecepatan sebesar 50%.

– Rasa sakit ditekan.

– Fokus meningkat drastis terhadap target musuh.

– Status mental: Agresif.

Namun, di bawah deskripsi itu muncul kalimat lain—lebih kecil, nyaris terlewat:

[Efek Samping: Jika digunakan terlalu lama, pengguna akan kehilangan kendali atas emosi dan bisa menyerang sekutu.]

[Efek residu: Sakit kepala berat dan kelelahan ekstrem setelah durasi lebih dari 5 menit.]

Chameleon Instinct (Lv.1)

[Skill: Chameleon Instinct]

– Meniru gaya bertarung musuh setelah menerima cukup banyak serangan.

– Peningkatan refleks dan kemampuan membaca pola lawan.

– Potensi adaptasi hingga 100%, memungkinkan pengguna menciptakan gaya gabungan sendiri.

Namun, tak lama kemudian muncul baris tambahan:

[Peringatan: Adaptasi terlalu cepat menyebabkan kelelahan otak ringan.]

[Efek Samping: Migrain, mual, dan penurunan fokus jika digunakan terus menerus tanpa istirahat.]

.

Quest Aktif:

Bertahan hidup selama 7 hari di zona infeksi Hostle.

Sanksi Jika Gagal:

Kematian Permanen.

“…Tunggu,” desisnya. “Apa maksudmu cuma aku yang bakal mati kalau malas?”

Ia menggigit roti dengan kesal. Pikirannya mencoba mengurai logika. Semua terlalu cepat. Dunia yang ia kenal berubah hanya dalam hitungan jam.

Suara sistem kembali terdengar.

[Quest Baru Tersedia!]

[Berlatih minimal 100 gerakan bela diri sebelum tidur. Batas waktu: 2 jam.]

“...Sialan,” gerutunya pelan. “Bahkan waktu tidur pun diganggu…”

[Tidur berlebihan tanpa progres dinilai sebagai pengabaian quest. Risiko meningkat.]

Kael menatap kosong ke layar, lalu mengangkat jari tengah ke arah udara. “Cukup jelas, ya? Aku benci sistem ini.”

Ia memejamkan mata, mencoba mengabaikan semuanya. Tapi suara sistem datang lagi, kali ini seperti bisikan di dalam tengkoraknya.

[Opsi latihan malam tersedia. Simulasi musuh virtual dapat diaktifkan untuk mempercepat pemahaman skill.]

[Saran: Tingkatkan skill sebelum memasuki Zona Merah besok pagi.]

Kael membuka matanya, nyaris frustasi. “Kau serius? Sekarang kau menyuruhku latihan? Aku baru hampir mati tadi sore!”

Tidak ada balasan.

Kael menarik napas dalam-dalam. “Ini gila. Tapi jika aku diam, aku mati. Kalau aku terlalu cepat, mungkin aku tetap mati. Bagus sekali.”

Ia berdiri pelan, menggulung lengan bajunya.

“Kalau begitu… ayo kita mulai, Sistem Sialan.”

Langkahnya meninggalkan gang itu. Tubuhnya masih lemah, tapi matanya tajam. Dunia ini tak memberinya pilihan selain berjalan terus..

Kael berjalan keluar dari gang sempit menuju jalan utama kota. Langit yang gelap masih dihiasi sisa-sisa kilatan cahaya yang berasal dari portal Hostle yang terbuka, mengisyaratkan bahwa dunia yang dulu dikenal sudah berubah. Tapi Kael tidak tertarik dengan itu semua. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal: bertahan hidup.

Namun, seiring langkahnya yang mulai mantap, sebuah suara sistem kembali terdengar, memecah kesunyian malam yang hampir sempurna.

[Peringatan: Ruangan Simulasi Aktif.]

[Sistem mengaktifkan ruang simulasi untuk latihan skill.]

[Akses: Dibuka untuk 24 jam ke depan.]

Kael berhenti sejenak, bingung. Ia menatap langit, seperti mencari jawaban dari atas. “Ruangan simulasi? Apa itu? Kenapa aku harus latihan di ruang aneh itu?”

[Peringatan: Ruangan simulasi akan menyesuaikan dengan kemampuan dan taktik bertahan hidup yang digunakan oleh pengguna.]

[Saran: Gunakan ruang simulasi untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup.]

Kael mengerutkan kening. "Ruang simulasi? Tak ada penjelasan lebih lanjut?" Ia menggelengkan kepala, mencoba mencerna informasi yang baru diterimanya. "Apa ini tempat semacam… pelatihan? Tentu saja, kenapa tidak? Sudah cukup gila kalau dipikir-pikir."

Meski merasa sedikit cemas, Kael tetap menatap layar yang mengambang di depan matanya.

[Tekan tombol untuk memulai simulasi.]

Dengan enggan, Kael mengangkat tangan dan menekan layar, merasa aneh namun penasaran. Sebuah pendaran cahaya biru menyelimuti tubuhnya, dan dalam sekejap, ia merasa seperti terhisap ke dalam dimensi lain.

Kael terhenti di tengah ruangan berwarna abu-abu pucat. Cahaya holografik menggantung di udara, membentuk dinding tak terlihat yang menahan suara dan rasa. Meski ini "hanya" simulasi, tekanan yang Kael rasakan sungguh nyata. Jantungnya berdetak kencang.

[Memulai Simulasi Pertarungan - Kelas F]

[Musuh: Hostle Minor Beast - Type Crawling Maw]

[Saran: Hindari gigitan langsung. Serangan bertubi-tubi akan memicu aktivasi skill instingtif.]

[Waktu bertahan minimum: 3 menit]

"Apa ini... main-main?" Kael mengangkat alis, sepotong roti masih setengah dikunyah di mulutnya. "Baru aja makan, udah dilempar ke tempat kayak gini. Sialan."

Dari bayang-bayang ruangan muncul makhluk berkulit keras, bergerigi di punggung dan lidah menjulur panjang. Suara decitan menembus telinga. Crawling Maw merangkak cepat ke arahnya, refleks Kael lambat sepersekian detik—cukup untuk membuat kuku makhluk itu menggores bahunya.

//Sret!

Darah menetes.

Kael menghindar mundur, napasnya tersengal. “Cepat banget… dan ini kelas F?” Matanya menyipit. “Aku bakal mati kalau terus kayak gini.”

Makhluk itu menyerbu lagi. Kael mencoba menangkis, tapi cakar makhluk mengenai rusuknya.

[Kerusakan diterima: -7% HP]

[Data pertarungan dikompilasi… Skill "Chameleon Instinct" memulai pembacaan.]

Mata Kael perlahan berubah tajam. Ia mulai memperhatikan pola gerak lawan. "Kiri... lompat... putar, lalu serang..." gumamnya. Tubuhnya mulai bergerak bukan berdasarkan pikirannya, tapi berdasarkan pola.

[Chameleon Instinct Lv.1: 12% Pola Terbaca.]

[29%... 44%...]

[Kemampuan adaptasi meningkat.]

Makhluk itu mencakar lagi, Kael menunduk. Serangan ketiga datang, ia melompat ke samping. Kaki bergerak sendiri. Lengan menyilang di udara, menangkis cakar berikutnya—dan untuk pertama kalinya, Kael berhasil membalas.

Bugh!

Pukulan ke rahang makhluk itu membuatnya terdorong ke belakang.

[Counter Strike berhasil. Adaptasi meningkat.]

[Chameleon Instinct Lv.1 - 65% Pola Terbaca.]

Namun, makhluk itu tak berhenti. Ia kembali menyerbu, lebih cepat dari sebelumnya.

Cakar merobek dada Kael.

[HP turun di bawah 15%]

[Aktivasi Skill: BLOODLUST]

[Status: KRITIS — Mode Bertahan Hidup Terpicu]

Darah menyembur. Tapi Kael tersenyum. “...Akhirnya keluar juga."

Tubuhnya bergetar. Pandangannya menjadi merah. Otot-ototnya terasa ringan seperti bulu. Rasa sakit menghilang, diganti oleh keinginan untuk memburu. Darah mendidih. Gerakannya menjadi tajam dan brutal.

Dengan satu langkah, ia menghindari lidah panjang makhluk itu. Dua pukulan cepat, dan satu hantaman lutut ke dagu Crawling Maw menghentikannya di tempat.

//Brakkk!

[Target Dinetralkan]

[Simulasi Berhasil — Durasi: 3:42]

[Skill “Bloodlust” dan “Chameleon Instinct” tersinkronisasi.]

Kael terhuyung, duduk bersandar pada dinding hologram yang kini menghilang. Napasnya berat. Peluh menetes.

“...Gila,” desahnya. “Ini baru kelas F?”

[Selamat, Anda selamat dari simulasi pertama.]

[Quest berikutnya akan dikirim saat tidur.]

[Catatan: Kegagalan menyelesaikan quest akan menyebabkan kematian.]

“APA!?” Kael mengangkat kepala. “Kau ngirim misi waktu aku tidur juga!?”

[Sistem tidak menerima komplain.]

[Silakan siapkan stamina.]

Kael menghela napas panjang, lalu tertawa kecil, getir. “Jadi, aku... benar-benar terjebak denganmu, ya?”

Namun, suara sistem kembali terdengar, kali ini lebih dingin dan mekanis.

[Simulasi Berhasil.]

[Skill Chameleon Instinct Lv.2 Terkunci.]

[Bloodlust Lv.2 Terkunci.]

[Bonus: Meningkatkan Kecepatan dan Kekuatan Fisik secara permanen.]

Kael menatap layar yang muncul, terkejut tapi juga sedikit bangga. "Sepertinya… aku mulai terbiasa dengan permainan ini."

Tapi sebelum ia sempat merayakan, suara sistem kembali menghantam pikirannya.

[Peringatan: Waktu quest semakin menipis. Kegagalan akan menyebabkan pengurangan nyawa.]

Kael menghela napas berat, merasa seolah-olah tidak ada kesempatan untuk beristirahat. "Baiklah, baiklah… Aku mengerti," katanya, kesal. “Tapi aku butuh tidur.”

Sebelum tidur, ia mengambil potongan terakhir dan mulai mengunyahnya pelan. Tapi bahkan momen sederhana itu tak bertahan lama

Bahkan momen sederhana itu tak bertahan lama.

Kael masih terduduk dengan napas memburu, darah dan peluh bercampur di dahinya. Tapi sebelum ia sempat menenangkan diri…

[Simulasi Berakhir.]

[Transfer Keluar Dimulai.]

“Eh… tunggu, tunggu dulu—”

//ZRAKK!

Tanpa aba-aba, cahaya menelannya. Tubuhnya terangkat dari lantai simulasi dan terdorong seperti dilemparkan keluar dari pusaran arus.

//Brak!

Ia terjatuh ke atas rerumputan lembap di gang belakang kedai. Sisa hujan masih menetes dari atap bangunan. Udara kembali dingin dan berbau tanah. Punggungnya terasa seperti dipukuli palu. Dan rasa mual pun datang menghantam.

“Arrgghh…” Kael berguling ke samping, memuntahkan sedikit cairan asam lambung. “Sistem gila… kau kira aku robot?!”

[Catatan: Waktu pemulihan tidak dijamin. Adaptasilah.]

[Skill “Bloodlust” sedang mengalami pendinginan: 3 jam.]

[Skill “Chameleon Instinct” mengalami perkembangan: Peningkatan daya respons +2%]

[HP tersisa: 18%]

Kael mengusap wajahnya, lalu duduk bersandar di dinding bata. “Kalau begini terus, aku bisa mati cuma karena salah waktu jatuh.”

Ia merogoh sakunya, mengeluarkan potongan roti terakhir yang tadi belum habis.

Gigit. Kunyah.

“Kalau pun aku harus mati… setidaknya nggak dalam keadaan lapar.”

Tiba-tiba, ada suara notifikasi muncul seperti bisikan menusuk kepala:

[Quest Baru Tersedia.]

[Kalahkan 3 Hostle kelas F dalam dunia nyata — Tenggat waktu: 48 jam]

[Gagal = kematian]

Kael mendongak pelan, menatap langit kelabu.

“...Kau nyuruh aku bertarung lagi? Aku bahkan belum jalan lima menit dari ruang itu!”

Ia mengetuk pelipisnya. “Apa nggak bisa… misalnya, tidur dulu sebentar, ya?”

[Tidur akan ditunda demi penyelesaian misi.]

[Selamat bertahan, Pemegang Potensi.]

Kael menghembuskan napas panjang, lalu menepuk dahinya sendiri.

“Bagus… ini bukan sistem, ini penyiksa pribadi."

Ia berdiri perlahan, meregangkan otot-ototnya yang masih nyeri. Langkahnya goyah, tapi matanya menyala. Insting bertarungnya, yang tadi baru terbangun, belum padam.

Kael menyelipkan sisa roti ke dalam kantong, menyesuaikan mantelnya, lalu berjalan pelan menyusuri gang. Dunia berubah, dan ia baru saja dipaksa ikut main—dengan aturan yang membunuh.

Ia meneguk air dari kantong kulit di pinggangnya, lalu memijat pelipis. “Aku bahkan belum istirahat satu jam! Apa kalian—eh, maksudku... sistem gila ini, tak mengenal konsep lelah?”

[Peringatan: Sistem tidak memprioritaskan kenyamanan pengguna.]

[Kinerja maksimal akan dicapai dengan tekanan konstan.]

Kael memukul dinding gang dengan punggung tangannya. “Konstan kepalamu!,” gerutunya. “Kalau sistem ini bisa kupukul, aku sudah lempar ke jurang sejak tadi.”

“Baiklah,” gumamnya. “Tiga Hostle kelas F… aku akan urus kalian cepat. Setelah itu—aku tidur, entah sistem suka atau tidak.”

Langit masih kelabu ketika Kael melangkah ke pinggiran kota pelabuhan yang kini hampir kosong. Hujan tipis menyapu jalanan berbatu. Jejak pertempuran dan evakuasi warga masih terlihat di mana-mana: bangunan hangus, mobil terbengkalai, dan aroma asap yang belum benar-benar lenyap.

[Quest Aktif: Kalahkan 3 Hostle Kelas F – Sisa Waktu: 47 jam 21 menit]

Kael menarik napas dalam. "Oke, satu per satu. Cari yang kecil dulu. Semoga mereka nggak muncul bergerombol kayak promo diskon."

Tiba-tiba...

//SREKKK...

Sesuatu melata di balik reruntuhan toko buku. Suara gesekan kulit kasar dengan aspal. Dari bayangan, muncul makhluk pertama—seukuran serigala, bermata satu, bersisik hitam mengilap.

[Identifikasi: Hostle Kelas F - Tipe "Cycling Fang"]

[Catatan: Memiliki kemampuan regenerasi cepat dan refleks berbasis suara.]

“Refleks suara?” Kael mengerutkan dahi. “Jadi jangan berisik ya... noted.”

Ia melangkah pelan, mencabut sepotong pipa besi dari reruntuhan. Belum sempat menyerang, makhluk itu menoleh, mendesis, lalu melompat dengan kecepatan mengejutkan.

//WUSH!

Kael berguling menghindar, tapi cakaran makhluk itu sempat menggores pahanya.

[Kerusakan diterima: -6% HP]

[Analisis Gerak dimulai... Chameleon Instinct aktif.]

“Cepat banget... Dan dia ngincer suara? Berarti…”

Kael menjatuhkan pipa ke tanah, menciptakan suara logam bergema.

Makhluk itu menoleh ke suara pipa—bukan ke Kael.

“Bagus.”

Kael memanfaatkan momen itu. Ia menyelinap dari samping dan menghantam tepat ke arah mata makhluk itu dengan batu besar.

//BUGH!!

Makhluk itu menjerit dan menggeliat, tapi sebelum sempat beregenerasi, Kael melompat dan menghantam lehernya berkali-kali sampai makhluk itu hancur di tanah.

[1/3 Hostle dikalahkan.]

[Data pertarungan dikompilasi.]

Kael duduk terengah. “...Baru satu. Udah kayak lawan bos.”

Ia tak sempat istirahat lama. Dua makhluk berikutnya muncul hampir bersamaan—jenis berbeda:

Satu bertubuh ramping seperti anjing tanpa kulit, dengan ekor panjang penuh duri.

Satunya lagi tampak lebih lamban, namun dengan mulut lebar yang menjulur dari perutnya.

Hostle Tipe: Spiker Hound & Mawbelly

Kael berdiri. "Oke, ini gak adil."

Spiker Hound menyerang lebih dulu, melompat zig-zag dengan kecepatan tak terduga. Kael mencoba menangkis tapi tetap kena tebasan ekor berduri.

[Kerusakan: -11% HP]

[Status: Terluka Berat – Aktivasi BLOODLUST]

Matanya kembali memerah. Napasnya jadi lebih teratur. Ia mulai merasakan waktu melambat. Dia bergerak dengan lebih tajam—menebak pola Spiker, menghindar, dan menjebak makhluk itu ke dinding sempit sebelum menendangnya hingga tewas.

Mawbelly mencoba menyergap dari belakang. Namun...

> [Serangan berulang terdeteksi.]

[Chameleon Instinct: Gerakan terbaca 72%]

Kael berbalik dan meniru pola gerak Mawbelly—gerakan yang lamban tapi berat. Ia membiarkan makhluk itu membuka mulut, lalu menyelip ke bawah dan menyodok bagian perut terbukanya dengan balok beton.

//PRRASSHH!!

Mawbelly menggeliat, darah ungu mengalir, dan akhirnya diam.

[3/3 Hostle dikalahkan.]

[Quest selesai.]

[HP: 6% — Pemulihan Darurat Diaktifkan.]

[Hadiah: Akses Ruang Istirahat – Durasi 2 jam.]

Kael terjatuh duduk, seluruh tubuhnya gemetar.

"...Gila."

Ia meludah, menatap langit.

"Aku... baru sadar... kalau sistem ini serius. Satu kesalahan—dan aku beneran mati."

[Selamat. Anda bertahan.]

[Quest berikutnya akan muncul setelah fase istirahat.]

[Quest Diselesaikan.]

[Hadiah: Peningkatan stat kecil + Pilihan Skill Bonus akan tersedia setelah 3 Quest sukses.]

Kael mendesah, menatap langit malam yang mendung. “Tiga quest? Baru satu sudah hampir mati.”

Ia menendang batu kecil di dekat kakinya. “Sialan. Sejak kapan aku jadi budak sistem?”

[Catatan: Anda telah ditetapkan sebagai Pemilik Potensi Tak Stabil. Sistem akan terus menilai dan memaksa pertumbuhan.]

“Potensi tak stabil, pantas saja hidupku juga tak stabil,” gumamnya.

Ia terbaring di atas puing bangunan, mencoba beristirahat. Namun belum lama menutup mata, suara sistem kembali berbunyi seperti alarm di telinga:

[Pengingat Tidur: Istirahat terlalu lama dapat menyebabkan keterlambatan Quest berikutnya.]

[Simulasi Selanjutnya akan dimulai otomatis dalam 6 jam.]

Kael membuka satu matanya, mendesis. “Berani kau ganggu aku lagi waktu tidur, sistem... Aku bakal cari cara membunuhmu.”

Beberapa jam berlalu.

Langit mulai mendung ketika angin laut meniup pelan melewati reruntuhan. Aroma garam dan debu menyatu, menenangkan dalam caranya sendiri. Di atas atap bangunan tua, Kael terbaring sambil menatap langit kelabu. Dadanya naik-turun pelan. Untuk pertama kalinya sejak semua kekacauan itu terjadi… ia merasa tenang.

Tidak ada makhluk aneh, tidak ada suara teriakan, tidak ada layar biru menyala tiba-tiba.

Hanya angin.

Hanya keheningan.

Dan tubuh yang lelah.

Kael menarik nafas dalam-dalam lalu menutup matanya. Sisa roti yang tadi ia kantongi sudah habis. Perutnya tidak lagi mengeluh. Luka di bahunya perlahan mulai mengering. Meski sistem itu kejam, kekuatannya mempercepat penyembuhan secara alami.

Satu malam saja, pikirnya. Satu malam tanpa disuruh bunuh ini-itu.

Dan malam itu... sistem membisu.

Tidak ada peringatan.

Tidak ada simulasi paksa.

“Jangan bilang kamu bakal muncul pas aku tidur lagi…” gumamnya

Tanpa aba-aba sistem langsung muncul secara tiba-tiba mengagetkan kael.

[Tentu saja.]

“AAAAH–!!”

Kael terlonjak. Tubuhnya membentur dinding bata di belakang. Jantungnya hampir copot.

“Kau!!” serunya dengan suara parau. “Bisa nggak… SEKALI SAJA… munculnya tuh nggak kayak setan melompat dari balik kasur?!”

> [Notifikasi sistem bersifat mendadak untuk menjaga kewaspadaan mental.]

[Waspada = Hidup.]

[Lengah = Mati.]

Kael mendesah panjang, mengusap wajahnya sendiri. “Apa kau pikir aku bisa tidur dengan nyaman kalau terus diganggu kayak gini?”

> [Fase Istirahat dimulai. Waktu tidur optimal: 6 jam 58 menit lagi.]

[Intervensi notifikasi minimal—kecuali ada ancaman tingkat tinggi.]

“Ancaman tingkat… Of course. Tentu saja,” gumamnya kesal, lalu memeluk lutut dan bersandar ke tembok. Matanya melirik potongan roti yang tersisa.

Dia menggigitnya pelan, mengunyah tanpa semangat.

Rasanya tawar, seperti malam yang terlalu panjang.

“Kenapa aku?” katanya pelan ke langit. “Dari sekian banyak orang, kenapa sistem ini milih aku, yang bahkan nggak punya arah hidup?”

> [Jawaban: Potensi Tidak Stabil Diperlukan untuk Proyek Keseimbangan Dimensi.]

[Kriteria Terpenuhi: Kael – Tidak memiliki akar. Tidak memiliki ambisi. Tidak memiliki arah.]

[Persis seperti yang dibutuhkan.]

Kael terdiam sejenak. Lalu tertawa kecil, getir.

“Haha… jadi aku dipilih karena aku... tidak punya apa-apa?”

> [Benar.]

"…Dasar sistem bangsat."

> [Terima kasih.]

Kael memijit wajahnya. “Kau ini... kayak pelatih yang dendam pribadi sama muridnya.”

[Aku hanya algoritma. Tapi kalau kau gagal... kau mati.]

“Ya, ya, aku tahu.” Kael bersandar di dinding, menutup matanya. “Biarkan aku tidur dulu. Kali ini beneran.”

Hanya sebuah pesan sunyi, muncul di sudut pandangnya—nyaris seperti bisikan:

[Mode Pemulihan Aktif – 6 Jam Istirahat Tanpa Gangguan Telah Diberikan.]

[Efek Tambahan: Fokus Pemulihan Mental + Regenerasi Energi Dasar.]

Kael tersenyum kecil, sinis tapi jujur. “Heh. Jadi kau tahu juga aku bukan mesin.”

Kael mengangkat satu jari tengah ke udara, malas dan lelah. Tapi di sudut bibirnya, ada senyum tipis—sebab untuk pertama kalinya… dia mulai merasa hidup

Ia menoleh ke samping, menatap bintang samar yang menerobos awan tipis. Dalam dunia yang penuh kekacauan, tempat para monster mengintai dari balik portal, dan manusia mulai saling membunuh demi kekuatan… saat-saat kecil seperti ini terasa seperti emas.

“Besok aku mungkin mati,” gumamnya. “Tapi malam ini… biarkan aku bermimpi.”

Dan dengan mata perlahan tertutup, tubuhnya jatuh dalam tidur yang dalam—bukan karena kelelahan semata, tapi karena ia tahu… perjalanan ini baru saja dimulai.

Bersambung...

More Chapters