LightReader

Lorong Tanpa Akhir (kotagg77)

KotaGG77
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
488
Views
Synopsis
Ketika Ayla, seorang mahasiswi arsitektur, pindah ke sebuah kos tua peninggalan era kolonial di Yogyakarta, ia tidak menyangka bahwa lorong di lantai atas bangunan itu tidak pernah benar-benar berujung. Setiap malam, suara langkah kaki terdengar dari lorong, meskipun tidak ada siapa pun di sana. Ketika Ayla mencoba menyelidiki, ia mulai mengalami pengulangan waktu, mimpi yang terasa nyata, dan penampakan seorang anak kecil yang selalu berdiri di ujung lorong — mengajaknya bermain. Satu per satu penghuni kos mulai hilang secara misterius. Dan Ayla menyadari: lorong itu bukan hanya lorong... itu adalah gerbang
VIEW MORE

Chapter 1 - Lorong Tanpa Akhir

Berikut Bab 1 dari novel horor berjudul "Lorong Tanpa Akhir". Gaya penulisan ini disusun seperti novel fiksi misteri-horor dengan nuansa atmosferik dan unsur supranatural khas Indonesia.

Lorong Tanpa Akhir

Bab 1 – Pindahan

Langit Yogyakarta sore itu kelabu, digelayuti awan berat seolah menahan hujan yang enggan turun. Angin meniupkan aroma tanah basah dan daun kering. Ayla berdiri di depan sebuah bangunan tua bertingkat dua yang tampak seperti sisa masa lalu — cat temboknya terkelupas, jendelanya tinggi dengan kusen kayu gelap, dan di bagian atas bangunan itu, ukiran khas kolonial Belanda masih tampak samar tertutup debu.

Kos "Saraswati", begitu nama bangunan ini tertulis di papan kayu yang tergantung miring di atas pagar besi berderit. Tempat itu disarankan oleh dosennya sendiri — katanya murah, tenang, dan dekat dengan kampus. Tapi saat Ayla menatap lorong gelap yang membentang dari pintu utama hingga ke tangga belakang, perasaan tak nyaman mulai merayap dari tengkuknya.

"Permisi…?" panggil Ayla pelan, menyeret koper kecilnya ke dalam. Langkahnya menggema di lantai ubin hitam putih yang sudah mulai retak.

Dari balik bayang, muncul seorang perempuan tua, kurus, dengan rambut disanggul rapi. Bajunya kebaya cokelat pudar, matanya tajam namun dingin."Selamat datang," katanya. "Saya Bu Ratih, pengurus kos ini."

Ayla mencoba tersenyum. "Saya Ayla. Yang dari UGM."

"Sudah saya siapkan kamarnya. Di lantai dua. Tapi satu hal..." Bu Ratih mendekat, suaranya turun nyaris berbisik."Kalau malam... jangan keluar kamar. Apalagi ke lorong atas. Apapun yang kamu dengar, hiraukan saja."

Ayla menelan ludah. "Kenapa, Bu?"

Bu Ratih tersenyum, tipis. "Tempat ini... punya sejarah panjang. Tapi kalau kamu tidak mengganggu, kamu tidak akan diganggu."

Kamar Ayla ada di ujung koridor lantai dua. Sepi. Hanya empat kamar di lantai itu, dan katanya hanya dua yang dihuni. Tapi dari jendela kecil di pintunya, kamar lainnya tampak kosong dan gelap.

Malam itu, Ayla belum bisa tidur. Suara jam dinding berdetak keras di luar kamar. Lalu... suara langkah.Pelan. Berat.Tok... tok... tok...

Ayla menahan napas. Suara itu berjalan melewati kamarnya. Ia merapatkan selimut, mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya Bu Ratih.

Namun suara itu berhenti.

Tepat di depan pintunya.

Sunyi.

Lalu terdengar suara kecil. Suara anak-anak.

"Ayo main… Ayla…"

Jantung Ayla membeku.

Dia tidak pernah bilang namanya ke siapa pun, kecuali Bu Ratih.