LightReader

Chapter 4 - Bab 4 – Tanda yang Tersembunyi

Kaelen berdiri lama di depan tenda, memandangi bentangan kabut yang mulai tersibak oleh matahari. Ucapan terakhir Seraphine bergema dalam kepalanya:

> "Mereka tidak datang untukmu... Mereka datang untukku."

Pasukan Kuil Meridra adalah ancaman yang tak bisa disepelekan. Mereka membawa api keimanan dan besi suci, berperang bukan untuk tanah, tapi keyakinan. Dan jika mereka mengejar seorang wanita—artinya wanita itu bukan manusia biasa.

Kaelen masuk kembali ke tenda. Seraphine masih berdiri di dekat peta, wajahnya tenang, tapi sorot matanya waspada.

"Jelaskan," kata Kaelen pendek.

Seraphine tak langsung menjawab. Ia duduk di kursi yang ditinggalkan Kaelen dan menatap api obor. "Saat aku berumur lima belas, ayahku mengirimku ke Kuil Meridra. Bukan untuk belajar, tapi untuk dijadikan alat. Seorang Penanggung, begitu mereka menyebutnya."

Kaelen menyipit. "Penanggung apa?"

Seraphine membuka tali bajunya sedikit dari leher hingga bahu, menyingkap kulit porselennya—dan di sana, tergurat sebuah tanda hitam seperti akar pohon yang berputar ke dalam, membentuk spiral aneh. Bekas segel.

"Darahku mengikat artefak kuno," bisiknya. "Kunci dari sesuatu yang mereka sembunyikan selama ratusan tahun. Kekuatan dewa lama, yang tak bisa dibuka tanpa diriku."

Kaelen mendekat, menatap tanda itu. Tidak ada luka, tidak ada luka terbuka—hanya seperti luka bakar yang sudah menyatu dengan kulit. Ia hampir menyentuhnya... tapi Seraphine menggenggam tangannya lebih dulu.

"Sentuhanmu bisa membangunkannya."

"Jadi kau... kutukan berjalan," gumam Kaelen.

Seraphine menatapnya, tajam dan dekat. "Atau penyelamat yang salah tempat. Tergantung siapa yang bertanya."

Hening.

Untuk pertama kalinya, Kaelen merasakan getaran yang bukan berasal dari medan perang, tapi dari ketidaktahuan... dan ketertarikan. Seakan tubuh wanita itu bukan hanya cantik, tapi juga berbahaya—seperti pedang bermata dua yang dipoles dengan racun.

Sebelum ia bisa berkata lebih jauh, penjaga berteriak dari luar:

"Pasukan kuil mendekat! Lima puluh kuda, membawa spanduk putih!"

Kaelen berdiri. Matanya kembali menjadi baja.

"Permainan berubah," katanya pada Seraphine. "Kau bukan tahanan lagi. Kau sekarang adalah senjata... dan aku satu-satunya yang bisa mengarahkannya."

---

Bab 4 selesai.

More Chapters