LightReader

Chapter 4 - Chapter 03 - Konstelasi Sponsor (Part 1)

"Ini adalah jendela Statusku. Aku memiliki level 3, mungkin ini karena aku berhasil membunuh beberapa Goblin di gate pertama. Kurasa stats ini cukup bagus untuk awal-awal permainan. Karena jika memang ini kejadian yang sama seperti di novel itu, maka masih panjang perjalanan yang akan aku mainkan dengan system ini dan tentu saja mulai sekarang tidak ada lagi kehidupan normal!"

Beberapa orang menyiapkan diri dan mencari senjata yang bisa dipakai untuk membunuh monster yang mungkin saja akan datang lagi dari gate.

Aku meminta senjata yang bisa digunakan kepada para tentara yang sedang berjaga di pos, untuk bertarung melawan para monster. Dari berbagai senjata yang disediakan oleh para tentara, aku memilih AK-47 dan dua buah belati sebagai senjata yang akan aku gunakan.

Selagi menunggu Quest itu muncul, aku beristirahat sembari memulihkan kembali staminaku. Namun, terdapat jendela system yang hanya muncul padaku.

[Selamat! Anda Seorang Pembaca Novel The Failure Of Five Heroes. Anda berhasil menyelesaikan Tutorial. Novel Tersebut Merupakan Panduan System. Anda Berhak Mendapatkan Exp Tambahan]

"Exp tambahan? Levelku naik menjadi level 5. Jadi, novel itu semacam buku panduan dari System!? Beruntung sekali aku membacanya. Ini keuntungan buatku. Baiklah, kalau begitu dimana aku menyimpan novel itu? Aku rasa di dalam tasku."

Aku senang sekali mendapatkan tambahan Exp (Experience = untuk meningkatkan level) levelku yang sekarang menjadi level 5, padahal baru satu Quest yang aku selesaikan. Lantas aku mencari Novel itu untuk memastikan novel itu tetap ada padaku.

"Oh tidak, novel ku hilang! Apa karena tambahan exp ini, Novel ku jadi tiba-tiba lenyap? Padahal aku sangat menyukai novel itu. Baiklah tidak masalah, aku masih ingat semua kejadian yang ada didalamnya." Aku sedikit kecewa karena novel kesukaanku lenyap menjadi exp.

"Jay? Kau Jay kan?" Seseorang memanggilku.

Saat aku sedang beristirahat, ada seseorang yang memanggilku. Seorang tentara dengan postur badan tinggi besar dan berotot. Pria besar itu menghampiriku. Ternyata, orang itu adalah Bima dia teman SMA ku. Sudah hampir 5 tahun aku tidak pernah bertemu lagi dengannya, karena kami memiliki kesibukan masing-masing setelah lulus.

"Bima!? senang bertemu lagi denganmu. Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Rasa kecewa ku seketika sirna, setelah aku tahu teman dekatku saat SMA ada disini.

"Benar, sudah lama sekali. Kau tidak banyak berubah saat terakhir kali aku melihat mu Jay. Hahaha..." Bima mengajakku bercanda.

"Dan kau banyak berubah, terutama di badan dan ototmu itu yang sepertinya semakin membesar."

"Hahaha... Kau tahu sendiri kan, saat SMA aku sangat senang berolahraga. Saat di Akademi Militer pun, aku masih suka melatih otot-ototku ini." Dia menunjukkan otot tangannya yang besar.

"Itu keren. Lalu, apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Ehh, Apa kau tidak tahu? Sekarang ini, aku sedang membantu orang-orang yang mengalami luka karena becana ini. Aku ikut berpartisipasi dengan tim penyelamat menjadi relawan di area ini, untuk membantu para korban luka, lansia, wanita dan anak-anak. Kau sendiri, apa kau sedang terluka? Apa aku mengganggu istirahatmu?"

"...Oh tidak Bima, santai saja. Aku hanya mengalami beberapa luka kecil dan sepertinya sekarang sudah sembuh."

"Baiklah, bagus kalau begitu. Apa ada yang sedang kau butuhkan sekarang, Jay? Aku akan membantumu sebisaku."

"Tidak perlu, tidak perlu Bima. Aku hanya sedang beristirahat saja sebentar, mengembalikan staminaku. Aku juga sudah membawa senjata untuk aku gunakan, barangkali monster-monster itu datang kembali."

"Kau benar Jay, kurang dari 2 jam lagi gate akan muncul kembali dengan para monster mengerikannya. Kita semua harus bersiap-siap membasmi monster-monster itu."

"Bima, Bima, kau dimana?" Seorang wanita mencari Bima.

Saat aku dan Bima sedang mengobrol, tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang memanggil nama Bima. Sepertinya wanita itu sedang mencari Bima.

"Kakak, disini." Bima melambaikan tangan pada wanita itu.

Bima melambaikan tangannya agar dilihat oleh wanita itu. Ternyata dia kakak perempuan Bima. Dia menghampiri kami setelah melihat Bima sedang bersamaku.

"Oh ya Jay, perkenalkan ini kakakku Dyah Pitaloka dan kakak ini Jay teman SMA ku."

"Hallo, salam kenal. Namaku Jaya Kusuma, panggil saja Jay."

"Hallo Jay, salam kenal juga. Jadi kamu temannya Bima saat SMA? sepertinya kita baru bertemu sekarang. Dulu saat Bima SMA aku sering berada diluar kota. Itu sebabnya aku tidak tahu kamu temannya."

"Tidak apa, kak. Aku juga tidak setiap hari ke rumahnya Bima. Kami lebih sering bertemu di kelas daripada diluar sekolah."

"Jangan terlalu formal, panggil saja Loka."

"Baiklah."

"Aku Ada sedikit urusan dengan Bima, boleh ku bawa dia?"

"Tentu saja. Kami juga sudah selesai berbincang. Aku yakin Bima juga masih banyak pekerjaan disini."

"Terimakasih, nanti kita ketemu lagi ya."

"Jay, aku pergi dulu. Nanti kita berbincang lagi, kau jangan meninggalkan tempat ini. Sampai ketemu lagi."

"Oh ya, baiklah Bima. Sampai ketemu lagi."

Bima dan Loka pergi meninggalkanku. Karena sedikit bosan, aku pun pergi berkeliling melihat kondisi sekitar. Aku melihat sekeliling, banyak orang yang terlihat cemas mungkin karena akan ada Quest lagi. Dipos kesehatan juga masih banyak orang yang sedang diobati. Beberapa orang lainnya sedang menyiapkan diri untuk Quest berikutnya. Meraka saling berkumpul, membahas Quest yang akan datang.

Karena sedikit lapar, aku pergi ke pos makan untuk memakan sesuatu disana. Masih ada waktu sekitar 1 jam lebih untuk Quest, dan sebelum itu aku putuskan untuk makan terlebih dahulu.

Di pos makan ramai orang menyantap makanan yang disediakan. Walaupun makanan yang disediakan sederhana, tapi kami semua menyantapnya dengan nikmat. Kita tidak akan pernah tahu, mungkin saja ini makanan terakhir yang akan kita makan.

Di meja makan aku bertemu kembali dengan Bima dan Loka yang juga akan makan.

"Hai, Jay. Kita ketemu lagi." Bima menyapaku.

"Hai, ternyata kalian disini juga."

"Kami baru saja beres membuat makanan di pos makan ini."

"Benar, sekarang aku dan kakak sedang beristirahat makan siang."

"Boleh kami duduk disebelahmu, Jay."

"Tentu saja, duduklah. Aku juga baru mau makan. Mari, kita makan bersama."

Kami lantas memakan makanan yang kami ambil. Dipos makan ini, terlihat banyak orang yang mulai bergembira. Sedikit demi sedikit rasa cemas yang mereka alami hilang, hanya dengan memakan-makanan yang enak ini.

Saat selesai makan, tepat 1 jam sebelum Quest dimulai. Muncul jendela system yang menjelaskan tentang persyaratan Quest yang akan datang.

[Quest! Buat Party dengan minimal 5 Players.]

"Jadi ini persyaratan Questnya. Tapi, siapa yang akan aku ajak untuk membuat party?"

"Jay, apa kau sedang mencari orang untuk menjadi partymu? Jika tidak keberatan, apa kau mau bergabung bersama kami? Tidak banyak orang yang aku dan kakakku kenal. Jadi, mungkin akan lebih baik jika kita bersama." Bima mengajakku membuat party bersama dengan Loka.

"Tentu saja aku mau, apalagi dengan seorang tentara sepertimu. Tapi, apa kakak mu tidak keberatan aku bergabung dengan party kalian?"

"Tidak masalah, Iya kan kak? Justru kami sangat terbantu jika kau bergabung bersama party kami."

"Kenapa tidak? Kami juga membutuhkan orang lain. Kau orang yang cukup kenal dengan Bima, tentu saja kau boleh bergabung dengan party kami, Jay."

"Baiklah jika kalian berdua tidak keberatan aku mau bergabung dengan party kalian."

"Bagus, mari kita berjuang bersama!" Loka menyalamiku.

"Ya, mohon bantuannya."

"Baru 3 orang, kita butuh 2 orang lainnya untuk memenuhi persyaratan ini." Ucap Bima.

"Boleh aku ajak kenalanku? Ya, walaupun aku tidak tahu dia mau bergabung dengan kita atau tidak."

"Tentu saja boleh, memangnya dia siapa?"

"Baiklah kurasa kita harus mencarinya terlebih dahulu, sepertinya dia ada di sekitar sini."

Aku, Bima, dan Loka mencari orang itu. Orang itu adalah Arya, managerku saat di perusahaan. Melihat dia terampil dalam bertarung di gate sebelumnya tentu saja aku ingin merekrutnya bersama party kami. Semakin kuat party, maka semakin mudah juga membunuh para monster dan akan lebih mudah bagi kami menyelesaikan Quest.

Setelah cukup lama mencari, akhirnya kami bertemu dengan Arya yang sedang berada di pos penjagaan. Aku, Bima dan Loka menghampirinya.

"Manager Arya, eh maksudku Arya!" Aku berlari menghampiri Arya.

"....Jay?" Arya melihat kearah ku.

"Eh, pedangnya mengeluarkan aura hitam?" Ucapku dalam hati.

Aku melihat pedang hitam Arya mengeluarkan aura berwarna hitam. Aku tidak tahu aura apa yang pedang itu keluarkan. Tapi, aura itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku tidak memberi tahu Arya soal itu. Aku hanya berbincang dengan Arya dan mengajaknya bergabung bersama party kami.

"Begini, aku ingin kamu bergabung dengan party kami. Aku, Bima, dan Loka sedang mencari anggota untuk party. Bagaimana kamu mau ikut bergabung dengan kami?"

"Kebetulan aku juga sedang mencari party untuk Quest ini. Baiklah, aku akan bergabung dengan kalian. Tapi, aku punya 1 permintaan." Arya setuju bergabung, tapi dia memiliki permintaan pada kami.

"Permintaan? Permintaan seperti apa yang kamu maksud?" Bima menanyakan tentang permintaan yang diinginkan Arya.

"Yang menjadi ketua partynya adalah aku."

Aku, Bima dan Loka kemudian berdiskusi apakah kami akan menyetujui permintaan dari Arya atau tidak. Setelah beberapa saat memutuskan, kami akhirnya menyetujui permintaan tersebut.

"Baiklah Arya, kami sepakat bahwa party ini akan dipimpin oleh mu. Dengan begini kamu sudah menjadi bagian dari party ini."

Aku dan Arya menjabat tangan sebagai tanda setuju, dengan Arya yang menjadi ketua dari party kami.

"Sebelumnya perkenalkan, ini Bima dan Loka. Bima, Loka ini Arya."

"Hai Arya, salam kenal."

"Baiklah dengan begini, kita hanya butuh satu orang lagi untuk menjadi party kita. Tapi, siapa yang akan kita jadikan anggota ke lima?" Bima masih bingung mengajak satu orang lagi untuk dijadikan anggota.

Kami berempat kemudian memikirkan siapa orang yang akan kami rekrut sebagai anggota ke lima dari party kami.

Kami bingung, siapa lagi orang yang kami kenal, yang pantas kami jadikan anggota.

Tapi, tiba-tiba ada seseorang gadis yang datang menghampiri kami saat kami hendak mencari anggota kelima. Dia meminta kami agar diperbolehkan bergabung bersama party kami. Kelihatannya dia belum memiliki party karena dia datang pada kami seorang diri.

"Permisi, maaf mengganggu. Apa aku boleh bergabung dengan party kalian?"

.

.

.

To Be Continued

***

More Chapters