•••
Keira baru saja mendapatkan telfon dari pihak rumah sakit kalau Kinan-kembaran Keira yang tiba-tiba drop. Keira sampai di depan pintu ruangan Kinan. Di situ Kinan sedang diperiksa oleh dokter, tak henti-hentinya Keira berdoa agar Kinan lekas sembuh. Di hidupnya Keira hanya mempunyai Kinan seorang, keluarganya yang lain sudah pergi meninggalkan Keira, hanya tersisa Kinan, Keira harap Kinan bisa cepat pulih dari komanya.
Tak lama kemudian seorang dokter bersama dua suster keluar dari ruangan. Dengan cepet Keira menghampiri dokter tersebut. "Gimana keadaan adek saya, Dok?" tanya Keira.
"Kinan masih koma dan belum bisa sadar, kita harus menunggunya, saya harap Tuhan bisa memberikan keajaiban kepada Kinan."
Keira mengangguk.
"Kalau begitu, saya pergi pamit terlebih dahulu."
"Oh iya, Keira, kamu bisa segera membayar tunggakan Kinan di ruang adminstrasi ya," ucap salah seorang suster.
"Iya, Sus." Keira terduduk di kursi kala dokter dan suster pergi meninggalkan ruangan. Keira memijat kepalanya yang terasa sangat pusing, ia harus mendapatkan uang di mana, ia tidak mempunyai pekerjaan karena waktu di sekolah sangat mepet. Dan yang Keira butuhkan sekarang adalah uang cepat, ia harus mendapatkan uang untuk pengobatan Kinan.
•••
"Akhirnya kalian datang juga, gue kira lo semua bakal jadi cupu," ucap Evan sambil duduk di atas motornya. "Takut kalah kali ya?"
"Jaga ya mulut lo, lo gak inget, kemarin lo juga kalah dari gue," ucap Andrew.
Darren dan teman-temannya kini sedang berada di tempat biasa mereka balapan liar. Tempat itu berada di pinggir kota, jadi polisi tidak mengetahui tempat itu.
Suasana arena balapan terlihat sangat ramai, mereka datang karena digadang-gadang ada balapan antara Blaze dan Revolt. Blaze adalah club motor milik Darren, sedangkan Revolt adalah milik Evan.
"Hei, yang lalu biarlah berlalu, hidup itu maju coy, sekarang ya sekarang, gue pasti menang lawan Blaze," ucap Evan. "Gue mau lawan Darren."
"Gue lagi gak mood balapan."
"Halah, lo kalau gak bisa bawa motor bilang aja kali, Ren. Mau gue ajarin?"
"Waduh, waduh pak Evan, mending gak usah ngejek Darren, lawan gue aja dulu gimana? Nanti kalo gue kalah dari lo, lo bisa lawan Darren."
"Taruhannya berapa nih? Gak asik kalo gak pake uang," ucap Neo.
"10 Juta."
"Kecil amat, 20 Juta deh," ucap Bara.
"Oke."
"Udah pasti lo menang, Drew, gue percaya lo," bisik Neo lalu menepuk-nepuk pundak Andrew.
"Abis ini kita makan-makan. Soalnya dapet 20 Juta."
"Gak usah kepedean dulu kali, bos gue lebih jago dari lo," ucap Wisnu.
"Hahahaha, gak percaya gue," ucap Neo sambil meledek.
Andrew duduk di atas motornya, ia memutar sedikit thortlle menghasilkan bunyi yang nyaring, Andrew mengeratkan sarung tangan miliknya. Pandangannya tertuju ke arah depan, melihat cahaya lampu yang berada di garis finish ia yakin pasti bisa mengalahkan Evan.
Begitupun Evan, ia menghasilkan suara motor yang kencang tak mau kalah dari Andrew, ia sudah banyak berlatih, kali ini pasti ia dapat mengalahkan Andrew.
Andrew menutup kaca di helmnya. Seorang perempuan muncul sambil membawa bendera, perempuan itu menghitung mundur dari nomor tiga, setelah menyebutkan nomor satu, perempuan itu melempar bendera yang ada di tangannya ke arah atas. Andrew dan Evan sudah menancap gasnya dengan kecepatan tinggi. Mereka bertanding dengan singit. Tidak mau ada yang kalah di antara mereka.
Kali ini Evan memimpin, di balik helmnya dia tertawa. "Apa gue bilang, gue pasti menang dari lo, Andrew."
"Jangan seneng dulu, ini masih awal."
Andrew menambah kecepatan motornya, akhirnya ia bisa menyusul Evan. Kemudian pertandingan berakhir dengan Andrew yang memenangkan pertandingan. Andrew membuka helmnya, ia tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Evan. "Lo kalah dari gue, lagi."
"Aduh mas Evan, jangan lupa transfer uangnya ya, di rekening milik Blaze. Blaze jadi kaya karena lo, Van, thanks yaw," ucap Bara.
"Sialan." Evan melempar helmnya ke tanah.
"Kalo mau lawan gue, minimal latihan dulu yang bener," ucap Darren kemudi pergi meninggalkan arena.
•••
Pelajaran Matematika telah selesai, Darren diminta sang guru untuk mengumpulkan tugas anak-anak. Saat sudah di depan meja Keira, Keira masih mencatat tugas.
"Lo ada salah ngitung, seharusnya ada 5x, tapi lo nulis 4."
"Apa sih, suka-suka gue lah."
"Dikasih tau malah ngeyel."
"Nih, kalo gue benerin jawaban gue, yang ada lo makin lama nunggu gue, mau?"
Di situ Darren hanya diam.
"Gue bingung, kenapa orang kayak lo bisa masuk kelas ini, ngitung aja masih salah kayak gitu," ucap Darren setelah mengambil buku milik Keira.
"Lo ngomong sama gue?" tanya Keira. "Ternyata lo lebih nyebelin ya ketika ngomong langsung. Perasaan orang-orang kok ngomongnya baik-baik mulu kalo tentang lo."
Darren tak memperdulikan ucapan Keira, ia memilih untuk langsung pergi ke ruang guru untuk memberikan tugas matematika.
"Keira, kamu tau gak sih, tadi malam ada pertandingan."
"Pertandingan apa?" tanya Keira.
"Balap motor, biasanya mereka naruh uang, tadi malem gengnya Darren dapet 20 Juta."
"20 Juta?" tanya Keira kaget. Balapan doang dapet 20 Juta?
Bunga mengangguk.
Tuh cowok gue kira anak baik-baik, ternyata suka balapan juga.
"Lo laper gak?" tanya Keira.
Bunga mengangguk.
"Ke kantin yuk."
"Yuk, aku mau makan banget. Mau makan chiken katsu."
"Yaudah yuk."
•••