BAB 5 – Kubur yang Terbuka
Faisal menghabiskan malam keempat tanpa tidur.Bayangan ayah angkatnya yang sudah lama meninggal kini memenuhi pikirannya—bukan hanya karena penampakan itu muncul di depan rumah, tapi karena ucapannya:
"Kembalikan… atau biarkan kami menjemputmu."
Ia tak bisa menunggu lebih lama.Pagi-pagi buta, sebelum azan subuh berkumandang, Faisal berjalan cepat menyusuri jalan tanah yang menuju ke pemakaman kecil di belakang masjid.
Langkahnya berat. Hujan semalam menyisakan genangan lumpur di sepanjang jalan.Tanah pemakaman pun terasa becek, dingin, dan sunyi. Angin pagi menusuk, dan kabut tipis menyelimuti nisan-nisan tua.
Namun ada satu yang membuatnya berhenti mendadak.
Kubur ayah angkatnya, Pak Dahlan — terbuka.
Tanahnya tergali.
Bukan oleh tangan manusia. Tapi seperti diseret keluar dari dalam, liangnya bolong, dan papan penutupnya tercabik.Nisan bambu patah, dan tak ada satu pun sisa kafan atau tubuh.
"Ya Allah…" bisik Faisal, mundur dengan tubuh gemetar.
Kubur itu… kosong.
Faisal hampir jatuh tersungkur ke tanah. Tapi sebelum sempat ia lari—
Terdengar bisikan dari dalam lubang kubur itu.
Pelan… serak… seolah berasal dari dasar bumi.
"Faisal…""Kau mencuri yang bukan hakmu… kini waktumu diambil…"
Tangan kurus berwarna hijau kebiruan muncul dari lubang itu dan mencengkeram pergelangan kaki Faisal!
Faisal berteriak, tubuhnya terseret satu meter sebelum akhirnya ia bisa menendang dan melepaskan diri.
Ia lari sekuat tenaga, tak berani menoleh ke belakang. Tapi dari sudut matanya, ia sempat melihat:Sosok tubuh setengah busuk perlahan bangkit dari liang kubur, berdiri miring, dengan satu mata terlepas dari soketnya.
Siang harinya, warga geger.Pemakaman rusak. Kuburan terbuka. Desas-desus muncul.
"Kuntilanak kali…""Ada tuyul nyolong kuburan…""Atau… mayatnya bangkit sendiri?"
Tapi satu hal yang paling mengerikan…Faisal demam tinggi.
Tubuhnya panas, matanya merah, dan tangannya… mulai mengeluarkan belatung.Orang-orang tak berani mendekat. Bahkan Bu Narti, tetangga yang dulu peduli, kini hanya mengintip dari balik tirai.
Malam kelima.
Faisal bermimpi lagi. Tapi kali ini bukan masjid.
Ia berada di dalam liang kubur.
Gelap. Sempit. Bau busuk menyengat. Di atasnya, tanah bergerak—seseorang sedang menimbunnya hidup-hidup.
Dan sosok di atas sana adalah… dirinya sendiri.Versi Faisal yang tersenyum, tanpa bola mata.
"Biarkan aku menggantikanmu…""Kau sudah kotor… biar aku yang hidup…"
Faisal terbangun sambil berteriak dan muntah darah.
"Aku harus bertobat… harus kembalikan semua ini…""Sebelum malam ketujuh… sebelum semua terlambat."