LightReader

Chapter 18 - Bab 18: Jejak Crimson di Hati Para Penjelajah

Keheningan di dalam aula besar Kerajaan Crimson terasa begitu tebal, hanya dipecahkan oleh suara napas Elara dan Kael yang tertahan. Mereka berdiri di hadapan sosok yang mereka kenal sebagai Pangeran Kelabu, namun aura yang memancar darinya jauh melampaui persona sang mediator yang pernah mereka dengar. Ada kekuatan primordial, dingin, dan mutlak yang membuat lutut mereka lemas.

Pangeran Kelabu, atau Sephiroth, menatap kedua manusia itu dengan mata peraknya yang dalam. Tidak ada kemarahan, tidak ada ancaman yang langsung. Hanya sebuah observasi yang dingin, sebuah evaluasi. Ia telah melihat semua keberanian dan rasa ingin tahu manusia selama berabad-abad, dan kedua penjelajah ini adalah manifestasi paling murni dari sifat-sifat itu.

"Kalian," suara Sephiroth bergema, setiap kata terasa seperti es yang bergeser, "telah mencapai tempat yang tidak seharusnya kalian temukan. Sebuah anomali."

Kael, dengan keberanian yang entah datang dari mana, akhirnya memberanikan diri. "Kami ... kami tidak bermaksud mengganggu. Kami hanya tersesat dalam badai, mencari perlindungan."

Elara mengangguk, matanya memohon. "Kami adalah penjelajah, Yang Mulia. Kami bersumpah tidak akan pernah mengungkapkan keberadaan tempat ini."

Sephiroth tidak langsung merespons. Ia melangkah perlahan mengelilingi mereka, setiap gerakannya anggun namun sarat dengan kekuatan yang tersembunyi. Elara dan Kael bisa merasakan aura yang menekan dari setiap langkahnya, sebuah pengingat akan legenda The One Sang Pembantai yang telah memusnahkan ratusan ribu makhluk. Akankah mereka menjadi korban berikutnya?

"Kalian berbicara tentang sumpah," kata Sephiroth, suaranya kini sedikit lebih lembut, namun tetap dingin. "Sumpah adalah kata-kata. Tindakan adalah segalanya." Ia berhenti di hadapan mereka lagi. "Aku bisa melenyapkan kalian di sini dan sekarang. Tidak ada yang akan tahu kalian pernah ada."

Rasa dingin merayapi tulang punggung Elara dan Kael. Mereka tahu itu benar. Mereka adalah titik kecil di hadapan kekuatan ini.

Anugerah yang Mengejutkan

Namun, alih-alih melancarkan serangan, Sephiroth justru melakukan hal yang tak terduga. Ia mengangkat tangannya. Telapak tangannya memancarkan cahaya perak redup yang perlahan melayang ke arah Elara dan Kael. Cahaya itu tidak terasa mengancam, justru menenangkan.

"Kalian adalah anomali," ulang Sephiroth. "Sebuah peluang untuk mengamati. Aku akan mengizinkan kalian pergi."

Elara dan Kael terkesiap, nyaris tidak percaya.

"Namun," Sephiroth melanjutkan, "kalian akan membawa sesuatu dariku. Bukan sebuah ancaman, melainkan sebuah jejak. Sebuah sentuhan yang akan mengingatkan kalian tentang tempat ini, dan memastikan janji yang kalian ucapkan."

Cahaya perak itu menyentuh dahi Elara dan Kael. Rasanya seperti sentuhan es yang dingin namun tidak menyakitkan, lalu menyebar ke seluruh tubuh mereka. Mereka tidak merasakan sakit, hanya sebuah sensasi aneh, seolah ada sesuatu yang baru saja ditanamkan dalam diri mereka. Ini bukanlah kekuatan yang nyata, melainkan sebuah penanda spiritual yang akan beresonansi dengan kehadiran Sephiroth. Itu adalah cara untuk melacak mereka, tetapi juga cara untuk memastikan bahwa ingatan mereka akan Crimson tidak akan pernah memudar, dan janji mereka tidak akan pernah dilanggar.

"Kalian sekarang bebas," kata Sephiroth, lalu ia mengulurkan tangannya, dan dinding gua yang mereka masuki sebelumnya, yang tadinya menghilang, kini kembali terlihat, terbuka untuk mereka. "Kembalilah ke dunia kalian. Dan ingat apa yang telah kalian lihat. Ingat keheningan di sini. Keberadaan tempat ini akan tetap menjadi rahasia kalian."

Elara dan Kael, yang masih terguncang namun sangat lega, membungkuk dalam-dalam. "Terima kasih, Yang Mulia!" ucap Kael, suaranya sedikit gemetar.

Tanpa menoleh ke belakang, mereka melarikan diri dari aula itu, melintasi terowongan, dan keluar dari gunung. Badai salju telah mereda, dan cahaya matahari pagi menyambut mereka. Mereka tidak lagi merasakan dingin yang menggigit, melainkan kelegaan yang luar biasa.

Jejak yang Tertinggal

Mereka kembali ke peradaban manusia mereka, menceritakan kisah petualangan mereka yang menakjubkan, namun dengan detail tentang Crimson yang tidak pernah mereka sebutkan. Kenangan akan tempat itu, dan sosok Pangeran Kelabu, begitu jelas di benak mereka, namun mereka tidak dapat membicarakannya. Setiap kali mereka mencoba, ada semacam penghalang tak terlihat yang membuat kata-kata itu tercekat di tenggorokan mereka. Mereka tahu itu adalah bagian dari "sentuhan" yang diberikan Sephiroth.

Elara dan Kael melanjutkan hidup mereka, menjadi penjelajah yang lebih bijaksana, selalu menyimpan rahasia besar di hati mereka. Mereka kadang-kadang akan merasakan sensasi dingin di dahi mereka, sebuah pengingat akan Kerajaan Crimson dan penguasanya. Sephiroth telah membiarkan mereka pergi, bukan karena kebaikan hati, melainkan sebagai percobaan, sebuah cara untuk melihat bagaimana manusia akan bereaksi terhadap "anomali" seperti mereka, dan sebagai bukti bahwa kekuasaannya melampaui pembantaian, mampu mengendalikan bahkan ingatan dan kehendak.

More Chapters