LightReader

Chapter 5 - Penjaga Cahaya yang Terlupakan

Cahaya biru memenuhi ruang itu, berpendar seperti gema yang hidup. Di tengah keheningan, dari balik reruntuhan mecha kuno, sosok perlahan muncul — tinggi, berjubah kristal, wajahnya tersembunyi di balik topeng perak dengan garis cahaya mengalir di sekelilingnya.

Suaranya terdengar langsung di pikiran Lied, bukan melalui udara.

> “Aku adalah Aranthis, Penjaga Cahaya. Penunggu waktu yang tersesat.”

Lied mundur satu langkah. Tangannya refleks menyentuh senjata di pinggang, meskipun ia tahu, entitas ini bukan makhluk biasa. Kehadirannya seperti bayangan dari waktu yang sudah mati — bukan hidup, tapi belum mati sepenuhnya.

> “Kau… kau tahu siapa aku?”

“Aku tahu siapa yang akan kau jadi.”

Ruang itu perlahan berubah. Dinding-dinding kristal seolah mencair, dan dunia lain mulai terbentuk di sekeliling Lied — bukan fisik, tapi memori. Ia berdiri di tengah kota asing bercahaya, langitnya dipenuhi bintang bergerak, dan di sekelilingnya, makhluk-makhluk berwujud seperti manusia namun bermata biru menyala.

> “Ini adalah Eilara, sebelum waktu beku. Sebelum Voidspawn dilahirkan. Sebelum peradaban kami membayar harga karena menciptakan Terra.”

Lied menatap sekeliling. Mecha seperti Terra, tapi belum sempurna, berbaris rapi di pelabuhan angkasa. Mereka bukan alat perang, melainkan penjaga dimensi.

> “Kalian yang menciptakan Terra?”

“Kami hanya menemukannya. Kami menyempurnakannya. Tapi kami tidak pernah menguasainya.”

Aranthis melangkah ke samping. Dari pusaran memori itu, terlihat sebuah tabung kristal besar — dan di dalamnya… seorang manusia.

Tidak—bukan manusia… tapi seseorang yang wajahnya mirip Lied.

> “Siapa itu?”

“Itu adalah pilot pertama. Dia tidak berasal dari ras kami… dia berasal dari dunia yang telah dilupakan oleh sejarah. Seperti dirimu.”

Lied terpaku.

Kenangan yang tidak ia miliki... tapi terasa familiar... muncul sejenak: pertempuran, pengkhianatan, kehancuran. Tubuhnya gemetar, seolah pikirannya terbuka paksa oleh sesuatu yang jauh lebih tua dari dirinya.

> “Terra memilih pilot berdasarkan resonansi. Dan resonansi hanya terjadi ketika masa lalu... hidup kembali di dalam darah.”

> “Aku adalah reinkarnasi?”

> “Bukan. Kau adalah penghubung. Apa yang pernah gagal… kini diberi kesempatan kedua.”

Tiba-tiba, seluruh ruang memori bergetar. Suara-suara Voidspawn menyeruak seperti teriakan dari luar dimensi. Kristal-kristal di sekitar mereka retak, dan Aranthis menatap Lied untuk terakhir kalinya.

> “Ingat ini: Kau bukan hanya mengendalikan Terra. Kau sedang membuka kunci rahasia Voidspawn itu sendiri. Dan mereka akan memburumu… karena kau semakin dekat.”

Ruang itu runtuh.

Lied terbangun — masih di dalam ruangan monolit, di samping mecha kuno. Terra diam, tapi matanya menyala redup.

> “Aku melihatnya… Aku tahu siapa aku sekarang,” bisik Lied.

Di kejauhan, sensor Terra berbunyi pelan.

> “Voidspawn kelas tinggi terdeteksi. Mereka tahu kita ada di sini.”

Dan untuk pertama kalinya sejak perjalanannya dimulai, Lied tidak merasa takut. Ia sudah memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar bertahan hidup.

More Chapters