LightReader

Chapter 6 - Chapter 5 – Drexan yang Hilang dari Peta

Drexan tidak tercatat dalam sistem Marevia. Tidak ada rute resmi yang menuju ke sana, tidak ada peta yang memuatnya, dan tidak ada laporan populasi yang mengakuinya sebagai bagian dari Velaris. Bagi sistem, Drexan bukanlah wilayah—ia adalah kesalahan.

Namun bagi Auren, tempat ini perlahan berubah dari kesalahan menjadi kebenaran yang menakutkan.

Hari-hari berikutnya ia habiskan menyusuri lorong-lorong sempit, memerhatikan kehidupan yang nyaris tidak bisa disebut nyaman, tapi nyata. Anak-anak bermain tanpa NeuroLens. Mereka tertawa… dan juga menangis. Auren nyaris lupa bahwa suara tangis bisa terdengar begitu hidup.

Kalea membawanya ke sebuah ruangan bawah tanah yang berbeda hari itu—lebih besar, dikelilingi layar tua dan alat mekanik rusak yang entah masih berfungsi atau tidak.

"Ini markas informasi bawah tanah," kata Kalea. "Kami menyimpan apa yang sistem buang. Video lama. Data mentah. Kata-kata yang pernah dianggap bahaya."

Di tengah ruangan, seorang pria tua berdiri membelakangi mereka. Rambutnya putih, tubuhnya kurus, tapi matanya saat berbalik… tajam. Bukan karena marah. Tapi karena sudah terlalu lama melihat kenyataan.

"Auren," kata Kalea, "ini Elior. Dulu dia ilmuwan sistem. Salah satu pembuat The Veil. Sekarang… pengkhianatnya."

Auren menegang.

Elior mengangguk. "Kau tidak harus takut padaku. Yang seharusnya kau takuti adalah apa yang sudah aku bantu ciptakan."

Ia mengeluarkan sebuah perangkat kecil berbentuk lensa. "Kau mengenal NeuroLens, tapi ini… versi sebelum itu. Dulu, kami hanya ingin membantu manusia mengelola trauma. Tapi dunia tidak pernah puas. Mereka ingin kedamaian… total. Dan kedamaian total hanya mungkin terjadi kalau kau memotong separuh jiwa manusia."

"Separuh…?" Auren bertanya, nyaris tidak percaya.

"Rasa sakit. Rasa marah. Rasa rindu. Semua dianggap racun. Padahal justru di sanalah letak kemanusiaan."

Kalea memandang Auren dalam-dalam. "Itulah kenapa kami bertahan. Karena kami memilih untuk hidup… meski itu berarti menderita."

Auren menunduk. Ia tak bisa menyangkal kebenaran itu. Ia mulai memahami bahwa dunia tempat ia dibesarkan bukan damai—melainkan dibungkam. Dan kini, suara-suara itu mulai terdengar lagi, keras dalam dirinya.

"Kalau aku ingin tahu semuanya…" bisiknya, "apa yang harus kulakukan?"

Elior tersenyum kecil. "Kau harus pergi ke pusat sistem. Ke jantung The Veil. Tapi hati-hati, Auren. Semakin dalam kau melihat… semakin rapuh batas antara siapa dirimu dan siapa yang mereka bentuk darimu."

 

More Chapters