Sudah menjadi kebiasaan sultan Abdullatif tuk menyamar, biasanya sang sultan menyamar menjadi petani, nelayan, penarik gerobak pembawa air bersih dipasar, dan lain sebagainya.
Sore itu, sang sultan tengah menyamar menjadi seorang nelayan . Kebiasaan uniknya ini sudah dilakukannya sekitar 5 tahun belakangan. Ia ingin melihat dengan kedua matanya langsung penderitaan rakyatnya. Sungguh mengagumkan.
Ditengah sungai Sutrasenja yang dalam lagi luas, sultan Abdullatif membuang jala kebawah dasar sungai. Lalu tak lama kemudian diangkatnya lah jala tadi, begitu terus menerus kegiatannya dihari ini. Saat pukul 5 sore, dia mengangkat jala yang tak lama dia ceburkan kedalam sungai yang airnya berwarna kuning kecoklatan. Namun jala itu sangat berat, sampai-sampai sang sultan malah terlempar kedalam sungai . Pria tua yang melihat kejadian itu langsung terjun kesungai, dibawanya lah sultan Abdullatif ketebing sungai.
"Pakcik, bangun Pakcik!"ucap Pak tua sedikit panik. Namun sang sultan masih memejamkan kedua matanya. Pak tua mengangkat tubuh sultan lalu membawa kekediamannya yang tak terlalu jauh dari sungai Sutrasenja.
Pak tua yang bernama Ulu Malya itu berhasil menyelamatkan nyawa sang sultan. Ia, istri dan anaknya merawat sang sultan yang padahal tidak kenapa-kenapa, hanya bangun dari pingsan dengan sangat perhatian. Mereka tak membiarkan sang sultan pulang begitu saja, paling tidak harus bermalam barang sehari atau dua malam. Yang disetujui oleh Sultan dengan sedikit terpaksa, mengingat banyak hal yang harus ia lakukan diistana.
Malam, sesudah sholat isa berjamaah yang diimami langsung oleh Nadzir (anaknya Ulu Malya)Ulu Malya dan istri menyuruh sultan tuk makan malam bersama mereka.
"Ayo Pakcik, makan. Jangan sungkan, kau adalah tamu bagi kami. Bukan kah begitu Dzir?tanyanya kepada sang anak yang diangguki penuh takzim oleh sang anak.
"Lagipula, saya masak banyak nih Pakcik, ayolah hormati kami. Kami kan sang bersyukur jika Pakcik mahu makan beserta kami"ucap istri Ulu Malya dengan penuh takzim, seolah ia berbicara dengan seorang penguasa negeri, padahal memang kali ini ia sedang berbicara dengan sultan.
Sultan Abdullatif masih terlihat sungkan
"Sudah, tidak mengapa Pakcik, ini. Pakcik wajib makan , kalau tidak Pakcik berdosa"Nadzir mengambil ikan goreng lalu meletakkannya diatas piring dekat sultan.
Semua tertawa mendengar ucapan Nadzir tadi, tapi tidak dengan sultan.
"Maaf jikalau saya merepotkan Kakanda"ucap sultan pelan menatap Ulu Malya.
"Seperti hadist Baginda Rasulullah Pakcik, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya siang dan malam . Hadist riwayat Bukhari Muslim dan Ibunda kita Sayyidah Aisyah Rodiaallahunha"ucap Ulu Malya yang membuat sultan Abdullatif tertegun.
"Betul itu Pakcik, kami satu rumah beriman kepada Allah dan hari akhir, kami ingin menjunjung tinggi perintah tersebut, jadi . Tolong kami tuk bisa melaksanakannya"ucap Nadzir sedikit merengek.
Akhirnya sang sultan pun menyantap hidangan yang ada didepannya. Setelah makan malam usai, sultan berbaring dikamar Nadzir, Ulu Malya menyuruh anaknya tuk tidur dengan tamunya malam ini. Jika berkenan , sang tamu bermalam 3 hari 3 malam, maka Ulu Malya dan keluarganya pasti kan senang.
Diruang tamu, Ulu Malya mengajarkan kitab kepada Nadzir, kita itu bernama Ihya Ulumuddin. Tak disangka, diam-diam sang sultan mendengarkan pengajaran penuh hikmat itu dibalik dinding kamar ,tak lama kemudian sang sultan keluar kamar.
"Kakanda, boleh kah saya ikut belajar?"tanyanya sangat takzim.
Ulu Malya merasa aneh dengan panggilannya tuk sang tamu, Ulu Malya memanggilnya dengan panggilan Pakcik yang artinya Paman, sedangkan sang tamu lebih muda daripadanya. Ia sadar beberapa jam belakangan ia salah dalam memanggil seseorang dengan status umurnya.
"Maaf jika tadi saya memanggil tuan hamba dengan panggilan Pakcik, padahal umur kau lebih muda dari ku"
Nadzir sedikit tertawa mendengarnya, tapi ia tahan.
"Tak mengapa Kakanda"
"Kalau boleh tahu, siapakah nama kamu?"
"Nama saya,,,,nama saya"sultan berfikir. Dia tak ingin membeberkan identitas aslinya malam ini, tak tahu besok. Yang jelas sekarang dia harus menyamar.
"Nama saya,,nama saya Hassan Kakanda"
"Masya Allah, nama yang indah, seperti cucunya Baginda Rasulullah"puji Ulu Malya.
"Ayo Kakanda Hassan, duduk disebelah Nadzir!"ajak Nadzir. Lalu Ulu Malya kembali mengajarkan kitab tasawuf itu sampai pukul 12 malam.
Setelah sholat subuh berjamaah, Ulu Malya mengajak sultan makan lagi, kali ini sarapan.
"Maaf Kakanda, tapi saya sudah terlalu merepotkan kalian semua"ucap sultan tak enak hati.
"Apa salahnya tuk makan Hassan?"tanya istri Ulu Malya.
"Saya harap, kalian mengerti, saya baru bertemu dengan kalian, tapi kalian sudah terlampau baik dengan saya"
Ulu Malya menggelengkan kepalanya
"Saya hanya ingin menjadi ummat nabi Muhammad yang patuh akan perintah nabinya, apakah itu salah?"tanya Ulu Malya.
"Ayolah Kakanda, makan lagi bersama kami"ajak Nadzir yang kali ini terdengar sangat merengek. Nadzir memanggil sultan dengan panggilan Kakanda, tidak paman. Padahal umur mereka berdua terlihat seperti anak dan Bapak. Tidak seperti dua pasang adik-kakak
"Dek Nadzir, sungguh Kakanda tak enak hati, Kakanda harap kau mengerti"ucapnya sambil berdiri dibalik pintu kamar, sedangkan yang lain menunggunya tuk sarapan bersama.
"Yah Kakanda, ayolah Kakanda!"ajak Nadzir lagi, lalu Nadzir berdiri, berjalan dan menarik tangan penuh otot sultan dan mendudukkan nya tepat disebelah kanannya.
"Anggap saja ini permintaan seorang adik ke kakaknya"ucap Nadzir mantab. Lalu Nadzir mengambilkan kuah sup ikan yang panas dan menuangkannya keatas piring lalu menyodorkannya kehadapan sultan.
"Selamat makan Hassan"ucap istri Ulu Malya sangat ramah.
Seusai sarapan, sultan tak ingin lagi terlalu banyak merepotkan keluarga Ulu Malya, ia pamit pulang.
"Bermalam lah lagi sampai tepat 3 malam Kanda!"
Sultan menggelengkan kepalanya.
"Temani Nadzir belajar sama Ayah 2 malam lagi"
"Betul Hassan, setidaknya temanilah Nadzir belajar bersama "ucap Ulu Malya.
"Tidak Kakanda, sudah saya ucap tadi, saya sudah terlampau merepotkan kalian. Lagipula, banyak pekerja yang harus kerjakan hari ini juga "
"Bukan kau seorang nelayan?"tanya istri Ulu Malya.
"Bukan "jawab sultan singkat.
"Lalu?"tanya Nadzir sangat penasaran.
"Kalau bukan nelayan, lalu kenapa kau semalam tercebur saat mencari ikan?"tanya Ulu Malya seperti orang menembakkan anak panah.
"Pekerjaan saya cukup rumit, tak semua orang bisa melakukannya. Saya sebetulnya juga tak terlalu yakin apakah saya bisa mengerjakan tugas saya dengan sebetul -betulnya"
Nadzir, Ayah dan Ibunya saling bertatap-tatapan.
"Nanti saya kan jawab, mungkin besok atau sore ini. Yang jelas saya harus pulang"
"Berarti nanti sore Kanda kesini lagi?"tanya Nadzir kegirangan.
"Insya Allah, jika sang mahapenentu mengizinkann
Jika tidak , mungkin suatu saat nanti. Yang jelas saya harus kesini lagi secepatnya "
"Datang lah kesini kapanpun kau mau Hassan"ucap Ulu Malya sambil membelai pucuk kepala sultan, belaian itu seperti belaian seorang ayah kepada putranya. Tak disangka oleh semua keluarga kecil Ulu Malya, bahkan sang sultan sendiri, sultan meneteskan air matanya .Sudah lama dia tak dibelai seperti tadi oleh almarhum Ayahnya.
"Kenapa kau menangis Kanda?"tanya Nadzir sangat polos.
"Tak mengapa, hanya saja belaian Kakanda Ulu Malya tadi mengingatkan saya kepada almarhum ayah saya"
"Kanda bisa menganggap Ayah saya sebagai Ayah kandungannya Kanda sendiri, tentu boleh kan?Yah?"
"Tentu saja"jawab Ulu Malya sambil terus membelai pucuk kepala sultan. Lalu sang sultan meledak, dia menangis cukup keras, kemudian Ulu Malya mendekap sultan, tak jauh berbeda seperti seorang ayah yang mendekap putranya .
Setelah cukup banyak mengeluarkan air matanya, sang sultan izin pamit pulang dan berjanji, insya Allah sekitar jam 5 sore ini, dia kan datang lagi.
***
Sore tepat pukul 5 , sultan datang lagi kekediaman Ulu Malya, kini dia menampilkan sosok status sebenarnya dirinya. Dia datang datang dengan bala pasukan berkudanya. Dengan pakaian khas seorang sultan, dia menghadap kepada keluarga kecil Ulu Malya.
"Kau?mohon ampun Beta sultan, beta tak tahu kalau-"sultan langsung memotong permintaan maaf Ulu Malya
"Tak usah meminta maaf Kanda, menyamar memang kesukaan saya. saya ingin melihat langsung bagaimana penderitaan rakyat saya, apakah saya salah?"tanyanya yang membuat keluarga kecil Ulu Malya tertawa.
"Mantab Kanda, eh ,,maksud saya sultan"ucap Nadzir sambil memberikan tepuk tangan kepada sultan.
"Berarti, malam tadi kita makan bersama sultan, Bu,Yah,,masya Allah"
"Berarti inilah pekerjaan Beta?"tanya istri Ulu Malya masih sedikit tak percaya. Sultan mengangguk takzim.
"Kalau boleh, saya ada sedikit permintaan duhai Kanda"ucap sultan masih dengan nada sungkan.
"Apa itu?"tanya Ulu Malya yang sedang duduk rapi diatas tikar anyaman bambu. Begitupun sang sultan dan kedua puluh lelaki gagah perkasa yang dibawa nya. Mereka duduk lesehan diatas tikar ditengah rumah.
"Saya, saya ingin membawa Kanda dan keluarga tinggal diistana"ucapnya sangat hati-hati, mungkin takut Ulu Malya tersinggung atau semacamnya.
Ulu Malya diam, wajahnya datar . Lain dengan Nadzir dan istrinya yang gembira mendengar ajakan sultan.
"Untuk apa?"tanya Ulu Malya lagi.
Sultan menjenguk air liurnya sedikit, lalu mulai perlahan membuka mulut lagi
"Jadilah penasehat saya Kanda, Kanda begitu menguasai kitab kuning, saya merasa sangat bahagia jika Kanda berkenan. Tolong fikirkan kemaslahatan rakyat Fat'hul Anwar, jika Kanda bersedia menjadi penasehat saya, saya yakin insya Allah negeri kan mendapatkan kejayaannya"
"Tapi Beta ngin hidup begini, mencari ikan, lalu pulang"
"Fikir kan lah lagi duhai Kanda, demi rakyat, demi negeri "
"Maaf sultan, tapi beta tak sanggup. Cari yang lain saja"
"Saya mohon Kanda, bersedialah, supaya kepulangan saya tak mengecewakan . Lagipula, tamu harus dihormati bukan?itu kan yang diperintahkan utusan Allah?"
Ulu Malya tertawa
"Masya Allah, betul sultan. Kalau begitu, bagaimana kalau sultan bawa saja Nadzir, sebagai pengganti beta"
Sultan sedikit kecewa, tapi ada juga sedikit kegembiraan dihatinya, sultan menyangka pasti Nadzir juga ahli kitab.
"Sedari umur Nadzir 5 tahunan, beta sudah ajari dia, terhitung sudah 50han kitab kuning yang sudah Beta ajarkan kepadanya, insya Allah dengan itu kan membantu sultan tuk membangun negeri supaya lebih baik dikemudian hari. Lagi pula, saya sudah tua, tak tahu kapan meninggal, boleh jadi besok saat mencari ikan, atau malam ini. Hanya Allah yang tahu "
Walau sedikit kecewa, akhirnya sang sultan membawa Nadzir keistananya. Setidaknya dia pulang tak dalam keadaan tangan kosong, ada yang dibawanya sebagai penasehat raja, yaitu Nadzir.
***
Dipintu gerbang istana, ada penyambutan kecil yang dilakukan oleh para khadimah(para pelayan istana perempuan)tuk menyambut kedatangan penasehat sultan. Dulu sekitar 3 bulu yang lampau, penasehat sultan Abdullatif meninggal, belum ada penggantinya. Sang penasehat itu memang lama mengabdi , dari kakek sang sultan sampai 3 bulan yang lalu.
Para khadimah menari gemulai, mereka memakai baju kebaya panjang berwarna kuning, ada selendang berwarna hijau daun yang terikat dileher mereka, sesekali mereka melontarkan beras kuning dan bunga melati kearah sultan dan Nadzir. Ditemani alunan gamelan, mereka tampak sangat mempesona.
Dilantai dua istana, rasa penasaran putri Aina tak terbendung, dia tak ingin berdiam diri saja didalam kamarnya yang cukup luas itu, putri Aina berlari, menuruni anak tangga dan berhenti tepat diambang pintu istana. Matanya berbinar, senyumnya merekah. Dia tak mengira bahwa sang penasehat Abangnya adalah pemuda semurannya.
"Apakah aku tak salah lihat Mutiara? tanyanya kepada khadimah yang slalu setia menemaninya.
Mutiara terpesona dengan wajah tampan Nadzir.
"Dia tampan putri, Masya Allah"
Mereka berdua tertawa. Sultan Abdullatif dan Nadzir sampai didepan pintu istana
"Assalamualaikum Dik"
"Wa'alaikumussalam Abang"ucap putri Aina sambil menundukkan wajahnya, padahal dari bawah dia mencoba melirik -lirik pemuda tampan didepannya.
"Nadzir, dia adik saya, nama nya Aina"
"Masya Allah, senang bertemu dengan kamu putri Aina"
Putri Aina seolah terbang ke angkasa, duka lama setelah meninggal Ibu dan Bapak nya setahun yang lalu akibat tenggelam dilaut saat ingin menunaikan ibadah haji