LightReader

Chapter 83 - Chapter 83 – Paths Intertwined

Chapter 83 – Paths Intertwined (Jalan yang Bersilangan)

Ruji Dei melihat ekspresi Zienxi yang seperti orang sedang kebingungan. "Senior, bolehkah aku bertanya, dari sekte mana dirimu? Maaf, aku tidak bermaksud menyinggung, hanya bertanya... karena aku khawatir bertemu orang dari sekte lain."

"Aku tidak berasal dari sekte manapun, tapi aku berasal dari Negara Guhawe." Zienxi telah mengubah ekspresinya menjadi tenang.

"Negara Guhawe? Kenapa senior datang ke Negara Zhongluan?" Memang ada beberapa kultivator dari negara lain yang suka berkelana ke berbagai tempat, tetapi biasanya mereka berasal dari sekte tertentu. Bahkan jika mereka dari sekte, tetap harus ada izin dari tetua atau guru mereka. Sedangkan Zienxi tidak terkait dengan sekte manapun itu membuat Ruji Dei terkejut dan penasaran.

"Aku hanya berkelana." Zienxi tentu tidak mungkin menjelaskan secara rinci tujuannya kepada orang asing, walau memang kenyataannya ia belum memiliki tujuan pasti di Negara Zhongluan.

Ruji Dei mengangguk perlahan. "Junior hanya ingin menyarankan senior untuk tidak ikut terseret dalam masalah ini, karena terlalu berbahaya. Perang antar sekte bisa berlangsung sangat lama… aku tidak tahu pasti berapa lama."

Ia ingin membalas kebaikan Zienxi, dan karena itu, ia memberinya peringatan agar tidak ikut terlibat dalam konflik yang tengah berkecamuk.

"Siapa pun yang mendapatkan hak atas Sumur Akar Langit pasti akan sangat beruntung, karena tingkat kultivasinya bisa meningkat pesat. Tapi itu butuh keberanian. Jika tidak memiliki keberanian dan gagal, maka semuanya akan sia-sia," lanjut Ruji Dei.

"Terima kasih telah memberitahuku. Tapi, berapa lama Sumur Akar Langit akan muncul?" Suara Zienxi tetap tenang tanpa tekanan. Setelah mendengar informasi itu, ia ingin membantu menyembuhkan luka-luka Ruji Dei.

"Junior tidak tahu pasti. Aku hanya mendengar sedikit dari guruku," jawab Ruji Dei jujur. Ia memang tidak tahu banyak tentang Sumur Akar Langit, hanya sepintas dari guru sektenya.

"Baiklah." Zienxi bangkit dari duduknya dan perlahan melangkah mendekati Ruji Dei.

Ruji Dei yang melihat Zienxi mendekatinya langsung panik. Ia ingin mundur, tetapi tubuhnya terasa berat dan tidak bisa digerakkan. "Senior… kau… kau ingin melakukan apa? Tolong jangan sakiti aku… aku sungguh tidak tahu apa-apa… aku mohon..." katanya terbata-bata, suaranya gemetar.

Zienxi terus melangkah tenang, hingga akhirnya berdiri tepat di hadapan Ruji Dei. Tanpa berkata apa-apa, ia mengeluarkan pil dari kantong penyimpanannya dan menyerahkannya ke tangan Ruji Dei.

Ruji Dei tertegun. Ia benar-benar tidak menyangka, pikirannya ternyata salah. "I-Ini… pil apa?" tanyanya, masih dengan nada takut.

"Minumlah. Itu pil penyembuh. Sembuhkan dirimu agar bisa kembali ke sektemu dengan aman," ucap Zienxi singkat sebelum berbalik dan kembali duduk dengan tenang, memejamkan mata.

Ruji Dei menatap pil di tangannya dengan ragu, lalu menunduk dalam-dalam. "Terima kasih, senior," ucapnya tulus sambil memberi hormat dengan kedua tangan terkepal di depan dada. Ia pun duduk bersila dan menutup matanya, mulai menyerap efek pil itu.

'Orang ini… kau pikir aku apa?' gumam Zienxi dalam hati, kemudian terkekeh kecil saat mengingat kembali ekspresi ketakutan Ruji Dei tadi.

Menjelang sore, Zienxi masih berada dalam posisi meditasi, seperti halnya Ruji Dei. Luka-luka Ruji Dei perlahan membaik, meski belum sepenuhnya sembuh.

Zienxi membuka matanya perlahan. 'Haruskah aku pergi ke Sumur Akar Langit itu? Mungkin ada sesuatu yang bermanfaat untukku di sana…' gumamnya dalam hati. Ia memang tertarik, tapi enggan terseret ke dalam konflik besar yang sedang bergolak.

Sumur Akar Langit di Danau Langit Bening sangat jauh dari lokasi gua tempatnya berada sekarang. Perjalanannya akan panjang dan berbahaya, dipenuhi oleh binatang buas dan para kultivator dari berbagai sekte yang berkeliaran.

'Tapi… dari sekte mana sebenarnya Ruji Dei ini? Dia belum sempat memberitahuku tadi,' pikir Zienxi, matanya melirik ke arah Ruji Dei yang masih bermeditasi.

'Mungkin dia pikir aku berasal dari salah satu sekte di negara ini, jadi dia harus waspada demi keselamatannya. Tapi… dia tidak berpikir demikian saat meminta bantuanku. Aneh sekali anak ini…' Zienxi menggeleng pelan dan kembali menutup matanya, tidak ingin mengganggu proses pemulihan Ruji Dei.

Di tempat lain, tepatnya di Sekte Rumput Lima Serat, para tetua berkumpul dan berdiskusi tentang Sumur Akar Langit.

"Tetua sekalian, haruskah kita ikut memperebutkan Sumur Akar Langit?" tanya salah satu tetua. Ia sangat ingin pergi ke Sumur Akar Langit agar kultivasinya, yang buntu di ranah Core Essence Formation menengah, bisa meningkat.

"Aku tidak tahu. Haruskah kita pergi atau tidak? Kita harus memutuskan bersama," jawab seorang tetua paruh baya. Tingkat kultivasinya hanya di tahap akhir Core Essence Formation.

"Kita harus pergi. Ini sangat bermanfaat untuk sekte kita," sahut tetua lainnya, seorang wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik dan anggun meski usia mulai menua.

"Ketua Sekte, bagaimana menurutmu?" tanya tetua berjanggut hitam panjang yang duduk di sisi kanan ruangan.

"Aku akan memikirkannya dan mungkin meminta pendapat para leluhur," jawab Ketua Sekte sambil mengusap dagunya. Ia juga memiliki keinginan kuat untuk pergi, tetapi tetap harus meminta izin dari para leluhur Sekte Rumput Lima Serat.

Para tetua lainnya hanya mengangguk mengerti. Para murid Sekte Rumput Lima Serat sendiri berkultivasi dengan menguasai teknik rumput dan dedaunan, terkesan mirip dengan Sekte Daun 7 Sisi, namun tetap memiliki perbedaan esensial dalam jalur kultivasi dan aliran teknik mereka.

Malam pun tiba. Di dalam gua tempat Zienxi beristirahat, Ruji Dei membuka matanya. Luka-lukanya hampir pulih sepenuhnya. Ia memandang ke arah Zienxi dan berkata, "Terima kasih atas pilnya, Senior. Lukaku hampir pulih sepenuhnya."

Zienxi mengangguk pelan dan berkata, "Aku ingin bertanya. Dari sekte mana kau berasal? Kau belum memberitahuku."

"Junior berasal dari Sekte Akar Hitam. Sekte Akar Hitam terletak di area yang penuh tumbuhan dengan akar yang menjalar ke permukaan tanah. Tempat itu adalah pusat utama sekte kami."

"Sekte Akar Hitam? Bukankah itu berada di Negara Guhawe? Kenapa ada juga di Negara Zhongluan?" Zienxi mengernyit. Sejauh yang ia tahu, Sekte Akar Hitam berada di Kota Holuang.

"Benar, tetapi itu hanya cabangnya saja. Sekte utamanya berada di Negara Zhongluan," jawab Ruji Dei dengan nada sopan dan jujur.

"Begitukah... ternyata itu hanya cabang," Zienxi tampak merenung, menimbang informasi baru itu dalam pikirannya.

"Benar, Senior. Ada beberapa cabang lain dari Sekte Akar Hitam. Pertama di Negara Guhawe, lalu di Negara Huoling," jelas Ruji Dei, mengingat kembali satu-satunya kunjungannya ke Guhawe dahulu. Sejak saat itu, ia belum pernah kembali ke sana.

"Huoling?" Zienxi pernah mendengar nama itu sebelumnya, sebuah negara dengan tanah berwarna merah, penuh bahaya, namun tetap memiliki pesona keindahan tersendiri.

"Ya, Senior. Aku dengar dari guruku, hampir seluruh wilayah Huoling berwarna merah. Ada banyak tempat berbahaya, tapi di balik semua itu, juga ada pemandangan yang indah... terutama wilayah sekte-sekte di sana." Ucapan Ruji Dei terdengar penuh semangat saat menjelaskan, sampai-sampai ia lupa bahwa beberapa saat lalu ia sempat merasa ketakutan.

Zienxi terdiam merenung mendengar penjelasan itu. "Guhawe, Zhongluan, dan Huoling... menarik sekali," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

"Baiklah, lanjutkan pemulihan dan kembalilah ke seketemu." Setelah berkata begitu, Zienxi menutup matanya. Ia ingin segera meningkatkan kultivasinya agar peluang bertahan hidupnya semakin besar.

"Baik, Senior." Ruji Dei kembali fokus memulihkan diri, prosesnya kini telah mencapai tujuh puluh persen.

"Perang ini sulit untuk kuhindari... aku bahkan tak tahu harus pergi ke mana. Sumur itu memang mungkin menyimpan energi spiritual yang kuat, tapi dengan tingkat kultivasiku sekarang, mendatanginya hanya akan berarti mencari kematian." Semua itu hanya bergema dalam hati Zienxi. Ia tak ingin mengambil risiko besar demi sesuatu yang belum tentu penting.

"Aether Wisp Fox juga sedang memulihkan diri, dan Breeze Moth hanya bisa membantuku mempercepat proses pemulihan. Aku bingung… sebenarnya, bagaimana dunia ini berjalan?" Pikiran Zienxi melayang, merancang rencana perjalanannya.

"Sudahlah, hal terpenting untuk sekarang adalah mencari cara agar tidak terlibat dalam perang." Lawzi Zienxi mendesah pelan, lalu kembali berkultivasi.

Di tempat lain, Sumur Akar Langit yang berada di dekat Danau Langit Bening memancarkan cahaya aneh. Cahayanya tidak terlalu terang, hanya cukup untuk menyinari area sumur. Di sekitar radius 300 meter dari sumur, banyak binatang buas melolong, seolah menyadari sesuatu yang akan segera terjadi.

Perubahan ini segera menarik perhatian orang-orang di sekitar yang sempat mendengar lolongan tersebut, terutama para manusia fana. Kekhawatiran mulai tumbuh di hati mereka, membayangkan perang yang mungkin akan pecah dan memikirkan bagaimana nasib mereka di masa depan.

Di dalam gua, Breeze Moth perlahan mengubah pola pada sayapnya, memancarkan cahaya samar yang berdenyut pelan.

Zienxi membuka matanya, merasakan sesuatu yang aneh mengusik pikirannya. Ia bangkit, melangkah keluar gua, dan menatap langit yang kelabu. "Kenapa… rasanya hatiku begitu gelisah?" gumamnya.

Tiba-tiba, Breeze Moth terbang ke hadapannya, mengepakkan sayapnya dengan gerakan cepat, mengirimkan sinyal samar seolah memberi tanda bahaya.

"Breeze Moth? Ada apa?" tanya Zienxi, masih belum memahami maksud dari gerak-gerik kupu-kupu itu.

Breeze Moth kembali ke kepala Zienxi. Zienxi pun masuk kembali ke dalam gua dan melanjutkan kultivasinya.

Ruji Dei tidak jauh dari sana, dia harus segera pulih dan kembali ke sektenya. Dia tidak peduli dengan sumur itu, dia hanya ingin berkultivasi dengan damai walaupun itu mustahil karena dunia kultivator sangat kejam.

Tidak lama lagi, perang akan segera mulai.

More Chapters