LightReader

Yakuza Mode: Off

vindy_jombang
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
93
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Terbangun Di Dunia Baru

Bab 1: Terbangun di Dunia Baru

Kazuki Jin membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, tapi bukan kantuk biasa—melainkan sisa-sisa mimpi panjang yang membingungkan. Saat menatap sekeliling, jantungnya berdegup lebih kencang. Ruangan di depannya asing dan menakutkan: dinding transparan membentuk lengkungan tinggi, cahaya lembut menari di permukaan, hologram data dan simbol merah-biru berputar tanpa henti.

Di langit-langit, drone kecil melayang seperti serangga mekanik, lampu LED berkedip merah-hijau, menyorot ke segala arah. Suara halus mekanik mereka bzzzt… whirr… bip! terasa menusuk telinga.

Sebuah suara dingin dan datar memecah kesunyian:

"Selamat datang, Kazuki Jin. Aku Auruz-X, pengelola sistem utama Dominion Academy. Tempat di mana pejuang terbaik dunia dikumpulkan, diuji, dan dikembangkan menjadi kekuatan dominan masa depan."

Kazuki menatap kubus hitam itu, darahnya mendidih. Insting Yakuza-nya memaksa dia bertindak. Tanpa berpikir panjang, ia mengayunkan katana ke arah kubus Auruz-X.

SWISH! pedang menembus udara. Tidak ada efek.

Drone-drone di sekitarnya langsung bereaksi:

BEEP! BZZT! ZAP!

Sinar laser menembus ruang di sekitar Kazuki. Drone menyerang dengan sengatan listrik ringan, tubuhnya tersentak, kaki kehilangan keseimbangan, dan ia tersungkur ke lantai.

Kazuki memukul-mukul udara dengan pedang, mencoba menyerang lagi, tapi semua sia-sia. Setiap percobaan hanya membuat drone semakin agresif, lampu LED mereka berkedip cepat FLASH! FLASH!, arus listrik kecil menghantam tubuhnya ZAP!—tangan, lengan, kaki—menyebabkan rasa sakit yang tajam.

Ia tersungkur, napas terengah, darah bercucuran dari beberapa luka kecil akibat sengatan listrik. Frustrasi dan kemarahan membara di dalam dadanya. Dunia yang ia kenal—jalanan penuh darah Yakuza—tiba-tiba terasa terlalu sederhana dibanding medan perang ini.

Auruz-X terus bicara, datar dan tak terpengaruh:

"Dominion Academy adalah fasilitas tertutup dengan kontrol penuh. Setiap gerakan dipantau oleh sistem biometrik, kamera 360°, sensor termal, dan jutaan core komputer di Tower Utama. Pulau ini memiliki zona latihan: kota reruntuhan, gurun buatan, hutan tropis, bunker nuklir bawah tanah. Semua area dilengkapi turret otomatis, drone patroli, dan zona netral yang ketat pengawasannya. Setiap langkah akan dicatat dan dinilai melalui D.A Point System."

Kazuki tetap tersungkur, tubuhnya nyeri dan kesal. Semua serangannya sia-sia, dan kini ia sadar bahwa di sini otot dan agresi saja tidak cukup. Dunia brutal ini menuntut strategi, kesabaran, dan adaptasi.

---

Kesal tapi Penasaran

Kazuki perlahan bangkit, wajah merah karena kemarahan dan rasa sakit. Napasnya berat, tangan masih menggenggam pedang, tubuh penuh sengatan dari drone sebelumnya. Setiap langkahnya terasa seperti dihitung, ditimbang, dan dicatat.

Auruz-X terus menjelaskan dengan nada datar:

"Pulau ini dirancang untuk menguji kemampuan fisik, mental, dan strategi setiap siswa. Setiap gerakan, setiap kesalahan, dan setiap keputusan akan memengaruhi D.A Point-mu. Untuk bertahan hidup, siswa harus menguasai teknik bertarung, pemahaman strategi, dan adaptasi terhadap teknologi tinggi. Zona netral, turret, drone, dan sensor adalah bagian dari lingkungan belajar yang ketat."

Kazuki mengeram dalam hati, kesal karena semua serangannya sebelumnya sia-sia. Tapi rasa penasaran mulai mengalahkan amarah. Ia menatap drone yang masih berputar di langit-langit. BZZT! WHIRR! lampu LED merah berkedip cepat. Ia memperhatikan pola pergerakan mereka, mencoba mengingat setiap gerak dan waktu sengatan listrik yang diterimanya.

Dengan kesal tapi fokus, Kazuki mulai mengikuti instruksi Auruz-X: bergerak perlahan, menyesuaikan langkah, menghindari garis sensor di lantai, dan mengamati posisi drone. Setiap kesalahan masih menyengat tubuhnya, tapi kali ini ia belajar dari rasa sakit itu, mengubah strategi gerakannya.

Pintu besar di ujung lorong terbuka perlahan, cahaya putih menyapu tubuhnya, menuntun langkahnya. WHOOSH… suara mekanik dan udara terdengar saat drone membentuk barisan di sepanjang dinding, memindai setiap gerakan.

Di ujung lorong, ruang seleksi luas menunggu. Seratus calon siswa dari seluruh dunia sudah berkumpul, masing-masing membawa senjata dan strategi sendiri. Kazuki menyadari, perjalanan brutalnya baru saja dimulai. Dunia lama Yakuza lenyap, digantikan medan perang yang menuntut adaptasi dan kecerdikan.

Kazuki Jin menggenggam pedang dengan erat, tubuhnya masih nyeri, mata menyala—siap menghadapi setiap drone, sensor, dan lawan yang menghadang.