Malam itu sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar menusuk telinga, seakan menertawakan betapa sepinya hati seorang gadis bernama Xavella Esperanza. Ia duduk di sudut kamar, menatap cahaya lampu redup yang seolah ikut bersekongkol dengan kesedihan yang tak pernah mau pergi.
Sejak kecil, Xavella terbiasa diperlakukan sebagai bayangan. Kehadirannya nyaris tak pernah dianggap penting. Harapan sederhana untuk disayang justru terkubur oleh sikap dingin keluarganya. Senyum yang ia miliki hanyalah topeng, menutupi retakan yang semakin hari semakin dalam.
Takdir, entah mengapa, seolah ingin terus menguji dirinya. Demi sebuah alasan yang tak pernah ia pahami, ia dipaksa masuk ke dalam kehidupan seorang pria bernama Dreven Alvaréz. Sosok yang penuh wibawa, namun hatinya dingin bagai es yang tak pernah mencair. Tatapannya tajam, kata-katanya singkat, dan sikapnya selalu menciptakan jarak.
Xavella ingin percaya bahwa di balik sikap dingin itu, ada sedikit ruang untuk dirinya. Tetapi setiap kali ia mencoba mendekat, yang ia temukan hanyalah tembok yang semakin tinggi. Rasa sakit itu tumbuh perlahan, menjadi beban yang tak sanggup ia bagi pada siapa pun.
Di balik rumah megah, di balik pernikahan yang tampak sempurna dari luar, tersembunyi luka yang tak pernah tersembuhkan. Sebuah kisah yang bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang bertahan di antara luka, pengkhianatan, dan pilihan yang menyakitkan.
Xavella tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Karena sejak malam itu, perjalanan panjang penuh air mata dan rahasia baru saja dimulai.