LightReader

giangho

Arum_Mawar
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
100
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - post war clarity

4120 M. Puncak peradaban manusia.

Setelah sadar akan kekuatan alam, Manusia memutuskan untuk membangun peradaban yang

ramah lingkungan.

Ya, aku tau itu bukan kata yang tepat tapi sebut saja ramah lingkungan oke, Cool.

Jika ditanya tentang seberapa maju peradaban saat ini, Mungkin kata yang tepat adalah sangat

amat maju. Ini seperti ketika kamu menonton acara televisi dimana orang orang berlalu lalang

dengan sepeda motor tanpa roda dan kota kota yang bersinar di malam hari dipenuhi lampu

lampu hologram.

Mungkin yang berbeda adalah bahwa di setiap sudut kota, pepohonan tumbuh dengan baik.

Dan aku sendiri adalah salah satu tokoh penting dalam terbentuknya era ini.

Tepuk tangan untukku. Prok prok prok!!

Meski begitu kurasa hanya satu orang yang mengetahui tentang keberadaanku.

Aku bekerja keras menciptakan teknologi teknologi terbaru yang ramah lingkungan selama lebih

dari sepuluh abad. Tapi tolong jangan bertanya tentang usia kepada seorang perempuan, Itu

tidak sopan.

Untuk menjelaskan hal ini, Aku adalah robot yang diciptakan seorang ilmuwan selepas perang

dunia. Awalnya aku ditugaskan untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan, Tapi karena

hampir semua masalah telah kuatasi sekarang tidak banyak yang bisa kulakukan, jadi aku

relatif pengangguran.

Aku bebas melakukan apa pun selama tidak membocorkan beberapa rahasia.

"Sophia, bisakah kau hentikan video game itu sebentar?, Aku ingin membicarakan sesuatu."

"Lima menit."

Yang baru saja memintaku untuk berhenti bermain adalah seorang pria berkulit putih yang jika

dilihat dari penampilannya umurnya mungkin sekitar empat puluh tahun. Dia mengenakan

celana Levis dan jaket kulit, rambutnya yang putih terbelah ditengah memanjang menutupi

telinganya, Matanya tajam dan selalu terlihat kesal

"Ahhh, selesai. Bagaimana professor, apa yang ingin kamu bicarakan?."

"Pulanglah ke kapalmu, ada yang ingin aku bicarakan disana."

"Aku diusir?"

"Ya, kau diusir."

"Ergghh! oke."

Setelah mengusirku dia segera berbalik dan pergi. Dia adalah ilmuwan yang menciptakanku.

Namanya Billy Diskruger. Sama sepertiku dia juga robot, Tapi bedanya adalah bahwa dia

merombak tubuhnya sendiri untuk bisa merenovasi bumi.

Itu mungkin cara yang ekstrim, Tapi hal itu sangat dibutuhkan agar renovasi bisa berjalan

dengan cepat.

Mungkin sebagian orang akan berpikir "mengapa harus melakukan itu?, Bukankah lebih mudah

jika kamu mewariskan pengetahuanmu kepada generasi muda?".

Tapi sebenarnya tidak semudah itu. Jika seseorang yang memiliki pengetahuan tersebut mati,

Maka secara teknis pengetahuan tersebut direset, Generasi muda harus mempelajarinya dari

awal.

Professor Billy menyadari hal tersebut dan memutuskan untuk merombak tubuhnya sendiri.

Namun meski dia sudah menemukan cara untuk merenovasi dunia, Pasti akan tetap ada

beberapa pihak yang tidak setuju. Maka dia perlu melakukan revolusi pemerintahan.

Tidak hanya satu negara, Dia harus melakukan revolusi di seluruh dunia. Tapi manusia selalu

memiliki keinginan untuk berontak. Untuk itulah dia menciptakan diriku. Sophia Kruger,

diciptakan untuk membungkam segala jenis pemberontakan.

*

Aku segera menuju ke kapalku sendiri setelah diusir. Lokasinya memang cukup jauh, Sekitar

dua jam dengan sepeda motor melewati lorong bawah tanah. Yah, sebenarnya jika memakai

motor terbang memang akan lebih cepat. Tapi aku lebih senang bepergian dengan motor biasa.

Kenapa? Tentu saja karena lebih keren. Saat ini hanya orang kaya saja yang memakai sepeda

motor dengan roda. Selain itu lokasi kapalku tergolong sebagai rahasia negara, atau mungkin

rahasia dunia karena setahuku hanya dua orang yang mengetahuinya.

"Selamat datang master."

"Ya."

Yang menyambutku adalah seekor robot kucing dengan mata menyala biru pucat dan bulu

berwarna hitam pekat, Dengan tubuhnya yang hampir setinggi pinggang orang dewasa,

Mungkin akan lebih baik jika aku membuatnya dengan bentuk harimau.

Dia adalah AI yang terhubung langsung dengan Fortress, kapal luar angkasa milikku.

"Professor bilang dia ingin membicarakan sesuatu, tapi apakah ada yang harus dipersiapkan

sampai sampai dia mengusirku?"

"Tentang itu, Professor sudah menghubungiki, jadi master bisa tenang."

"Begitukah? Jadi apakah kau tau apa yang akan dia bicarakan?."

"Tentang itu, Professor melarangku memberitahumu."

"Tunggu dulu, sebenarnya siapa mastermu?,

Sejak kapan Professor berhak memerintahmu?"

"Itu kurang relevan, master. Anda menciptakanku dengan alat profesor."

"Ugh." Aku tidak bisa membantah lagi.

"Lagipula ini demi kebaikan anda sendiri jadi bersabarlah."

"Oke baiklah, lebih baik aku tidur." Mengatakan itu, aku menuju kamarku.

"Hmm, meski anda memiliki tubuh yang bisa bekerja tanpa lelah, tapi anda terlalu sering tidur

bukan, master? Bagaimana jika anda menggunakan waktu itu untuk bekerja?"

Perkataan Nero menghentikan langkahku. Aku berbalik kearahnya.

"Aku sebenarnya sudah tau bahwa kau adalah robot paling menjengkelkan, tapi biarkan aku

bertanya, apa yang bisa kukerjakan?"

"Anda bisa menghadiri pertemuan dengan para pemimpin dunia bagian barat. Kau tau?

Professor bahkan tidak tidur berhari hari karena mengurus bagian timur."

"Kau tau bahwa aku sama sekali tidak paham tentang politik kan? Meski begitu kau tetap

menanyakannya, sungguh pelayan Yang baik."

"Daripada itu master, lebih baik anda segera menuju ke aula. Ada yang menunggumu."

"Siapa? Bagaimana dia bisa masuk? Hanya ada satu jalan untuk masuk kesini dan aku belum

melihat seorang pun lewat?"

"Lebih mudah jika anda bertanya pada orangnya sendiri."

"Sungguh, sebenarnya apa gunanya aku memilikimu."

**

Aula Fortress

Ruangan berbentuk persegi dengan panjang dua ratus meter dan tinggi dua puluh meter.

Dindingnya dilapisi kaca anti peluru, karena biasanya digunakan untuk uji coba senjata.

Dan saat ini ditengah aula terdapat meja bundar dengan tiga buah kursi yang disusun

berhadapan, seakan ada hal penting yang akan diperbincangkan."Baiklah, karena Sophia sudah datang mari kita mulai pertemuan ini." Peserta pertama dalam

perbincangan kali ini adalah profesor Billy.

"Pertama tama, jelaskan kepadaku bagaimana kalian bisa masuk kesini. Seingatku hanya pintu

depan yang terbuka dan pintu belakang hanya bisa dibuka olehku.

Lalu siapa wanita ini Professor? Pacarmu?"

"Bukan." jawab professor singkat.

"Sudah sudah, kami disini untuk menjelaskannya, bisakah kau duduk dulu?

Lagipula kenapa kau begitu marah?" Peserta kedua adalah seorang wanita dengan wajah

ramah yang membuatnya terlihat seakan selalu tersenyum. Dilihat dari penampilannya

sepertinya dia sedikit lebih muda dari profesor.

"Dia marah karena kita menerobos masuk kapal kebanggaannya dengan mudah. Usianya

mungkin sudah ratusan tahun tapi dia masih saja kekanak-kanakan."

"Professor!! Di dunia ini ada beberapa hal yang sebaiknya tidak diungkapkan. Selain itu

siapapun akan kesal jika karyanya dilecehkan. Itu vandalisme!"

"Kau benar, setiap orang akan kesal tapi hanya bocah yang akan marah marah."

"Hah!!"

"Hah!!" Aku dan professor mendengus bersamaan.

"Sudah sudah, lebih baik kau segera menjelaskan keadaannya bill." Wanita itu memanggil

professor dengan panggilan akrab.

"Aku memang berencana menjelaskannya, karena itulah Sophia, bisakah kau duduk dan

dengarkan? Aku terlalu sibuk untuk berdebat denganmu dan ingatlah bahwa kamu tidak pernah

meringankan pekerjaanku sama sekali."

"Begitukah? Karena professor sudah tau bahwa aku tidak akan bisa membantu pekerjaanmu,

jadi kamu tidak perlu repot-repot menjelaskan apapun. Silahkan selesaikan pekerjaan anda

karena aku juga punya banyak hal untuk dikerjakan."

"Seingatku master tidak punya apapun untuk dikerjakan." Seekor kucing tiba tiba keluar entah

dari mana dan langsung masuk ke percakapan dengan menghianati masternya.

"Oh, Nero ya, sudah lama sekali, Apakah kamu sehat?"

Dan wanita itu menyapa Nero seakan menyapa teman yang sudah lama tidak bertemu.

"Hmm, seingatku aku tidak pernah sakit, bagaimana dengan anda nyonya grill?"

"Tunggu, bisakkah kalian berhenti memperlakukanku seperti angin? Aku merasa bodoh sendiri

disini." Aku mengajukan keluhan dengan memukul meja.

"Kami berencana menjelaskan semuanya, jadi duduklah dulu oke?" (grill)

"Ergghh! baiklah, aku hanya harus duduk kan?"

"...."

"...."

"Waw, aku tak pernah menyangka kalian akan bisa seakrab ini." (Grill)

"Sophia, tidak bisakah kamu duduk di kursimu sendiri? Rasanya tidak terlalu menyenangkan

untuk membiarkan wanita berusia belasan abad duduk dipangkuanku."

"Diamlah Professor, secara teknis kamu adalah ayahku, dan juga aku merasa kamulah yang

bersalah karena merahasiakan hal ini sejak awal."

"Hah." Professor menghela nafas berat.

"Mmm? Kamu menghela nafas akan tetapi sepertinya kamu tidak keberatan, kamu sangat

menyayanginya bukan, Bill?"

"Sudahlah cepat."

"Baiklah, pertama tama, meskipun Sophia sepertinya tidak pernah memikirkannya, bukankah

kamu setidaknya pernah merasa aneh bahwa sebuah robot bisa memiliki emosi yang

kompleks?"

"Entahlah, aku tidak merasa aneh."

"Sebenarnya ada alasan dibalik itu. Ketika pertama kali Billy menciptakanmu, dia mengotak atik

sistem dunia ini, itu adalah tentang menanamkan jiwa pada sebuah robot."

"...."

"Tapi sekeras apapun dia mencoba dia tidak akan berhasil tanpa bantuanku."

"Dan kenapa harus bantuanmu?"

"Oh, benar juga. Perkenalkan, aku adalah administrator bumi. Mungkin kamu lebih akrab

dengan sebutan dewa, tapi aku bukan dewa."

"Hmm, delusi yang liar, sepertinya kamu perlu pemeriksaan mendalam. bukan begitu

Professor?"

"Sayangnya, dia tidak berbohong."

"Ehhhhhhhhh!"