LightReader

Chapter 2 - CHAPTER – “Avenger Pertama dan Bayangan Imperial Grail”

CHAPTER – "Avenger Pertama dan Bayangan Imperial Grail"

(±900 kata)

Hujan turun perlahan di Fuyuki pada malam saat semuanya berubah. Aroma tanah basah bercampur dengan prana yang berputar di udara — tanda klasik bahwa dunia gaib sedang bergerak. Aku, Malvinno Celsius, baru berusia lima belas tahun ketika panggilan itu datang. Tahun-tahun yang kuhabiskan belajar sebagai magus terasa tenang… terlalu tenang. Keluargaku di Roma mungkin mengira aku sedang menjalani kehidupan yang wajar, tapi Fuyuki bukan tempat di mana kedamaian bertahan lama.

Pemanggilan itu terjadi bukan karena aku ingin memanggil Servant, melainkan karena sesuatu memanggilku terlebih dahulu.

Malam itu, Crest di lenganku berdenyut seperti sedang terbakar dari dalam. Rasa sakitnya tajam dan dingin seperti es yang menusuk tulang. Aku tersungkur ke lantai kamar, meraih lengan yang bercahaya biru keperakan. Garis-garis Crest berputar seperti sedang membentuk pola baru—pola yang tidak diajarkan dalam arsip keluarga Celsius mana pun.

"Ini… bukan aktivasi biasa…" gumamku.

Udara menggetar. Lampu berkedip. Bayangan di ruangan memanjang seperti disentuh kekuatan asing. Lalu… aku mendengar suara.

"Kau akhirnya memanggilku."

Suara itu dalam, berat, dan penuh getir. Bukan suara manusia biasa — suara yang berasal dari sesuatu yang menanggung sejarah dan dendam.

Cahaya gelap membentuk lingkaran pemanggilan yang tidak pernah kubuat. Di tengah simbol itu, warna ungu dan hitam berputar, membentuk siluet seseorang. Armornya retak, jubahnya compang-camping, dan mahkota kecil di kepalanya berkilau seperti sisa kejayaan yang terjatuh.

Ketika cahaya padam, sosok itu berdiri di hadapanku.

Raja Inggris yang dikhianati.

Richard III of York — Avenger.

Ia menatapku lama, matanya seolah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain.

Kemudian ia tersenyum tipis, bukan senyum ramah, tetapi senyum seseorang yang menemukan jawaban yang sudah lama hilang.

"Jadi… reinkarnasi itu nyata. Kau bukan sekadar magus kecil, Malvinno. Kau sudah dipilih jauh sebelum kau lahir kembali."

Aku hanya terpaku. "Dipilih… oleh siapa?"

"Ada sesuatu yang bangkit," jawabnya pelan. "Sesuatu yang bukan Cawan Suci biasa."

Beberapa jam setelah pemanggilan itu, kekuatan yang menyebabkan semua kekacauan mengungkap dirinya.

Di tengah malam, semua magus di Fuyuki menerima sinyal: sebuah sumber prana raksasa bangkit dari luar Jepang, mengirimkan gelombang misterius yang mengguncang seluruh jaringan sihir dunia.

Gereja menyebutnya "Imperial Grail" — struktur prana kuno yang mirip Cawan Suci, tetapi lebih tua, lebih besar, dan tidak sepenuhnya manusiawi. Tidak berasal dari Fuyuki. Tidak berasal dari sistem Einzbern. Tidak berasal dari Root.

Imperial Grail…

…ditemukan di sebuah kota kecil di Eropa Tenggara, kota yang namanya bahkan jarang muncul di peta modern:

Aurelia.

Sebuah kota yang hanya disebut dalam catatan-catatan kuno zaman Romawi sebagai "Gerbang Kaisar".

Dan entah mengapa, sistem Imperial Grail memanggil Servant terlebih dahulu, bahkan sebelum perang benar-benar diumumkan. Aku dipilih sebagai salah satu Master awal — tanpa upacara, tanpa persiapan, tanpa izin.

Richard-lah yang menjelaskan sisanya.

"Imperial Grail membutuhkan mereka yang membawa 'dua dunia' dalam jiwa — mereka yang lahir tidak sepenuhnya sebagai penduduk dunia ini," katanya sambil duduk di dekat jendela. "Dan itu termasuk kau, reincarnator."

Aku masih sulit menerima kenyataan itu. Seumur hidupku aku tahu aku berbeda, tapi aku tidak pernah membayangkan dunia lain ikut membentuk takdirku.

"Jadi aku dipilih hanya karena aku bukan sepenuhnya… 'penduduk asli'?" tanyaku.

Richard mengangguk. "Dan karena Crest keluargamu adalah salah satu dari sedikit yang cocok dengan sistem kuno itu. Imperial Grail tidak mengenal batasan seperti Fuyuki. Ia memilih berdasarkan memori jiwa."

Kata "memori jiwa" membuat tengkukku merinding.

Tiga hari setelah pemanggilan, sebuah surat sihir tak bertuan muncul di mejaku. Segel emasnya menampilkan lambang elang berkepala dua — simbol Kekaisaran Romawi Lama.

Isinya pendek, tetapi cukup membuat napas berhenti:

"Master terpilih, datanglah ke kota Aurelia.

Imperial Grail War akan segera dimulai."

Tidak ada tanda tangan. Tidak ada instruksi. Hanya perintah.

Aku menatap surat itu lama.

Richard berdiri di belakangku dan berkata:

"Jika kau tidak pergi, dunia akan mencari Master pengganti. Dan jika mereka menemukan orang lain… kau akan mati sebelum sempat memahami takdirmu."

Pilihan yang diberikan padaku hanya dua: pergi ke Aurelia atau mati dalam ketidaktahuan.

Aku memilih pergi.

Perjalanan ke Aurelia berlangsung dengan cara yang bahkan magus tingkat tinggi pun jarang lihat. Gereja memberikan jalur transit mistik — sejenis terowongan prana besar yang hanya dibuka dalam kondisi darurat dunia sihir. Richard berjalan di sampingku, langkahnya mengayun ringan meski aura dendam masih membungkus tubuhnya.

"Apakah kota itu berbahaya?" tanyaku.

"Aurelia adalah kota yang pernah dihapus dari sejarah," jawabnya datar. "Jika ia kembali muncul… berarti sejarah ingin dilawan."

Ketika portal sihir terbuka, cahaya emas menyilaukan. Jauh di ujungnya, aku melihat siluet kota tua — bangunan batu putih, menara-menara kuno, dan bayangan altar raksasa yang berkilauan seperti jantung dunia.

Kota Aurelia.

Kota yang dipilih Imperial Grail.

Richard menatapku untuk terakhir kalinya sebelum kami masuk.

"Mulai sekarang," katanya, "kau bukan lagi magus remaja dari Fuyuki.

Kau adalah Master Avenger."

Aku mengangguk, menelan napas yang terasa berat.

Dan dengan satu langkah ke dalam cahaya emas itu—

perang yang tak seharusnya ada pun dimulai.

More Chapters