LightReader

Chapter 1 - 1.

Aku terjebak dalam lingkaran, yang membuatku merasa aku salah mengambil jalan. Setiap bidikan kamera yang menyala, menyoroti orang-orang penting aku serasa seperti tercekik. Aku adalah seorang presenter yang membawa acara. Berbagai macam medan yang telah aku lalui, dengan segelintir informasi yang tak penting menjadi penting.

Suasana memanas, ada aku tercekat. Saliva ku bergerak tak karuan. Mataku terbelalak, kala aku melihat berbagai macam kebohongan-kebohongan yang tercipta. Dulu, aku bekerja disebuah stasiun TV swasta, yang menyebabkan aku dipecat oleh direktur utama.

Aku, dulu bermimpi menjadi pembawa acara berita. Bagaimana rasanya wajahmu wara-wiri dimana-mana. Orang-orang mengenalmu sebagai pembawa berita yang aktual, tajam terpercaya. Berdiri tegap, sambil membawakan berita tanpa ada kata salah.

Namaku Amanda Ji. Kalau nama Korea ku adalah Ji Hyeon He. Umurku 30 tahun dan belum menikah. Fokusku pada membaca berita. Berita kali ini adalah tentant pengibaran bendera anime, yang berkumandang dan berkibar dimana-mana? Demonstrasi serentak terjadi diseluruh dunia.

Dimulai kasus yang menggemparkan, di mana disebuah negara terjadi penjarahan besar-besaran, di sebuah rumah pejabat. Dan masyarakatnya sudah muak dengan segala macam tipu daya publik. Tak hanya itu, rentetan kasus penuh GIMMICK juga terjadi di negara ini.

Di mana ada kasus selebriti yang dari dulu, belum juga kelar. Kau tahu, hal yang paling berat ketika membacakan sebuah berita adalah, bagaimana caranya mengalihkan isu, agar tidak merambah kemana-mana.

"Pemirsa, di Nepal ribuan warga datang berbondong-bondong mendatangi rumah kediaman mentri, dalam rangka menuntut keadilan, atas uang rakyat yang digunakan untuk sebagai ajang pamer kekayaan, yang dilakukan oleh anak-anak mereka, di Media sosial. Pemuda Nepal menjatuhkan salah satu pejabat disebuah sungai dalam keadaan, hanya memakai pakaian dalam saja."

Mengerikan. Menjadi pembawa berita tampak sangat menyenangkan. Namun siapa sangka, pekerjaan spele begini, justru menimbulkan nyawa bisa terancam. Apalagi bila ada pembawa acara yang berhasil merampung opini mereka. Ada presenter, yang menjadi buzzer pemerintah, yang telah dibayar untuk menyanjung-nyanjung sebuah partai.

Dulu, aku melihat itu ditempat kerjaku dulu. Sampai aku memutuskan untuk berhenti, dan cukup sampai disini.

"Saya tahu anda adalah pendukung partai Bintang Delapan. Namun, jangan sampai menggunakan media, hanya untuk kepentingan oposisi" tatapku dengan tajam. Sejak saat itu, aku melamar diperusahaan lain. Dan aku dicap sebagai pengkhianat diperusahaan lamaku.

Aku bekerja di TVNB. Di sini, aku melihat seorang pria, brewokan, kulitnya bersih, wajahnya tirus lonjong, dengan kumis dan jenggot tipis tercukur rapi diwajahnya. Dia memiliki rambut panjang terikat, seperti Giyu Tomioka. Husbu sejuta perempuan saat ini.

Kala aku melamar, aku ditatap tajam oleh orang ini. Dia memakai nama Rafael Choi. Atau nama koreanya Choi Jin Wook. Dia tampak dingin, dibanding dengan panitia lain, yang sedang merekrut pekerja baru sebagai presenter.

Aku mendengar, presenter disini tewas dibunuh karena membongkar kejahatan pemerintah. Itulah mengapa aku ingin pindah ke sini. Mencari tempat kerja yang jujur, sangat sulit aku temukan ditengah tipu daya muslihat yang terjadi.

"Pergolakan akhir zaman, terus terjadi. Kejujuran sangat menipis. Manusia mayoritas tak bisa menjadi manusia. Jika kau menjadi seorang reporter, apa yang akan kau lakukan?" Tanya pria yang kalau kau dekat dengan dia, serasa musim salju berkepanjangan.

"Dunia ini, penuh dengan kebohongan. Pahamkan?"

Sepak terjang didunia entertaiment, bagian pembawa acara berita dipertanyakan. Dengan siap aku menjawab.

"Anda tahu? Di akhir zaman, banyak sekali namanya pembohongan publik. Aku tidak tahu apa yang ku katakan. Hanya saja, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, banyak media yang digunakan sebagai keuntungan partai opisisi tertentu. Media saat ini digunakan sebagai keuntungan partai politik."

Mereka semua kaget mendengar apa yang ku katakan. Aku seakan menceritakan pengalamanku sendiri. Semua diam, dan pria itu berhenti dan menatapku tajam seakan penasaran, apa yang aku katakan. Aku berdiri dari kursi pelamar, dan aku percaya diri menghadapkan wajahku pada mereka.

"Jika kejujuran menipis, aku yang mempertebalnya. Jika aku seorang reporter, aku akan keluar dari lingkaran kejujuran itu. Aku tak ingin diperalat oleh suatu kelompok tertentu."

Semua orang saling menoleh. Tak percaya dengan apa yang ku katakan. Aku keluar karena aku merasa dibohongi oleh direkturku. Dia melanggar prinsip tentang bahwa, sebagai seseorang yang bernaung distasiun televisi, seharusnya kita harus menyampaikan informasi secara jujur. Aku menatap pria itu. Auranya benar-benar dingin, meskipun dia sangat tampan.

"Kau diterima." Ujar pria itu.

Dia memberikan kartu namanya, bernama Rafael Choi.

"Jika kau datang untuk sebuah kejujuran, pertahankan kejujuranmu." Ini adalah media masa. Ujarnya.

"Ia nona. Kau diterima" ujar yang lain. Setelahnya, pekerja yang lain, hanya beberapa diterima.

More Chapters