LightReader

Chapter 31 - Teman Menjadi Musuh

"Dia sangat cantik!...

"Sadar Storm Jangan sampai terkena masalah lagi!... "Setelah sibuk melamun karena memandangi Lucy sedari tadi Storm memakan makanan dimeja.

"Kenapa Storm punya sifat aneh?... "Lucy memperhatikan Storm makan bingung dengan sikap Storm yang aneh.

"Makanannya enak!...

"Tapi kena..pa ka..u ti..dak makan?... "Lucy menyapu bibir Storm dengan tisu yang ada sisa makanan yang menempel.

"Aku bukan anak kecil!... "Storm salah tingkah sangat malu apabila dilihat orang orang.

"Tapi sikapmu seperti anak kecil Storm!... "Lucy membenarkan perkataan Storm tadi.

"Eee.. sebenarnya aku dari kecil terbiasa sendiri karena tidak tahu dimana ibu dan ayahku!...

"Aku menghabiskan waktu bermain sendirian saja dan kadang aku bertingkah seperti itu karena aku kesepian saja!... "Storm memberikan alasannya pada Lucy agar mengerti.

"Maafkan aku Storm atas ucapan aku tadi!... "Lucy merasa bersalah dan juga iba dengan Storm yang selalu menyendiri.

"Huh, lupakan saja!... "Storm membuang nafasnya sambil bersandar dikursi setelah selesai makan.

"Mengingatnya hanya membuatku sakit, "Storm menahan air matanya keluar sambil menatap langit cafe.

Storm dulu tidak sengaja mendengar perkataan neneknya jika dia dulu dibuang ibunya dijalanan dan nenek merawatnya sebab merasa kasihan tidak tahu kenapa ibunya membuangnya. Dijalanan Storm sama sekali tidak punya teman karena dianggap aneh. Untuk membantu neneknya yang sakit Storm mengemis dijalanan berharap bisa menyembuhkan neneknya tapi sayang pada usia sepuluh tahun neneknya meninggal. Dan sejak saat itu Storm menghabiskan waktunya menyendiri saja daripada dijauhi teman seumurannya.

"Aku akan mencari ibu!... "Storm bertekad didalam hati akan menemukan ibunya dengan cara apapun.

Lucy dan Storm berjalan pulang setelah sudah lama berada dicafe menghabiskan waktu mengobrol. Dan tak lama mereka berdua sampai dirumah Lucy yang besar halamannya sangat luas serta banyak mobil yang terparkir digarasi. Lucy menjelaskan dia bisa saja menyetir mobil namun dia lebih nyaman jalan kaki jadinya dia kemana mana jalan kaki saja.

"Apa tidak takut ada preman?... "Storm bertanya bagaimana cara Lucy menghadapinya saat dihadang preman.

"Tentu tidak Storm!...

"Aku bisa bertarung sama sepertimu!...

"Tapi aku tidak sering hanya saat terdesak saja!... "Lucy menjawabnya dengan jujur dan dia juga sering berlatih memasak dirumah.

"Kalau begitu nanti kita bertarung!...

"Apa kau mau?... "Storm mengajaknya bertarung seperti apa Lucy bertarung.

"Aku tidak mau, "Lucy tidak menuruti keiinginan Storm yang mengajaknya bertarung.

"Ya sudahlah, "Storm hanya setuju saja.

"Aku permisi dulu!... "Storm pamit lalu pergi setelah mengantarkan Lucy pulang.

"Dah sampai jumpa, "Lucy melambaikan tangannya kearah Storm.

Setelah Storm tidak terlihat lagi dari kejauhan Lucy memasuki rumahnya yang disambut hangat bibi yang bekerja dirumahnya.

"Eh non Lucy udah pulang, "Sapa bibi Desi yang lagi membersihkan kaca lemari yang berdebu.

"Iya bi!...

"Saya permisi kekamar dulu bi!... "Lucy membalasnya dengan ramah lalu pergi kekamarnya.

"Iya non!... "Bibi Desi kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Apa yang terjadi?... "Baru tiba dirumahnya Storm segera berlari karena terdengar jeritan diruangan bawah tanah.

"Kak tolong aku!... "Jessica ditodong pistol dengan posisi tubuhnya diikat.

"Brengsek kalian, "Storm sangat marah dengan tiga temannya yang menghajar Jessica tanpa ampun.

"Storm kau bodoh sekali!...

"Selama ini kami pura pura baik dihadapanmu agar kami bisa membunuhmu, "Ferdi mengatakannya dengan senyuman licik.

"Kenapa kau melakukan ini hah, "Teriak Storm yang mencoba maju menyelamatkan Jessica namun dia berhenti karena jika maju Jessica akan ditembaknya dengan pistol.

"Kau itu monster lebih baik kau mati saja, "Ricky dengan suara lantangnya bisa tahu Storm adalah monster.

"Sejak kapan kalian berdua ada disini?... "Storm melihat Laura dan Aurel yang duduk tak jauh darinya berada.

"Sudah lama sekali aku ingin membunuhmu!... "Aurel sudah merencanakannya untuk membunuh Storm.

"Jijik sekali aku pura pura baik dihadapan orang sepertimu, "Laura menatap Storm dengan jijik.

Storm merasa sangat bersalah kepada Jessica karena sudah membuatnya seperti ini. Teman yang selama ini dia percaya ternyata ingin menghabisinya dan kini Storm menyesali semuanya.

More Chapters