LightReader

Chapter 13 - Bab 13 – Tiket Menuju Langit

Bab 13 – Tiket Menuju Langit

Email dari Valcor Entertainment tiba di malam yang tenang—dan mengubah segalanya.

Penawaran: $10.000.000 USD

Untuk: Kepemilikan penuh Skyberries, hak cipta, dan seluruh aset terkait.

Wiliam menatap layar lekat-lekat, lalu berseru, "Sepuluh juta, Milim. Ini nyata."

Milimnava mengangguk pelan. "Kita terima. Tapi jangan cuma buat foya-foya. Kita bisa bangun sesuatu yang lebih besar."

Tanpa banyak debat, mereka sepakat menjual Skyberries.

Namun bukan berarti mereka berhenti di sana. Justru, itu adalah awal dari perjalanan baru. Mereka segera menyusun rencana.

Studio game independen.

Nama belum dipilih, tapi tujuannya jelas: menciptakan game yang menyenangkan, orisinal, dan jujur seperti Skyberries, tanpa tekanan dari investor atau publisher besar.

Milim dan Wiliam akan memimpin studio sebagai dua co-founder, sekaligus direktur kreatif dan teknis. Mereka ingin studio ini kecil namun solid, berisi orang-orang yang juga percaya bahwa game adalah ruang untuk ketenangan dan kebahagiaan.

Arvid, yang kini bekerja penuh waktu di perusahaan investasi, tidak bergabung langsung. Tapi ia memberikan dukungan penuh.

"Gue nggak punya waktu buat bikin game, tapi kalian punya bakat. Dan sekarang punya modal. Lakukan apa yang kalian suka. Kalau butuh bantuan bisnis atau strategi, gue selalu ada," katanya, sambil tersenyum bangga.

Wiliam mencatat rincian penggunaan uang:

$5 juta untuk membangun dan mengoperasikan studio game selama 3 tahun.

$2 juta untuk properti dan peralatan profesional.

$2 juta investasi dan cadangan darurat.

$1 juta untuk simpanan pribadi dan amal diam-diam.

Sementara itu, Clarissa—pacar Arvid yang tidak tahu siapa mereka sebenarnya—tetap santai menanggapi popularitas Skyberries. Ia bahkan belum pernah memainkannya.

"Aku nggak ngerti hype-nya. Tapi ya, semua orang suka buah biru jatuh itu. Selama mereka tenang, baguslah."

Dia tidak tahu bahwa dua orang yang pernah pura-pura jadi 'drama' dalam hubungannya adalah pencipta dari game yang dimainkan jutaan orang.

Milim dan Wiliam tak pernah mempermasalahkan itu. Mereka sudah meminta maaf pada Clarissa dan Arvid atas kelakuan aneh mereka beberapa waktu lalu.

"Dia adikku," ucap Wiliam. "Kami cuma... iseng."

Kini, dengan studio baru di depan mata, mimpi masa kecil mereka perlahan jadi nyata. Mereka bukan lagi pembuat game indie tanpa nama. Mereka adalah arsitek dunia kecil yang dicintai dunia.

Dan perjalanan mereka baru saja dimulai.

---

Nama itu datang begitu saja, dari obrolan ringan di dapur saat sarapan.

"Studio Fruitbyte."

Milim mengucapkannya sambil menggigit roti panggang.

Wiliam mengangkat kepalanya. "Fruitbyte... karena Skyberries, buah, dan byte sebagai kode digital. Simpel. Aku suka."

Mereka segera mengunci nama itu dan mendaftarkan hak ciptanya. Studio Fruitbyte resmi dibentuk sebulan setelah penjualan Skyberries.

Lokasi studio dipilih di California, tepatnya di kawasan Palo Alto, jantung teknologi dan kreativitas. Milim dan Wiliam mulai mengatur kepindahan mereka dari New York, bersama barang, komputer, dan ide-ide baru. Kontrak sewa kantor ditandatangani, dan dua programmer muda direkrut sebagai tim awal mereka.

Arvid, yang selama ini membiayai hidup adik-adiknya, memberikan restu penuh.

"Bangun impian kalian," katanya. "Aku akan bangga dari sini."

Karier Arvid pun melonjak. Ia dipromosikan menjadi Vice Director of Strategic Investment di perusahaannya karena keakuratannya dalam menganalisis pasar, serta keberhasilannya mengelola portofolio dengan hasil yang menakjubkan. Atasannya menyebutnya "aset langka di Wall Street."

Sementara itu, hubungannya dengan Clarissa menjadi lebih dalam. Meski Clarissa tak suka game dan lebih tertarik pada seni dan literatur, ia tetap mendukung Arvid dan kini lebih sering muncul di apartemen.

Menjelang keberangkatan Milim dan Wiliam, mereka menggelar makan malam kecil di rumah. Wiliam menyampaikan:

"Kami akan pindah minggu depan. Tapi apa pun yang terjadi, kau tetap kakak kami, dan rumah ini… selalu rumah juga buat kami."

Milim menambahkan, "Kalau nanti kita sukses, kau yang pertama kami undang ke kantor pusat Fruitbyte."

Arvid tertawa pelan, memeluk mereka bergantian. "Jangan terlalu sukses, nanti aku yang iri."

Setelah adik-adiknya pindah, apartemen yang semula terasa penuh jadi terasa sepi. Tapi Arvid tak berlama-lama sendiri. Ia menoleh ke Clarissa yang duduk di sofa sambil membaca.

"Milim dan Wiliam sudah pergi… Jadi…"

Clarissa menoleh. "Hm?"

"…Mau tinggal di sini?"

Clarissa tersenyum. "Aku udah nyiapin koper sejak kemarin."

Dengan langkah baru untuk semuanya, satu keluarga kecil ini perlahan menemukan pijakan mereka di dunia.

Dan begitulah, di tahun 2011, dua pemuda yang dulu dikenal hanya sebagai "pengangguran jenius" kini berdiri di ambang menjadi pemimpin studio game impian.

---

More Chapters