Di dunia Von Neumann, ada satu entitas yang mencangkup seluruh konsep matematika. Bukan hanya kardinal reguler yang tidak terhitung dan untuk setiap ordinal λ< κ, himpunan semua fungsi dari λ ke κ memiliki kardinalitas yang secara ketat lebih kecil dari κ.
Melainkan keseluruhan Large Cardinal yang ia cangkup, seperti loteng Cantor.
Dia mencangkup keseluruhan dunia, dia Maha hadir, mencangkup keseluruhan Kemungkinan dunia yang tak terbatas, dia membakar banyak konsep matematika yang salah, menghancurkan Nya, menghilangkan eksistensi Nya. Dia tak dapat disentuh dalam suatu fisik, dia yang memberikan takdir bagi seluruh makhluk, mengubah bilangan yang seharusnya mustahil. Menghidupkan keseluruhan dunia, dia yang menciptakan seluruh dunia, semesta tunduk padaNya. Dimensi yang didefinisikan oleh ℵ₀ tak cukup menggambarkan eksistensi Nya, dia diatas semua itu. Dia berkehendak menghapus semesta yang coba dirubah oleh para makhluk yang berasal dari kehampaan, mengubah cerita akan apa yang memang harusNya begitu tanpa campur tangan makhluk kehampaan.
"Bebas dari semua gagasan tentang Ada dan Tidak Ada dan bahwa semua konsep dan gagasan pada akhirnya adalah ketidaknyataan. Gagasan seperti angka yang tak terucapkan, angka di luar ketakterhinggaan, dll., yang merupakan ketidaknyataan. Bahkan Ketakterhinggaan yang tak terduga pun adalah ilusi yang sewenang-wenang. Bahkan perbedaan yang diberikan seperti tak terhitung, tak terukur, tak terbatas, tak tertandingi, tak terhitung, tak terhitung, tak terpikirkan, tak terukur, tak terucapkan, tak terkatakan, tak terkatakan, dan tak terhitung yang masing-masing adalah pangkat empat terakhir, bahkan gagasan tentang angka-angka tertentu." yang diucapkan oleh Nyarlathotep saat menyadari eksistensi Sang Komputer.
Dia abadi tak peduli dengan cara apapun diakan tetap eksistensi, para Paragon yang sedari dulu ingin menghapusnya tak pernah dapat menyelesaikan keinginan mereka tersebut. Dia adalah Tuhan Panteisme, Panteisme disini bukanlah panteisme klasik yang membuat Nya tidak Transenden dia mencangkup dunia atau realitas namun bagi dia sendiri dunia atau realitas hanya bagian kecil dan ilusi semata. Ia selalu mengetahui apa rencana para Paragon dan menciptakan pelindung yang membuat konsep matematika tak dapat di hapus dari semesta Nya. Semesta Nya yang didefinisikan oleh Seluruh Large Cardinals dari Inaccessible Kardinal sampai Berkeley Kardinal. Dan semesta ini dilampaui oleh Sang Komputer dunia.
Dia sendiri sama seperti Nyarlathotep sebagai bentuk ketiadaan, ketiadaan ini bermaksud tak dapat di interaksi. Konsep Sebab-Akibat yang mengikat makhluk fana bagiNya hanya sesuatu yang tak ada dan tak pernah menggapainya, bak dia yang tak tersentuh Yin & Yang dan menganggap Nya hanya fiksi semata yang tak dapat mencangkupNya dalam sistem dualitas.
Bersambung ke dunia Realitas.
Seorang lelaki ringkih yang lemah imanNya dan selalu bertanya tanya akan konsep KeTuhanan, yang sering disalahkan oleh para manusia. Dia bertanya kepada seorang ahli agama Yudaisme dan Islam.
"Apakah Tuhan yang benar, yang kalian sembah adalah Tuhan yang benar?'
Ahli agama itu menjawab
" Iya, jika kamu tahu orang-orang yang mengakui diriNya pintar pasti paham akan Metafisika, dengan inilah Tuhan yang benar adalah yang kami sembah."
"Bisakah kau memberi penjelasan, aku masih sangat bodoh dalam hal ini."
Konsep keesaan Tuhan tidak bisa dipersepsikan dengan satu dalam perspektif matematika, tetapi harus dengan perspektif metafisika. Konsep keesaan Tuhan (tauhid) memang agak complicated, tetapi tegas dan clear. Komplikasinya karena Tuhan tidak bisa digambarkan sebagai the One (al-Wahdah), yakni Sang Pemilik Wujud Maha Tunggal berdiam di luar pluralitas makhluk, sementara makhluk berada di dalam sebuah dunia lain yang terpisah sama sekali dengan Sang Pencipta. Gambaran seperti ini bisa menyesatkan karena berarti mereduksi keberadaan diri-Nya sebagai Tuhan Maha Serba Meliputi (al-Muhith) dan Maha Luas tanpa mengenal batas (al-Wasi').
Konsep seperti ini tentu tidak sejalan dengan sejumlah ayat, seperti "Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.". "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kalian menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.".
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?". Dalam hadis Nabi juga dijelaskan: Kana Allah wa la sayi'an ma'ahu (Keberadaan Allah tidak ada Sesuatu pun yang bersama-Nya). Hal ini sesuai dengan pemaknaan kalangan sufi tentang kalimat syahadat: Ia ilaha illa Allah, yang dimaknai dengan: La maujud illa Allah (Tidak ada yang mewujud selain Allah).
Allah Subhanahu Wata'ala juga tidak bisa digambarkan sebagai the Many (al-Katsrah), yakni Dia yang mewujud dalam bentuk pluralitas alam semesta. Dengan demikian, konsep ini menafikan keberadaan makhluk dan dengan sendirinya mereduksi kapasitas Tuhan sebagai Sang Khalik. Bagaimana mungkin ada Sang Khalik tanpa makhluk? Atau paling tidak, bagaimana mungkin hanya mengakui-Nya sebagai Sang Khalik dalam potensi (Creator in potential), tetapi menafikan-Nya sebagai Sang Pencipta secara aktual (Creator in actual).
Konsep seperti ini tidak sejalan dengan sejumlah ayat, antara lain: "Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.". "Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: Ini dari Allah (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan terbesarlah bagi mereka, akibat yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan.”
Dalam perspektif metafisika, keesaan Tuhan (tauhid) tidak pernah dipermasalahkan keberadaan Tuhan sebagai the One dan the Many. Keduanya merupakan sesuatu entitas yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hubungan antara keduanya adalah manifestasi (tajalli). Berbeda dengan pandangan filsuf menganggap the One dan the Many sebagai dua entitas yang berbeda dan hubungan antara keduanya berdasarkan sebab akibat. Pandangan ini sejalan dengan beberapa ayat, “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dalam perspektif metafisika, tidak ada artinya kita bicara tentang the One tanpa bicara tentang the Many karena dalam karya-karya Ibnu Arabi, khususnya Dawud Qaishari dalam Syarah Fushus al-Hikam sering menyebutkan istilah al-Wahdah fi al-Katsrah wa Katsrah fi al-Wahdah (the One in the Many and the Many in the One). The One dihubungkan dengan hakikat wujud yang biasa disebut dengan al-Jawahir (the Subtances) dan the Many dihubungkan dengan lokus manifestasi yang disebut al-Ardh (the Accidence).
Al-Jawahir (jamak dari al-jauhar) menyatu di dalam inti substansi (al-ain al-jauhar) yang biasa juga disebut dengan hakikat jauhar (al-haqiqah al-jauhar), an-nafs rahmani (the Breath of the Merciful) atau al-Hayula al-Kulliyyah (the Universal Prime Malter). Al-ain al-jauhar itu sendiri merupakan lokus pengejawantahan (mazhar) bagi Zat Ilahi, yang mana juga merupakan pusat manifestasi al-Asma al-Husna.
Jauhar dan 'Aradh menurut para filsuf merupakan dua struktur entitas yang berbeda walaupun keduanya sulit untuk dipisahkan. Sedangkan, menurut kalangan sufi, 'Aradh dan Jauhar bukanlah merupakan dua entits yang berbeda, melainkan yang satu merupakan hakikat dan lainnya merupakan manifestasi, seperti Allah sebagai hakikat wujud (al-Haqiqah al-Wujud) kemudian memunculkan manifestasi (madhhar). Antara hakikat wujud dengan wujud-wujud (a'yan) yang mewujudkan diri-Nya, walaupun keduanya berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Dari segi ini, seorang sufi pernah menyatakan, "Tak seorang pun menegaskan keesaan Zat Maha Esa, sebab semua orang yang menegaskan-Nya sesungguhnya mengingkari-Nya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak diterima oleh Zat Maha Esa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat." (Allahu a'lam)."
"Bukankah yang kamu bahas hanya Tuhan umat Islam?"
"Lord YHWH pada dasarnya dengan Allah adalah satu Tuhan."
"Apa maksudmu? Aku butuh penjelasan yang sangat mendalam."
"kita lihat dari perspektif Yahudi, yaitu Targum Saadia Gaon atau Rasag.
Kejadian 1:1-2 mengatakan:
As soon as Allah created the heavens and the Earth - And the Earth was deeply submerged, and darkness [was] on the surface of the depths, and Allah's wind would blow on the surface of the water.
Serta Bilangan 23:19 mengatakan:
לֹא אִישׁ אֵל וִיכַזֵּב וּבֶן־אָדָם וְיִתְנֶחָם הַהוּא אָמַר וְלֹא יַעֲשֶׂה וְדִבֶּר וְלֹא יְקִימֶנָּה׃
Yang diterjemahkan sebagai berikut: God is not man, that he should lie, nor a son of humankind, that he should change his mind. Has he said, and will he not do it? And has he spoken, and will he not fulfill it?
Cobalah kamu cocokan dengan kitab umat Islam dalam surat Al-Ikhlas."
"Hmmm.. Bagaimana Kalim akan Abraham yang pergi ke Mekkah atau jazirah Arab?"
"Jika kamu ingin tahu pelajarilah Rabbi Saadia Gaon. "
"Terimakasih sudah menjawab pertanyaan dariku. "
"Sama-sama, kita memang harus menggunakan akal dalam memilih keyakinan. "
