LightReader

The World Sees Me Now [ID]

969LASTHOPE
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
1.1k
Views
Synopsis
Østberg, seorang bocah laki-laki yang berusaha menjadi seorang Heroes, supaya dapat menjadi kuat untuk menegakkan keadilan. Ia juga memiliki tujuan lain, yaitu mencari ayah dan ibunya, yang meninggalkannya bersama bibi dan pamannya saat ia masih kecil. Untuk menjadi seorang Heroes, Østberg harus melakukan perjalanan panjang di mana ia akan bertemu dan berteman dengan orang-orang baru. Setelah lulus Ujian Akademi dan mengantongi sertifikat pejuang, ia memulai perjalanan panjang melintasi negeri, bertemu sekutu dan musuh, mengungkap misteri sejarah yang hilang, serta menguji batas keberanian dan keyakinannya. Dalam setiap langkah, Østberg menapaki takdirnya di dunia yang penuh keajaiban dan bahaya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Yang Terlupakan di Bawah Langit

Sebuah sudut yang jauh dari area tak terjangkau.

Dan sebuah kota yang terlena di dinginnya langit malam...

Hawker City, terbalut dalam kabut tebal yang menutupi segala sesuatu dengan nuansa kelam.

Malam itu, salju turun cukup banyak, menyelimuti seluruh kota dengan cuaca ekstrim yang melanda. Tepatnya di sebuah lahan kosong yang luas... dan bersalju.

Suara-suara bising dari jalan tidak dapat menembus keheningan yang menyelimuti Ryzon, seorang Pria yang terbaring setengah sadar di antara banyaknya salju-salju.

Sosok yang berusaha menemukan tempatnya di dunia yang sering kali terasa asing dan tidak bersahabat.

Ryzon tergeletak di hamparan salju, tubuhnya setengah terkubur oleh salju dingin disana. Napasnya tertatih, tiap hembusan memecah keheningan malam.

Dia merasakan beban keputusasaan di dadanya, seolah-olah dunia di sekelilingnya telah menghilang.

Hatiku, pikirnya dalam sepi.

Dengan tatapan kosong tanpa harapan, Ryzon hanya memandangi sekitar.

Dalam pandangannya yang kabur, siluet-siluet samar bergerak di antara bayangan.

FLY...

Kagawa...

Rei...

Tiba-tiba, sosok itu muncul. Izaiah Wic. Seorang pria dengan aura misterius berdiri beberapa meter darinya.

Dia mengenakan jubah yang berkibar lembut, dan wajahnya terbungkus dalam bayangan, hanya matanya yang bersinar seperti bintang yang telah hilang.

"Ryzon, Bangunlah!" suaranya menggema dalam keheningan, penuh urgensi.

"Semuanya berakhir! Benar-benar berakhir... Dunia akan kembali seperti saat itu... Kehancuran... Kegagalan..." Izaiah melangkah lebih dekat, ketegangan semakin terasa.

"Aku harus mengatasi semua ini!"

Kata-kata Izaiah mengguncang Ryzon, rasa sakit yang menyergap, memaksa ia terdiam. Namun urgensi di mata Izaiah menyalakan secercah harapan di tengah keputusasaan. Namun, saat dia berusaha untuk bangkit, rasa sakit menyengat di tubuhnya membuatnya terpuruk kembali.

Ryzon hanya bisa memandang Izaiah dengan tatapan penuh keraguan dan kebingungan. Izaiah menatap jauh ke arah cakrawala yang memudar, seolah-olah melihat sesuatu yang tak terlihat oleh mata Ryzon.

"Kita tidak memiliki banyak waktu. Keberanianmu adalah satu-satunya harapan yang tersisa!"

Suara dari Izaiah Wic menggetarkan jiwa Ryzon, membuatnya kembali lagi mencoba untuk bangkit.

Tetapi saat itu juga, Ryzon melihat sebuah bayangan gelap melintasi horizon, perlahan-lahan merenggut cahaya.

"Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi lagi." Gumam Izaiah, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Ryzon.

Meskipun gagal, aku harus mencoba... untuk terakhir kalinya.

Demi mereka yang masih berharap.

Izaiah mengangkat tangan, suaranya berbisik.

"Vissle Ethron, kekuatan yang terpendam, Pintu bagi cakrawala dan kedalaman malam, Berikan seberkas sinarmu… tarik kembali yang hilang!"

Tiba-tiba, cahaya yang bersinar di kejauhan mulai menyatu, membentuk spiral yang berkilauan. Izaiah, tetapi saat sentuhannya bersentuhan dengan kulitnya, dunia mulai bergetar.

"Tidak... ini tidak seharusnya terjadi..." Izaiah mengepalkan tangan di dada.

"Thonse Remains!" Teriak Izaiah, mulai tergesa-gesa dengan keadaan.

Sambil membacakan sebuah mantra, Izaiah mencoba untuk menyalakan Ethvissle yang berada di kepalan tangan kanannya. Setelah beberapa kali mencoba, hasilnnya nihil. Izaiah tetap tidak dapat membuatnya menyala.

Karena gagal menyalakan Ethvissle di tangan kanannya, Izaiah mulai mengganti kepalan tangannya dengan menggunakan lengan bagian kiri sambil membacakan mantra yang sama.

"... Apa yang... Kau harapkan dari benda itu?" Ryzon bertanya sambil menatap Izaiah dengan tatapan kosong.

"Thonse Remains, adalah salah satu tingkatan energi tertinggi, yang diharapkan mampu menyelamatkan kami! Karena itu aku percaya! di balik Thonse Remains, terdapat kunci kebenaran. Sebuah kebenaran... yang seharusnya kita dapatkan!" Izaiah Membalas.

Ryzon... secara spontan menteskan air mata, namun dengan ekspresi datar, ia menjawab. "Itu... itu tidak benar... sama sekali tidak. Kehancuran ini akan terjadi akibat ulah mereka! Monster itu..."

"Ryzon, percayalah padaku! Kita akan menyelamatkan mereka, kita akan menjadi penyelamat!"

Secara mengejutkan, Ethvissle di tangan kiri Izaiah mulai menyala.

Izaiah yang menyadari itu langsung tersenyum dan semakin percaya bahwa mereka akan percaya.

"Ryzon, lihat... kita berhasil!" Izaiah kembali berbicara.

Ryzon langsung mengubah ekspresinya, dengan air mata yang mengalir, Ryzon tampak murka.

"BERHASIL!? TIDAK ADA YANG BERHASIL! KITA GAGAL DAN TIDAK AKAN ADA HAL POSITIF YANG TERJADI!! SEMUANYA HANCUR DAN HANCUR, LALU MEREKA PERGI MENUJU KEHANCURAN!!!"

"Apa Maksudmu..?"

Izaiah menatap Ryzon yang mulai murka. Izaiah mundur beberapa langkah, sambil mencoba mempertahankan energi Ethvissle miliknya.

Setelah beberapa saat menyala, Ethvissle itu tiba-tiba berhenti menyala, memberikan keheningan di antara mereka berdua.

"Ini... tidak mungkin..."

Izaiah nampak tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Bahkan Ethvissle, sebuah simbol harapan, yang bersinar sebentar, lalu padam, seolah-olah bahkan kekuatan tertinggi pun telah menyerah pada kehancuran.

"Cahaya…" bisik Ryzon, melihat keindahan cahaya yang menakutkan.

"Ryzon... kita..."

Sebelum Ryzon sempat bergerak, cahaya yang terlihat jauh itu tiba-tiba saja mulai mengembang, menyapu segala sesuatu di sekitarnya.

Sebelum hal yang lebih buruk terjadi, hanya satu hal yang tetap tinggal dalam ingatan Ryzon, nama yang diucapkan Izaiah sebelum segalanya lenyap, nama yang akan menjadi kunci bagi harapan terakhir mereka.

Østberg.

Namun sudah terlambat.

Segalanya hancur ke dalam kegelapan, dan dalam sekejap, ia merasakan diri terlempar ke dalam kekosongan.

Kata-kata Izaiah lenyap dalam dentuman cahaya yang menelan dunia. Dalam kilasan terakhir kesadarannya, Ryzon melihat wajah Izaiah menghilang, seolah-olah tidak pernah ada.

Semua yang pernah dia kenal, teman-teman, keluarga, bahkan harapan... lenyap dalam gelap, menyisakan keheningan yang menyesakkan.

Satu-satunya yang tersisa hanyalah cahaya yang hancur dan keheningan abadi yang tidak akan pernah hilang, apapun yang terjadi.