LightReader

Chapter 34 - Bab 36 (Alkein-Ruhosi)

Bab 36 – Resonansi Simbol Kuno

Penemuan jurnal Luthien dan sketsa simbol yang sama persis dengan kalung peninggalan ibunya membuat Ruhosi terdiam lebih lama dari biasanya. Di tengah keheningan Perpustakaan Agung Lumina'val, hanya suara napas mereka dan gemerisik halaman kuno yang sesekali dibalik oleh Lyris yang terdengar. Elara menatap Ruhosi dengan campuran rasa takjub dan pengertian; ia bisa merasakan betapa pentingnya momen ini bagi sahabat barunya itu.

"Jadi… kalung ini… Luthien juga tahu tentang ini," gumam Ruhosi, akhirnya memecah keheningan. Tangannya tanpa sadar meraba kalung di balik bajunya. "Apa ini artinya ibuku benar-benar… terhubung langsung dengan Luthien?"

Lyris menutup jurnal Luthien dengan sangat hati-hati. "Sangat mungkin, Ruhosi. Simbol Persatuan Kuno itu sendiri adalah misteri besar bagi kami para Sylvarian modern. Banyak yang menganggapnya hanya legenda atau hiasan tanpa makna mendalam. Tapi Luthien… dia selalu melihat lebih dari yang terlihat."

Ia menatap Ruhosi dengan sorot yang penuh pertimbangan. "Jurnal ini menyebutkan bahwa Luthien menghabiskan banyak waktu untuk memahami esensi dari simbol itu. Dia percaya bahwa itu bukan hanya representasi pasif dari cahaya dan kegelapan, tapi sebuah 'kunci aktif' untuk menyeimbangkan dan bahkan menyatukan energi yang tampaknya bertentangan, baik di dalam diri maupun di alam semesta."

"Kunci aktif?" Ruhosi mengulang, matanya berbinar. "Maksudnya… kalung ini bisa melakukan sesuatu yang keren? Kayak mengeluarkan laser atau manggil monster peliharaan?"

Elara tersenyum. "Mungkin bukan seperti itu, Ruhosi. Tapi bisa jadi ia membantumu mengendalikan Aura Senjamu."

"Tepat sekali, Elara," sahut Lyris. "Luthien menulis tentang 'resonansi batin'. Ia percaya simbol itu akan bergetar selaras dengan jiwa yang memiliki potensi untuk memahami keseimbangan sejati. Mungkin sudah waktunya kita melihat kalungmu itu lebih dekat, Ruhosi, dengan pengetahuan baru ini."

Mereka bertiga pindah ke sebuah ruangan meditasi kecil yang lebih pribadi di dalam kompleks perpustakaan, yang diterangi cahaya lembut dari kristal-kristal yang tumbuh alami di dinding. Ruhosi mengeluarkan kalungnya. Di bawah cahaya yang lebih terfokus, simbol cahaya dan kegelapan yang menyatu itu tampak semakin jelas di atas permukaan logam kusamnya.

Lyris mengamatinya dengan saksama. "Tidak ada ukiran sihir Sylvarian yang jelas terlihat di permukaannya. Sepertinya kekuatannya lebih bersifat… intrinsik, atau menunggu untuk diaktifkan oleh pemiliknya."

Ia menoleh pada Ruhosi. "Luthien sering bermeditasi di tempat-tempat di mana energi alam bertemu dan berpadu secara alami—pertemuan sungai, gua di balik air terjun, atau di bawah pohon-pohon kuno saat fajar dan senja. Ia percaya tempat-tempat seperti itu membantunya 'mendengarkan' bisikan keseimbangan. Mungkin… kau bisa mencoba hal serupa."

"Meditasi?" Alis Ruhosi terangkat. "Duduk diam lama-lama gitu ya? Aku pernah coba, tapi yang ada malah ketiduran terus mimpi dikejar ulat bulu raksasa."

Lyris tersenyum geli. "Ini bukan sekadar duduk diam, Ruhosi. Ini tentang merasakan aliran energi di dalam dirimu dan di sekitarmu. Penala Jiwa yang kau kenakan dan kalung ini mungkin akan menjadi pemandumu."

Mereka memutuskan untuk mencoba di sebuah taman tersembunyi di belakang perpustakaan, tempat sebuah air terjun mini mengalirkan air sebening kristal ke kolam kecil yang dikelilingi bunga-bunga malam bercahaya. Udara di sana terasa sejuk dan penuh dengan energi kehidupan yang murni. Ini adalah salah satu tempat favorit Luthien, menurut catatan pinggir di jurnalnya.

Ruhosi duduk bersila di atas batu datar di tepi kolam, kalungnya ia genggam di kedua tangan. Elara duduk tak jauh darinya, mengirimkan dukungan dalam diam. Lyris memberi instruksi pelan.

"Pejamkan matamu, Ruhosi. Rasakan napasmu. Rasakan energi Lumina'val yang mengalir melalui Penala Jiwa. Lalu, fokuskan perhatianmu pada kalung di tanganmu. Rasakan beratnya, teksturnya, dan simbol yang terukir di atasnya. Bayangkan simbol itu… sebagai dirimu. Perpaduan antara cahaya dan kegelapan yang ada dalam Aura Senjamu."

Ruhosi mencoba. Awalnya sulit. Pikirannya melompat ke mana-mana—dari rasa lapar hingga ide jahil untuk mencemplungkan Penjaga Rael ke kolam ini. Tapi suara gemericik air terjun dan kehangatan samar dari kalungnya perlahan membantunya lebih tenang.

Ia mulai merasakan sesuatu. Bukan penglihatan sehebat di Kolam Kenangan, tapi lebih seperti… sensasi. Ia merasakan dua arus energi di dalam dirinya yang biasanya terasa seperti tarik-menarik, kini seolah berhenti berperang. Asap hitam dan pendaran putih keperakan dari Aura Senjanya tidak lagi terasa bergejolak, melainkan seperti dua sungai yang mengalir berdampingan, menuju muara yang sama.

Kalung di tangannya terasa semakin hangat. Sangat hangat. Lalu, sebuah kejutan kecil terjadi. Simbol di kalung itu tiba-tiba memancarkan cahaya redup—sebuah cahaya putih keemasan yang lembut, berbeda dari cahaya Elf maupun cahaya murni. Cahaya itu berdenyut selaras dengan detak jantung Ruhosi.

"Aku… aku merasakannya!" bisik Ruhosi, matanya masih terpejam. "Kalungnya… hidup!"

Elara menahan napas, liontinnya sendiri juga memancarkan kehangatan yang lebih intens, seolah ikut merasakan resonansi itu. Lyris mengamati dengan penuh minat dan sedikit rasa takjub.

Cahaya dari kalung Ruhosi tidak bertahan lama, perlahan meredup kembali. Tapi sensasi kehangatan dan keseimbangan di dalam diri Ruhosi masih tertinggal. Ia merasa lebih… utuh. Aura Senjanya terasa lebih stabil, lebih mudah diarahkan.

Ruhosi membuka matanya. Ia menatap kalung di tangannya dengan pandangan baru. Ini bukan hanya kenang-kenangan dari ibunya. Ini adalah warisan. Sebuah alat. Sebuah petunjuk.

"Luar biasa, Ruhosi," kata Lyris dengan suara lembut. "Kau berhasil merasakan resonansi pertamanya. Ini adalah langkah awal yang sangat penting. Luthien pasti akan bangga."

Elara tersenyum lebar. "Kau hebat, Ruhosi!"

Ruhosi sendiri masih sedikit bingung, tapi juga sangat senang. "Jadi… begini rasanya 'seimbang'? Nggak terlalu gelap, nggak terlalu terang, tapi… pas?" Ia menatap kedua telapak tangannya, di mana ia bisa merasakan sisa-sisa energi hangat itu berdenyut. "Apa sekarang aku bisa terbang atau menembakkan pelangi dari hidung?"

Lyris tertawa kecil. "Mungkin belum sampai situ, Ruhosi. Tapi kau telah membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dirimu. Lanjutkan latihan ini. Kenali kalung itu, kenali dirimu. Lumina'val akan menjadi tempat yang baik untukmu belajar."

Ruhosi mengangguk, semangatnya kembali membara. Belajar di Lumina'val ternyata tidak membosankan sama sekali. Ada misteri, ada kekuatan baru yang bisa ia gali, dan yang terpenting, ada Elara yang selalu mendukungnya. Di Lensa Kabutnya, benang pink keperakan yang menghubungkannya dengan Elara kini tampak memancarkan kilau yang lebih lembut dan stabil, seolah ikut merayakan harmoni kecil yang baru saja ia temukan.

Perjalanan Ruhosi untuk memahami warisan Luthien dan menyeimbangkan Aura Senjanya baru saja dimulai, dan setiap langkahnya di Lumina'val akan membawanya lebih dekat pada takdir yang telah menantinya.

More Chapters