LightReader

Chapter 43 - Bab 45 (Alkein-Ruhosi)

Bab 45 – Gema Peringatan dan Titah Sang Tetua

Cahaya merah redup yang berkedip sesaat dari mata tombak kristal Gema Penyeimbang itu langsung memudarkan senyum kemenangan di wajah Ruhosi. Sensasi dingin yang familiar, mirip dengan getaran Lensa Kabutnya saat mendeteksi bahaya, kini menjalar dari senjata barunya itu.

"Eh? Kok… rasanya kayak ada yang nggak beres lagi ya?" kata Ruhosi, menatap Gema Penyeimbang dengan kening berkerut. "Mirip kayak waktu Lensa Kabutku ngasih tahu ada si Vorgash itu."

Elara yang berdiri di sampingnya merasakan perubahan suasana. "Ada apa, Ruhosi? Senjatanya kenapa?"

Lyris mendekat, wajahnya yang tadi penuh kekaguman kini berubah serius. Ia mengamati Gema Penyeimbang. "Artefak kuno sebesar ini, yang terbentuk dari begitu banyak esensi energi murni, pasti memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap ketidakseimbangan atau aura jahat yang kuat, Ruhosi. Jika ia memberimu peringatan, itu berarti ancaman yang kau rasakan sebelumnya mungkin… semakin nyata atau semakin dekat."

Ruhosi mencoba merasakan lebih dalam melalui Gema Penyeimbang. Senjata itu terasa berdenyut pelan di tangannya, seolah memberitahunya bahwa ada sesuatu yang gelap dan mengancam sedang bergerak di dunia luar, sesuatu yang mengincar keseimbangan yang baru saja coba ia pahami.

"Kita harus segera memberitahu Tetua Elarael," kata Lyris tegas. "Penemuan Gema Penyeimbang ini, dan reaksinya terhadap ancaman luar, adalah perkembangan yang sangat penting."

Mereka bertiga meninggalkan aula altar di jantung Ruang Gema Sylvarian, kembali melewati koridor-koridor kristal dan taman-taman cahaya. Saat mereka melangkah keluar dari portal yang masih beriak, portal itu perlahan meredup dan menutup di belakang mereka, menyembunyikan kembali rahasia Ruang Gema dari dunia luar. Dinding batu raksasa itu kembali tampak solid seperti semula.

Perjalanan kembali ke kediaman Tetua Elarael terasa berbeda. Kegembiraan atas penemuan senjata baru kini bercampur dengan kewaspadaan dan sedikit rasa gentar akan apa yang mungkin datang. Ruhosi terus memandangi Gema Penyeimbang di tangannya, yang kini kembali pada bentuk batang logam dengan permata berwarna-warni, meskipun terasa ada energi laten yang berdenyut di dalamnya.

Tetua Elarael menyambut mereka dengan tatapan tenang, seolah sudah menduga akan ada kabar penting. Saat Ruhosi menunjukkan Gema Penyeimbang dan menceritakan bagaimana senjata itu bereaksi dengan peringatan merah, serta bagaimana ia merasakan koneksi yang kuat dengannya, mata Tetua Elarael memancarkan campuran antara kekaguman, kebanggaan, dan juga kekhawatiran yang mendalam.

"Gema Penyeimbang…" bisik Tetua Elarael, tangannya yang keriput terulur untuk menyentuh permukaan artefak itu dengan lembut. "Ia benar-benar terbangun untukmu, Keturunan Luthien. Ini adalah berkah, sekaligus beban yang besar."

Ia menatap Ruhosi. "Senjata ini adalah simbol harapan akan keseimbangan, namun ia juga akan menjadi suar yang menarik perhatian mereka yang mendambakan kekacauan. Peringatan yang ia berikan adalah nyata, Ruhosi. Kebangkitan artefak sekuat ini pasti telah mengirimkan riak energi ke seluruh Alkein, yang bisa jadi terdeteksi oleh 'Dia yang Menginginkan Kehampaan' atau para abdinya."

"Jadi… 'Dia yang Menginginkan Kehampaan' itu sekarang tahu aku punya mainan baru yang keren ini?" tanya Ruhosi, mencoba mencairkan suasana tegang dengan gayanya, meskipun ia sendiri merasa sedikit merinding.

"Sangat mungkin," jawab Tetua Elarael serius. "Dan itu berarti, waktu kita untuk mempersiapkanmu mungkin tidak sebanyak yang kita harapkan."

Ia terdiam sejenak, memandang Ruhosi, Elara, lalu Lyris. "Untuk saat ini, Ruhosi, kau harus belajar secepat mungkin untuk memahami dan mengendalikan Gema Penyeimbang. Lyris akan membantumu. Pelajari bagaimana ia merespons Aura Senjamu, bagaimana ia bisa berubah bentuk, dan bagaimana ia bisa menyalurkan berbagai jenis energi yang terkandung di dalamnya. Ruang Gema Sylvarian, jika ia mengizinkanmu masuk kembali, bisa menjadi tempat latihan terbaikmu."

"Lalu, bagaimana dengan ancaman itu, Tetua?" tanya Elara cemas.

"Lumina'val akan memperkuat pertahanannya," jawab Tetua Elarael. "Namun, kita tidak bisa selamanya bersembunyi di balik tabir pelindung. Gema Penyeimbang telah memilihmu, Ruhosi, dan itu artinya takdirmu untuk menghadapi kegelapan itu semakin dekat."

Ia menatap Ruhosi dengan pandangan yang menusuk namun penuh kepercayaan. "Latih dirimu. Kuasai senjatamu. Pahami warisan Luthien tentang keseimbangan. Karena saat waktunya tiba, kau harus siap. Bukan hanya untuk melindungi dirimu sendiri, atau Lumina'val, tapi mungkin juga… untuk menjaga keseimbangan Alkein itu sendiri."

Ruhosi mencengkeram Gema Penyeimbang lebih erat. Kata-kata Tetua Elarael terasa berat, namun juga membangkitkan semangat yang aneh dalam dirinya. Ia bukan lagi hanya anak buangan yang mencari jati diri. Ia kini adalah pewaris artefak kuno, pembawa harapan akan keseimbangan, dan mungkin… seorang pejuang.

"Aku… aku akan berusaha, Nenek Tetua," kata Ruhosi, suaranya terdengar lebih mantap dari biasanya.

Petualangan Ruhosi di Lumina'val kini memasuki babak baru. Di satu sisi, ia memiliki kunci untuk memahami masa lalu dan kekuatannya. Di sisi lain, bayangan ancaman semakin mendekat, menuntutnya untuk tumbuh lebih cepat dan lebih kuat dari yang pernah ia bayangkan. Elara berdiri di sampingnya, siap mendukung, sementara Lyris dan Tetua Elarael akan menjadi pembimbingnya dalam perjalanan yang semakin mendebarkan ini.

More Chapters