LightReader

Chapter 2 - Bab 2 – Duri di Balik Sutra

Tenda Kaelen berdiri di tengah kamp seperti singgasana di lautan besi. Kain hitamnya menjulang dengan lambang naga terbelah dua—simbol pribadi Kaelen sejak ia keluar dari bayang-bayang Kerajaan Thalvarr.

Di dalamnya, suasana redup, hanya diterangi obor kecil yang menari dalam bayangan. Bau darah, baja, dan anggur tua memenuhi udara.

Seraphine duduk di atas dipan rendah, tangan kini bebas tapi tetap dijaga dua prajurit di luar. Bajunya robek di beberapa bagian, namun masih menutupi tubuhnya cukup untuk menjaga martabat seorang putri. Meski lelah dan kotor, sorot matanya tetap tajam—seperti binatang terluka yang siap mencakar.

Kaelen masuk tanpa suara. Ia melepaskan sarung tangan besinya, satu per satu, lalu duduk di kursi kayu berukir menghadapnya. Suasana menjadi tegang seketika.

"Nyaman?" tanyanya dengan nada sinis.

Seraphine mengangkat dagunya. "Apakah itu bentuk humor pasukan bayaran? Aku tidak tertawa."

Kaelen mengangkat alis, lalu menuang dua cangkir anggur. Ia menyodorkan salah satunya ke arah Seraphine.

"Beracun?" tanya Seraphine dingin.

"Kalau iya, kau sudah mati di luar tadi." Kaelen tersenyum kecil. "Tapi aku lebih suka melihat orang jatuh perlahan."

Seraphine mengambil cangkir itu tanpa menyesap. "Apa yang kau inginkan? Tubuhku? Tebusanku? Atau hanya egomu yang ingin merasa berkuasa atas seorang putri?"

Kaelen berdiri dan berjalan mendekatinya, pelan—seperti bayangan malam. Ia jongkok di hadapannya, mata mereka nyaris sejajar.

"Aku ingin tahu," bisiknya, "seberapa keras duri seorang mawar bisa menusuk... sebelum dia layu."

Seraphine menamparnya. Keras. Tapi Kaelen tidak bergeming.

Mereka saling menatap. Nafas Seraphine memburu, bukan karena takut, tapi karena terbakar. Emosi—antara kebencian, penghinaan, dan sesuatu yang lebih dalam... lebih panas.

Kaelen berdiri. "Kau bukan sandera biasa. Dan aku bukan penakluk biasa."

Ia berjalan menjauh, lalu menatapnya sekali lagi dari ambang pintu tenda.

"Tidurlah, Putri. Besok pagi, kita mulai permainan sesungguhnya."

Lalu ia pergi, meninggalkan Seraphine dalam diam. Tapi malam itu, api kecil dalam dada masing-masing mulai menyala. Bukan cinta... belum. Tapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

---

Bab 2 selesai.

More Chapters