LightReader

Chapter 4 - Eps4: Bayangan dari Dunia Mati

Langit Elarion tidak pernah menghitam, sampai hari itu.

Awan gelap membentuk pusaran raksasa di atas cakrawala. Dari dalamnya, suara bergemuruh seperti ribuan teriakan terpendam. Petir ungu menyambar langit, dan angin dingin berhembus membawa bisikan yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang pernah mengenal keputusasaan.

Elira berdiri di ambang gerbang Pusat Takdir, matanya menatap langit kelam. "Mereka datang," bisiknya. "Para Pengembara Gelap jiwa-jiwa dari dunia lain yang menolak takdirnya dan memilih kehancuran."

Abbas merapatkan jubah yang diberikan padanya. Di dadanya, lambang cahaya kecil hadiah dari Penulis Awal berdenyut pelan, seolah ikut merasakan ancaman yang mendekat.

Dari balik awan, muncul makhluk pertama.

Tubuhnya hitam seperti asap, namun padat dan tajam. Wajahnya tak berbentuk, hanya mata merah yang bersinar seperti bara api. Ia melayang tanpa suara, diikuti oleh bayangan lainnya. Jumlah mereka terus bertambah, menyebar seperti wabah.

"Kenapa mereka mengejar kita?" tanya Abbas, suaranya tegang.

"Mereka mencium cahaya," jawab Elira. "Dan kau… adalah api yang baru menyala."

Tanpa menunggu, Elira membuka sayap peraknya dan melesat ke udara. Dari kedua tangannya, cahaya putih menyala, membentuk busur panjang yang menembakkan anak panah bercahaya. Setiap panah menembus tubuh bayangan, membuatnya menjerit dan menghilang.

Abbas berdiri terpaku. Ia belum tahu caranya bertarung. Tapi dalam dadanya, ada sesuatu yang mulai tumbuh rasa marah, rasa takut, dan… keberanian.

Tiba-tiba, seekor bayangan menyusup lewat celah dan menyerangnya. Abbas tersungkur, dadanya terasa panas. Makhluk itu menancapkan kuku hitamnya ke lambang cahaya di dada Abbas.

"Aaagh!"

Dalam sekejap, bayangan itu terlempar ke belakang terbakar oleh cahaya yang tiba-tiba meledak dari tubuh Abbas.

Ia terengah-engah. Tubuhnya kini diselimuti kilau lembut. Di tangannya, sebuah senjata muncul tongkat bercahaya dengan ujung melengkung seperti sabit, simbol dari kekuatan yang belum ia kenal.

"Abbas!" Elira berseru dari udara. "Kau baru saja membangkitkan Cahaya Jiwamu!"

Tanpa pikir panjang, Abbas mengangkat tongkat itu. Saat makhluk bayangan lain menerjang, ia mengayunkannya, dan cahaya memancar seperti gelombang. Bayangan itu meleleh menjadi debu.

Elira mendarat di sampingnya, terengah tapi tersenyum.

"Bakatmu... luar biasa."

Namun sebelum Abbas sempat menjawab, tanah bergetar. Dari langit, muncul bayangan yang jauh lebih besar. Berwujud seperti manusia, tapi bersayap sobek dan bertanduk. Matanya menatap langsung ke arah Abbas.

"Elira…" suara Abbas gemetar. "Apa itu…?"

Elira menatap makhluk itu dengan wajah pucat.

"Dia... bukan sekadar bayangan. Dia adalah yang pertama dari Tujuh Kegelapan."

More Chapters