LightReader

Chapter 5 - Kematian Kasa

Komunikasi melalui "Aldian" menjadi sebuah rutinitas yang aneh. Setiap beberapa hari, sang kakak fiktif itu akan memberi kabar tentang kondisi Kasa. Awalnya hanya seputar HP yang masih disita, namun narasinya perlahan berubah menjadi lebih kelam. Aldian mulai bercerita bahwa Kasa jatuh sakit, tekanan dari orang tuanya membuat kondisi mental dan fisiknya menurun drastis.

Ikmal, yang hatinya sudah sepenuhnya terikat, menelan setiap kata dengan cemas. Dunianya kini berputar pada pembaruan singkat dari Aldian. Dia membawa kekhawatirannya ke panggung IOVR, tempat di mana simpatinya melimpah.

"Warga Intake, minta doanya buat pacar saya ya. Lagi sakit, semoga cepat sembuh,al-fatihahhhh."

Ratusan doa dan ucapan penyemangat mengalir di kolom komentar, membuat Ikmal merasa tidak sendirian dalam perjuangannya. Dia percaya, kekuatan doa dari banyak orang bisa membantu kesembuhan Kasa.

Namun, kabar dari Aldian justru semakin memburuk dari hari ke hari. "Kondisinya drop," tulisnya pada suatu malam. "Dia sekarang susah makan." Beberapa hari kemudian, "Dia dirawat di rumah sakit." Setiap pesan terasa seperti tusukan jarum yang pelan namun menyakitkan bagi Ikmal.

Hingga akhirnya, pada suatu maghrib menjelang waktu sholat isya yang mendung, pesan yang paling ditakuti Ikmal pun tiba. Pesan dari Aldian

[Aldian]:ini akun msih di pegang lo ga? kasa meninggal tadi habis maghrib gue sm temen blm smpe jkt.

[Ikmal]: Naniii,kasa-chan turu?

[Ikmal]: yang up status inalillahi di WA kasa siapa,aniki atau oyaji?

Tidak ada balasan lagi dan waktu seakan berhenti. Ikmal membaca pesan itu berulang kali, otaknya menolak untuk memproses rangkaian kata tersebut. Tangannya gemetar, napasnya sesak. Rasa sakit yang tajam dan dingin menusuk dadanya. Dunianya, yang baru saja berwarna, kini hancur berkeping-keping.

Di tengah kabut kesedihan yang pekat, sebuah pikiran nekat muncul. Dia harus melihat buktinya. Dia harus melihat tempat peristirahatan terakhir Kasa.

[Ikmal]:Dia dimakamin di mana, Al?

[Aldian]:Di TPU Jeruk Purut, Mal. Maaf, keluarga lagi nggak mau diganggu.

Tanpa pikir panjang, Ikmal menyambar jaket dan dompetnya. Dia memesan ojek online, memasukkan "TPU Jeruk Purut" sebagai tujuannya. Sepanjang perjalanan, angin malam Jakarta yang menusuk tulang tak terasa apa-apa dibandingkan dengan dingin di hatinya. Dia harus ke sana. Meskipun dia tidak tahu blok mana yang harus dicari,nisan mana yang harus ia temukan di antara ribuan kuburan, dia hanya perlu berada di sana.

Berharap entah bagaimana caranya, ia bisa merasakan sisa-sisa kehadiran Angkasa yang tak pernah benar-benar ia temui.

More Chapters