LightReader

Chapter 15 - Bab 11 – Kota Tanpa Bendera: Grivanna Kurtub.

Kabut musim semi menyelimuti kota G.Kurtub seperti kerudung yang enggan terbuka. Di kota yang tak punya panji, setiap pintu adalah rahasia, dan setiap lorong bisa membawa maut atau informasi. Tidak ada kerajaan yang berkuasa di sini. Tapi bukan berarti tak ada yang mengendalikan.

G.Kurtub bukan kota damai. Ia hanya kota di mana semua pihak saling menodongkan pisau dari balik punggung meja.

Jainal tiba saat langit masih kelabu. Tudungnya menutupi sebagian wajah, dan jubah hitamnya telah usang karena perjalanan. Ia menatap gapura batu kota itu—berkarat oleh usia, namun dijaga oleh tentara yang tak mengenakan lambang mana pun.

Ia menyerahkan identitas palsu: Seorang teknisi keliling dari Barat, pembuat ulang perangkat magitek sisa perang.

Penjaga memeriksanya sekilas. Mata mereka mati, seperti orang-orang yang terlalu sering melihat mayat.

“Tujuanmu?”

“Memperbaiki dan menjual. Mungkin juga mendengar kabarbaik.”

“Di sini, tidak ada kabar baik. Hanya kabar... yang dibeli dengan darah.”

G.Kurtub: Simfoni Tanpa Nada Dasar.

Jalanan utama kota dipenuhi orang-orang dari berbagai suku, kerajaan, bahkan makhluk setengah sihir. Pasar pusat menjual batu sihir retak, senjata rusak dari medan perang, dan barang-barang yang seharusnya hanya ada di markas riset militer.

Jainal memperhatikan satu pedagang menjual topeng penghapus identitas—prototipe yang seharusnya hanya ada dalam dokumen internal PosRiset01. Di kios lain, ia mendengar kode yang familiar:

“Tanda luka... warna tembaga.”

Itu bukan sekadar barang. Itu kata sandi. Ia mencatatnya diam-diam.

Di Balik Tirai Diplomasi

Di sebuah kedai bawah tanah bernama “LantaiKetiga”, para mantan diplomat dan pedagang gelap duduk bersama. Mereka bukan sahabat, hanya orang-orang yang masih bisa berbicara tanpa meledakkan tempat itu.

“Vildemar ingin mengunci selatan dengan perjanjian air.”

“Arvent bersiap membeli tenaga kerja dari panti sihir di timur.”

“Tapi Grivanna? Grivanna sedang bermain dua sisi.”

Jainal menyimak dari sudut gelap. Di hadapannya segelas air penuh debu, tapi telinganya tajam. Beberapa informasi tentang anak-anak proyek eksperimen dijual seperti komoditas, lengkap dengan usia, bakat sihir, dan “statusstabilitas”.

---

Jejak Pertama.

Malam hari, ia menyelinap ke jalur pembuangan lama. Berdasarkan catatan peta riset yang ia curi, G.Kurtub pernah jadi markas distribusi untuk proyek Δ-Lambda, tersamar sebagai perusahaan logistik medis.

Ia menemukan ruangan tersembunyi di balik dinding runtuh—bekas pusat pemantauan sihir, dengan pecahan rune di lantai. Satu simbol menarik perhatiannya: tanda luka bersilang di tengah lingkaran, terukir dengan darah dan garam.

“Mereka menanamkan ini ke anak-anak...” gumam Jainal.

Dari catatan setengah terbakar di pojok ruangan, ia menemukan nama penghubung:

Kolektor Luka – sektor 13, lorong besi.

Seseorang—atau sesuatu—yang mengumpulkan bukti dari proyek gelap. Mungkin satu-satunya saksi yang belum dibungkam.

---

Akhir Hari Pertama di G.Kurtub.

Saat malam menjelang, api kecil di sudut rumah singgah menyala samar. Jainal membersihkan belati magiteknya, matanya tak pernah benar-benar tenang.

Ia tahu, tempat ini bukan medan perang terbuka. Tapi medan di mana satu langkah salah bisa menguburnya sebelum sempat bicara.

G.Kurtub bukan sekadar kota tanpa bendera.

Ia adalah panggung tak resmi dunia, tempat bayangan berkumpul...

dan kebenaran dibisiki—bukan diteriakkan.

More Chapters