Langkah kaki Jainal terhenti di ujung lorong bercahaya redup. Di depannya, sebuah gerbang baja tanpa penjaga berdiri diam, setengah tertutup kabut sihir tipis. Tidak ada papan nama. Tidak ada pengumuman. Tapi dari celah-celah dinding retak, terdengar suara logam, desahan mesin, dan… tangisan kecil yang nyaris tak terdengar.
Pasar Gelap Magitek – Sektor 7-B, Kota G.Kurtub.
“Mereka tak menjual harapan di sini,” pikir Jainal. “Hanya penemuan yang tak diakui, dan kesalahan yang ingin dilupakan.”
Ia menurunkan tudung, menyamarkan identitasnya sebagai teknisi keliling bernama JanoVel, sesuai dokumen palsu yang ia susun. Di pundaknya, tas berisi bagian-bagian perangkat rusak dari PosRiset03 jadi penanda bahwa ia bukan orang biasa.
---
Lorong Pengetahuan Terlarang.
Pasar ini bukan tempat yang bisa digambarkan dalam peta. Tiap pintu bisa berubah. Tiap ruang bisa jadi perangkap. Tapi mereka yang tahu sandinya, tahu jalan.
Jainal mendekati kios pertama: menjual alat pelacak frekuensi sihir berbentuk liontin. Harga: tiga jari atau satu jiwa buatan. Ia melewatkan kios itu.
Di sisi lain, seorang pria tua berseragam lusuh menyodorkan tabung kecil.
“Cairan penyimpanan memori. Hanya dua tetes untuk menyimpan satu kenangan. Pernah dipakai pada eksperimen... tapi sudah dilarang.”
“Yang kau maksud ProyekΓ?” tanya Jainal datar.
Pria itu mematung. Tatapannya berubah waspada.
“Kau bukan pembeli biasa.”
---
Tangan Ketiga: Penjual Kebenaran.
Dari bayang-bayang kios keempat, seorang perempuan muda mendekat. Rambutnya kelabu seperti abu, matanya memantul merah dari lensa kecil yang menempel di pelipis.
“Tandamu valid. Sandinya benar.”
“Aku mencari... luka,” kata Jainal pelan.
“Tembaga atau hitam?”
“Tembaga. Aku belum siap untuk yang hitam.”
Wanita itu tersenyum samar. Ia menyerahkan gulungan peta dan secarik kertas kecil.
“Lorong Besi. Sektor 13. Tempat Kolektor Luka pernah menghilang.
Ini bukan bantuan. Ini transaksi. Kami Tangan Ketiga. Kami tidak memilih kebenaran. Kami hanya menjualnya.”
Ia menghilang kembali ke bayang-bayang sebelum Jainal sempat bertanya namanya.
---
Magitek yang Tak Seharusnya Ada.
Jainal melanjutkan langkahnya, lalu berhenti di salah satu ruang tertutup yang dipenuhi aroma arang terbakar dan zat kimia. Di sana, ia menemukan alat-alat dari PosRiset03—namun dalam versi kasar dan tidak stabil.
Sarung tangan dengan Rune Penyalur Trauma – digunakan untuk memperkuat serangan sihir dengan rasa sakit pengguna.
Masker identitas cair – membungkus wajah dan menyamarkan sihir tubuh, buatan awal dari riset penghilangan identitas permanen.
Ia mendekati salah satu alat: pita leher dengan lambang Δ-Lambda. Sama persis seperti yang dililitkan di leher Unit5 saat ditemukan.
Jainal mengepal tangan.
“Mereka menjualnya. Semua ini. Sisa-sisa penderitaan yang kubongkar dengan darah… jadi komoditas.”
Sebelum emosi menguasainya, ia menyadari satu hal: seseorang memperhatikannya.
Mata yang Mengintai
Dari lantai atas pasar, di balik kisi-kisi ventilasi tua, mata tak berkedip menatap Jainal. Bukan mata manusia. Tapi lensa optik biru kehijauan—rekaman visual dari jaringan pengamat Mata Keempat.
Mereka belum bertindak. Tapi mereka tahu dia di sini.
Dan mereka mengingatnya.
Jainal menarik napas panjang. Ia keluar dari pasar, menyembunyikan peta di balik lengan jubahnya. Hari belum gelap, tapi bayangan di benaknya telah membesar.
Ia tak hanya membawa informasi.
Ia membawa dendam yang terus bertambah.
Dan dunia… terus memutar roda dengan darah.
