LightReader

Chapter 4 - Rasa yang Tak Tersampaikan

Hari-hari berikutnya, Melody semakin larut dalam kebahagiaan semu yang Toni tawarkan. Pesan-pesan manis, perhatian kecil, bahkan panggilan sayang membuat Melody merasa spesial. Ia yakin Toni benar-benar menyukainya.

Di kelas, Kenny duduk di sebelah Melody yang tengah mengetik cepat di ponselnya.

"Chat sama Toni lagi, ya?" tanyanya, mencoba terdengar santai.

Melody mengangguk, pipinya merona."Iya… dia ngajak aku nonton pertandingan basket minggu depan. Katanya, aku bawa keberuntungan buat dia."

Kenny tersenyum tipis."Bagus kalau begitu."

Larry, yang duduk di belakang mereka, mendengar percakapan itu. Ada sesuatu di matanya—cemburu yang ia tekan dalam-dalam, dan kecemasan yang sulit ia jelaskan. Ia pernah mendengar gosip tentang Toni yang sering bermain-main dengan perasaan adik kelas. Tapi ia tak berani menyampaikannya pada Melody. Bagaimana jika gosip itu salah? Ia tak ingin menghancurkan kebahagiaan Melody karena firasatnya.

Sepulang sekolah, Kenny dan Larry berjalan bersama menuju halte.

"Larry, kamu nggak khawatir sama Melody?" tanya Kenny pelan, memastikan Melody sudah cukup jauh.

Larry menatap ke depan, wajahnya serius."Aku khawatir… Tapi kita nggak punya bukti. Kalau gosip itu salah, kita bisa hancurin kepercayaannya ke kita."

Kenny mengepalkan tangan."Tapi kalau gosip itu benar… kita harus lakuin sesuatu. Aku nggak sanggup lihat dia disakiti."

Larry menghela napas berat, suaranya rendah namun penuh tekad."Kita harus jaga dia. Diam-diam. Sampai kita yakin apa yang sebenarnya terjadi."

Kenny menunduk, senyum pahit menghiasi wajahnya."Baiklah… demi Melody."

Di kamarnya, Melody berdiri di depan cermin sambil mencoba berbagai gaya rambut. Ia ingin terlihat sempurna untuk Toni. Ponselnya berbunyi, menampilkan pesan dari Toni:

"Besok aku latihan basket. Temani, ya? Aku selalu main lebih bagus kalau kamu nonton."

Melody tersenyum lebar, hatinya berdebar hangat."Baik, Kak. Aku akan datang," bisiknya pelan.

Sementara itu, Kenny dan Larry di rumah masing-masing duduk termenung. Mereka tahu, perasaan yang mereka pendam tak akan pernah tersampaikan. Namun mereka juga tahu satu hal: kebahagiaan Melody adalah segalanya.

More Chapters