Bab 16 – Deklarasi Regan dan Simbol Perlawanan Pertama
Istana Kerajaan Sirevar bersinar terang malam itu. Tapi bukan karena pesta.
Melainkan karena deklarasi perang.
Tahta Berbicara, Rakyat Membisu
Di aula emas utama, seluruh bangsawan besar telah dikumpulkan. Pangeran Regan berdiri di atas mimbar, mengenakan jubah merah darah dengan lambang kerajaan yang dimodifikasi: burung elang bermahkota satu mata.
"Mulai malam ini," ucapnya tegas, "siapa pun yang menyebut nama Kael Arkhen… adalah pengkhianat."
Aula hening.
"Siapa pun yang menyembunyikan atau menyokong Pewaris, akan dihukum gantung di alun-alun."
"Dan siapa pun yang berani menyebar simbol revolusi, akan kehilangan nama, tanah, dan warisan."
Lalu Regan mengangkat gulungan yang dibakar di tangannya — simbol asli kerajaan. Ia membakarnya di depan semua bangsawan.
"Sirevar lama telah mati. Sekarang adalah Era Regan."
Di Markas Kael – Simbol yang Tidak Bisa Dibakar
Sementara itu, di sebuah desa tua yang dibangun kembali menjadi markas rahasia, Kael berdiri di depan meja kayu.
Di hadapannya: selembar kain putih, tergambar simbol tiga pusaran — api, angin, dan cahaya di tengah.
Valeth berdiri di sampingnya, masih mengenakan ikat kepala pelindung sihir. Aeris duduk diam di jendela, rambutnya melambai diterpa angin lembut.
Salva menggeleng pelan. "Kau yakin ingin menyebarkan ini ke publik? Kau tahu apa risikonya."
Kael menjawab dengan tenang.
"Simbol bukan untuk menyatukan mereka yang kuat. Tapi untuk menguatkan mereka yang tercerai."
Runa menambahkan, "Sekali ini tersebar… tak ada jalan mundur."
Kael tersenyum tipis. "Karena dari sinilah perlawanan dimulai."
Simbol Perlawanan Pertama
Malam itu, para simpatisan rahasia Kael — dari pedagang, buruh tambang, hingga mantan tentara — menyebarkan lembaran simbol perlawanan ke seluruh sudut wilayah:
Di pagar pasar.
Di pintu belakang bar.
Di gerbang desa yang dijaga ketat.
Simbol itu hanya satu: Tiga pusaran mengitari titik cahaya.
Tanpa nama. Tanpa tanda. Tapi cukup jelas bagi mereka yang telah merasakan tirani.
Tanggapan Rakyat
Keesokan harinya, dunia berguncang dalam sunyi.
Seorang penjaga kota yang melihat simbol itu tak menghancurkannya.
Seorang ibu yang kehilangan suaminya dalam pajak perang menyimpannya di kantong.
Seorang anak mencoretkannya di pasir… di depan mata penjaga.
Rakyat mulai bicara dengan diam-diam.
Dan diam-diam… adalah awal dari kekuatan yang tak bisa dicegah.
Regan Merespons dengan Api
Di istana, Regan melemparkan vas kaca ke dinding saat menerima laporan.
"Sampah-sampah ini ingin percaya pada legenda?" teriaknya.
Ia berbalik ke arah Eryx, sang pemburu bayangan.
"Cukup sudah. Aku akan ubah pendekatan. Kirim kabar ke seluruh penjuru: 'Hadiah lima ribu koin emas untuk kepala Kael Arkhen — hidup atau mati.'"
Eryx menunduk dan berkata dengan suara berganda:
"Lalu biarkan para pemburu jiwa yang lain... mencium darahnya."
Kael Membuka Pintu Kedua
Di markas, Kael tahu. Reaksi itu datang lebih cepat dari perkiraannya. Tapi ia sudah siap.
Ia duduk di depan meja dan menulis surat rahasia:
"Kepada Ratu Bayangan,Waktunya membuka rute selatan. Kirimkan jaringan intelmu ke kota pelabuhan. Kita akan ambil kendali dari akar — bukan dari istana.Simbol sudah tumbuh. Sekarang waktunya menanam senjata."