Bab 9 – Hari Tanpa Kopi, Tapi Penuh Rasa
Kedai Café Janji Pagi tak buka hari itu.
Bukan karena libur, bukan juga karena hujan.
Tapi karena Hana—untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir—memutuskan untuk istirahat.
Dan lebih dari itu…Karena Adrian mengajaknya pergi.
Pagi yang Tak Diawali Espresso
"Aku nggak pernah tahu seperti apa rasanya pagi tanpa aroma espresso," gumam Hana sambil menarik resleting jaketnya.
Adrian menoleh dan tersenyum kecil. "Hari ini kita ganti dengan aroma laut. Gimana?"
Mereka berjalan berdampingan menuju pelabuhan kecil di pinggir kota. Bukan tempat romantis, bukan pula tempat wisata. Tapi suasananya tenang, dan udara asin bercampur angin kering terasa seperti jeda dari dunia.
Obrolan yang Sederhana, Tapi Dalam
Mereka duduk di tepi dermaga, memandangi kapal-kapal kecil yang berayun pelan.
"Kalau kamu nggak buka kedai lagi, kamu bakal kangen?" tanya Adrian tiba-tiba.
Hana tersenyum, menatap air laut. "Mungkin. Tapi... mungkin juga nggak."
Adrian mengangkat alis.
"Aku rasa," lanjut Hana, "aku bakal lebih kangen rutinitas yang aku isi dengan rasa kosong… dibandingkan sekarang, di mana hari libur pun terasa penuh."
Adrian menoleh padanya. Dan saat itu, ia merasa:cinta tidak selalu datang lewat pengakuan. Tapi lewat rasa cukup.
Bukan Tentang Kopi Lagi
Sore itu, mereka menyewa sepeda dan berkeliling pelan melewati taman, jalan sempit kota tua, hingga kembali ke stasiun kecil tempat Hana biasa naik angkutan.
"Dulu, aku percaya hidupku akan terus seperti kopi pagi," kata Adrian sambil berhenti di bawah pohon besar.
"Pahit?" tanya Hana.
Adrian tertawa pelan. "Bukan. Berguna... tapi tak pernah disadari keberadaannya. Orang hanya tahu mereka butuh kopi. Tapi mereka nggak benar-benar merasakannya."
Hana menatapnya lembut. "Dan sekarang?"
Adrian menatapnya balik, pelan. "Sekarang... aku tahu rasanya jadi seseorang yang ingin dinikmati. Bukan cuma dibutuhkan."
Gelas yang Tak Diberi Nama
Malam harinya, mereka kembali ke kedai. Masih tertutup, tapi Hana masuk lebih dulu, menyalakan lampu remang dan menyeduh dua cangkir.
Namun kali ini, ia tidak menuliskan nama di gelasnya.
Dan saat Adrian menyadari itu, ia bertanya, "Kenapa kosong?"
Hana hanya menjawab pelan:
"Karena hari ini... kita gak butuh nama. Kita tahu siapa kita."