Bab 2 — Lelaki yang Tidak Bisa Dibaca
Lyra Quinn tidak terbiasa dengan ketidakpastian.
Setiap langkah hidupnya dihitung:Jam bangun, kalori makan, jam tidur, bahkan hubungan sosialnya—semua terukur oleh sistem. Ia hidup dalam dunia statistik, grafik, dan rumus.
Tapi hari ini... ia akan menemui lelaki yang tidak bisa dipetakan oleh sistemnya sendiri.
Pertemuan Pertama
Kafe kecil di distrik lama.Tidak ada kamera, tidak ada pemindai wajah, tidak ada sistem otomatis.
Lyra datang dengan gugup yang terselubung rapi. Dandanan formal, tablet di tangan, dan ekspresi datar.
Lalu dia melihatnya. Kayden.
Pria itu sedang melukis mural di dinding belakang kafe. Kaus putih, tangan penuh cat, dan senyum yang terlalu lepas untuk seseorang yang "tidak kompatibel secara sistematis."
"Lyra Quinn?"Suara Kayden serak, tapi hangat.
"Ya. Kamu Kayden Elric," jawab Lyra singkat.
Kayden tertawa kecil. "Langsung formal. Bawa tablet, catatan algoritma juga?"
Lyra mengangkat alis. "Aku ke sini karena data menyarankan kita 99,9% cocok."
Kayden mendekat. "Dan aku ke sini karena penasaran... bagaimana rasanya membuat wanita yang menciptakan sistem cinta terbesar di dunia, merasa tidak yakin akan perasaannya sendiri."
Dua Dunia Bertabrakan
Obrolan mereka singkat. Aneh. Tidak terstruktur.
Lyra kesal karena tidak bisa membaca ekspresi Kayden.Kayden senang karena Lyra justru jadi lebih manusia saat bingung.
"Kenapa kamu nolak ikut sistem?" tanya Lyra akhirnya.
Kayden tersenyum. "Karena cinta bukan hal yang bisa dikalkulasi. Kadang, orang jatuh cinta bukan karena cocok… tapi karena hancur di tempat yang sama."
Ending Bab 2
Sebelum mereka berpisah, Kayden menatap Lyra dalam-dalam.
"Kalau kamu cuma mau bukti logis, kamu nggak akan pernah ngerti kenapa aku suka cara kamu benerin rambut setiap lima menit saat gugup."
Lyra membeku.Dia tak sadar... selama 23 menit, dia sudah melakukannya lima kali.
Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak punya kontrol penuh atas dirinya sendiri.