LightReader

Chapter 3 - Ibu Tiri yang Baik Hati

Bab 3: Raka dan Roti Cokelat

Hari Rabu datang dengan langit cerah, tapi hati Diah tetap diliputi awan mendung. Ia sudah mulai terbiasa dengan keheningan rumah itu, tatapan curiga Nadine, dan sikap diam penuh jarak dari Raka. Tapi pagi ini, ia memutuskan mencoba sesuatu yang berbeda.

Ia membuat roti cokelat buatan sendiri—bukan dari toko, tapi dari resep lama ibunya dulu. Harum manisnya memenuhi dapur. Lalu, ia menyelipkan sepotong kecil ke dalam kotak makan Raka, bersama secarik kertas:

"Untuk Raka yang hebat. Semangat sekolah ya! Dari Bu Diah 😊"

Diah tahu risikonya: bisa saja dibuang, dihina, atau diabaikan. Tapi ia tetap berharap.

Siang hari di sekolah, Raka membuka kotak bekalnya dengan lesu. Ia biasanya langsung mengambil roti tawar dan susu kemasan seperti biasa. Tapi kali ini, ada roti cokelat hangat dan kertas kecil.

Ia membaca tulisan itu diam-diam. Jantungnya berdetak aneh. Ia belum pernah mendapat pesan seperti itu... bahkan sejak ibunya tiada.

Temannya, Rio, melirik isi bekal Raka.

"Eh, enak banget tuh roti! Siapa yang buat?"

Raka ragu. Lalu menjawab pelan, "Ibu... tiriku."

Rio mengangguk. "Wah, baik juga ya. Kalau ibuku, mana sempat bikin ginian."

Raka tak menjawab. Tapi saat Rio tidak melihat, ia menggigit rotinya.

Lembut. Hangat. Manis. Rasanya... seperti pelukan yang sudah lama hilang.

Sore harinya, Diah tengah menyiram tanaman saat pintu pagar terbuka. Raka pulang lebih dulu. Ia tak berkata apa-apa, hanya berjalan masuk.

Tapi sebelum naik ke kamarnya, ia berhenti di ambang pintu.

"Rotinya... enak," ucapnya pelan.

Diah menoleh dengan kaget. Matanya membesar, lalu perlahan tersenyum.

"Terima kasih, Raka," jawabnya lembut.

Itu saja. Singkat. Tapi cukup untuk membuat hati Diah bergetar haru. Mungkin… hanya mungkin… dinding dingin itu mulai retak, satu sisi.

Malam itu, untuk pertama kalinya sejak datang ke rumah itu, Diah menangis. Bukan karena sedih… tapi karena harapan yang baru saja menyalakan cahayanya.

More Chapters