LightReader

Chapter 6 - Hutan yang Hilang Secara Tiba-Tiba

Bab 6: Kota yang Retak

Malam itu, Arvan dan Liria menempuh perjalanan menuju Kota Sapura. Mereka menyamar sebagai peneliti dari lembaga lingkungan. Meski tampak normal di permukaan, Sapura terasa berbeda.Terlalu tenang. Terlalu bersih. Terlalu sepi.

"Energi spiral di sini belum meledak. Tapi titiknya sudah aktif," bisik Liria saat mereka memasuki area utara kota.

Arvan memandang sekeliling. Warga terlihat biasa, tapi ekspresi mereka kosong. Beberapa bahkan menatap langit dengan mata tak berkedip, seolah mendengar sesuatu yang tak terdengar.

"Pola ini pernah terjadi di Chili, tahun 1981," gumam Liria. "Tiga jam sebelum kota itu menghilang seluruhnya."

Mereka menuju titik pusat energi spiral: sebuah taman kota yang baru saja direnovasi. Di tengah taman itu terdapat patung berbentuk spiral batu hitam. Menurut laporan pemerintah, patung itu hadiah dari "dermawan anonim" untuk menghormati budaya lokal.

Tapi bagi Arvan, bentuknya terlalu familiar. Sama persis dengan batu yang ia temukan di Blambangan.

Dan lebih buruk lagi…

Patung itu bergetar.

Tiba-tiba, suara sirine terdengar dari kejauhan. Namun bukan suara ambulans. Ini berbeda—frekuensi rendah yang terasa langsung ke tulang belakang.

"Berlindung!" teriak Liria.

Tanah taman terbelah, dan dari celah hitamnya, muncul makhluk bayangan. Tingginya dua meter, wajahnya terbungkus kulit seperti akar kering, dan dari mulutnya mengalir kabut hitam yang menyerap cahaya.

Penduduk yang melihat... langsung pingsan.

Arvan mencabut kristal pelindung dari ranselnya, menancapkannya ke tanah. Kristal itu memancarkan medan energi yang menahan makhluk mendekat.

"Berapa banyak waktu yang kita punya?" teriak Arvan.

Liria memejamkan mata, mengukur energi spiral di udara.

"Paling lama satu jam sebelum spiral sepenuhnya terbuka!"

Arvan berlari ke arah patung, meletakkan telapak tangannya ke permukaan batu. Dalam hitungan detik, bayangan tubuhnya menghilang, tanda bahwa alam telah mengenalinya sebagai Pemanggil.

Lalu... dari dalam pikirannya, terdengar suara:

"Tukar satu hidup... demi banyak nyawa."

"Kau penjaga. Tapi penjaga harus memilih."

Seketika, Arvan melihat dua kemungkinan masa depan:

1.Kota Sapura hancur, tapi ia dan Liria selamat.

2.Kota terselamatkan, tapi ia… tidak pernah kembali.

Dan detik berikutnya, spiral mulai membuka lubang dimensi.

Waktu habis. Dan pilihan harus dibuat.

More Chapters