LightReader

Chapter 32 - Bab 32: Intervensi Berbayang di Dataran Salju

Konfrontasi di dataran salju yang membeku antara keluarga Cullen, sekutu vampir dan werewolf mereka, serta pasukan Volturi yang perkasa, telah mencapai puncaknya. Ketegangan memuncak, udara dipenuhi ancaman dan kekuatan yang saling berbenturan. Adrian (Sephiroth), yang masih menyamar sebagai manusia biasa dan berdiri di antara kerumunan saksi, merasakan energi mendidih di sekelilingnya. Perasaan "ketertarikan" yang anehnya telah ia kembangkan terhadap Alice Cullen bergema dalam dirinya. Ia tahu, momen intervensinya, yang telah ia rencanakan dengan presisi ribuan tahun, telah tiba.

Alice, yang berdiri di garis depan bersama keluarganya, terlihat lelah namun bertekad. Penglihatannya tentang masa depan masih buram terkait Adrian, tetapi visinya tentang potensi kehancuran di dataran salju ini terasa sangat nyata. Ia adalah bagian dari rencana Sephiroth, sebuah variabel yang ia izinkan untuk berkembang, dan Sephiroth tidak akan membiarkannya hancur dalam konflik yang ia anggap remeh.

Gemuruh dari Langit yang Gelap

Tepat ketika Aro hendak memberikan perintah untuk menyerang, dan ketegangan mencapai puncaknya hingga percikan pertama akan memicu pertumpahan darah, tiba-tiba langit di atas dataran salju bergemuruh. Bukan guntur alami, melainkan suara yang lebih dalam, lebih menekan, seolah ruang itu sendiri bergetar.

Dari balik awan kelabu yang tebal, sebuah fenomena aneh terjadi. Bukan badai salju, melainkan sebuah keretakan tipis di udara, seolah kain realitas terkoyak. Dari celah itu, dengan keheningan yang mematikan, muncullah puluhan sosok. Mereka mengenakan jubah gelap, dengan topeng putih polos yang sama sekali tanpa ekspresi menutupi wajah mereka. Gerakan mereka seragam, sempurna, dan aura yang mereka pancarkan, meskipun tidak sekuat aura vampir, memiliki ketajaman yang mengganggu.

Mereka adalah The Veil, organisasi rahasia Sephiroth, dan di tengah mereka, melayang sedikit lebih tinggi dari yang lain, adalah sosok yang lebih tinggi, diselimuti jubah hitam yang pekat, wajahnya juga tertutup topeng putih polos—Sang Guru Berbayang. Kehadirannya memancarkan aura kontrol yang dingin dan mutlak, sebuah kehadiran yang membuat semua vampir, bahkan Volturi sekalipun, merasakan semacam peringatan naluriah.

Intervensi Sang Guru Berbayang

Aro, pemimpin Volturi, menghentikan gerakannya. Matanya yang merah menatap sosok-sosok bertopeng itu dengan campuran rasa ingin tahu dan kewaspadaan. "Siapa kalian?" suaranya bergema, mengandung nada otoritas namun juga pertanyaan.

Sang Guru Berbayang tidak berbicara. Ia hanya mengangkat tangannya. Dengan gerakan yang lambat dan disengaja, ia menurunkan tangannya ke arah dataran pertempuran. Dan saat ia melakukannya, sebuah tekanan tak terlihat namun dahsyat menyapu seluruh area.

Para vampir, baik Cullen maupun Volturi, serta para werewolf, merasakan kekuatan yang menekan. Itu bukan sihir elementer atau telekinesis. Itu adalah penekanan realitas, sebuah kekuatan yang membuat setiap makhluk merasa terbebani, seolah udara itu sendiri menjadi padat. Kekuatan mereka, kemampuan khusus mereka, terasa sedikit tumpul, pikiran mereka sedikit kabur. Ini adalah manifestasi dari dominasi Lifestream yang dimiliki Sephiroth, sebuah peringatan mutlak.

Kemudian, Sang Guru Berbayang melakukan sesuatu yang membuat semua orang terkesiap. Ia mengulurkan tangan kanannya ke samping, dan dari balik jubahnya, meluncur keluar sebuah bilah pedang yang tipis namun mematikan. Itu adalah bilah Masamune, pedang legendaris The One Sang Pembantai. Tidak ada yang menyentuhnya, namun kemunculannya saja sudah cukup untuk mengirimkan gelombang ketakutan.

Sang Guru Berbayang tidak mengayunkan pedang itu. Ia hanya membiarkannya melayang di sampingnya, sebuah pernyataan. Lalu, ia membuat gerakan tangan yang sederhana, mengisyaratkan Aro dan Cullen untuk mundur, seolah-olah ia adalah wasit dalam sebuah permainan.

Kedamaian yang Dipaksakan

Aro, dengan ribuan tahun pengalamannya, adalah yang pertama memahami. Kekuatan yang ia rasakan dari Sang Guru Berbayang jauh melampaui apa pun yang pernah ia temui, bahkan kekuatan gabungan semua vampir kuno. Kemunculan pedang itu adalah peringatan yang jelas. Ini bukanlah pertempuran yang bisa mereka menangkan.

"Kita akan mundur," kata Aro, suaranya berat, matanya masih terpaku pada Sang Guru Berbayang. "Kali ini."

Keluarga Cullen, yang terkejut namun lega, juga memahami. Mereka tidak tahu siapa sosok bertopeng ini, tetapi mereka merasakan kekuatan dan otoritas yang tak terbantahkan. Alice menatap sosok Sang Guru Berbayang dengan mata terbelalak, firasat yang sangat kuat muncul di benaknya: bahwa sosok itu entah bagaimana terhubung dengan Adrian, atau mungkin... adalah Adrian itu sendiri. Namun, logikanya menolak, Adrian hanyalah manusia.

Perlahan, Volturi mundur, menghilang kembali ke dalam hutan yang gelap. Keluarga Cullen, dengan sekutu-sekutu mereka, tetap di tempat, merasakan kelegaan yang luar biasa namun juga kebingungan yang mendalam. Mereka telah diselamatkan oleh sebuah entitas misterius yang tiba-tiba muncul dan menghilang seperti bayangan.

Di tengah kekacauan itu, Adrian, yang menyamar sebagai manusia biasa, hanya mengamati dengan senyum tipis yang tak terlihat oleh siapa pun. Ia melihat ekspresi Alice, kebingungan dan kecurigaan yang tumbuh di matanya. Ia telah menyelamatkan Alice dan keluarganya, tetapi ia juga telah memperkenalkan lapisan misteri baru yang tak terpecahkan. Ia adalah Sang Guru Berbayang, Sang Pembantai, dan Pangeran Kelabu, dan dunia baru ini kini sepenuhnya berada dalam genggamannya.

More Chapters