LightReader

Chapter 37 - Bab 37: Tarian Maut Sang Pendekar Pedang

Keheningan yang disebabkan oleh intervensi Adrian hanya berlangsung sekejap. Volturi, terkejut namun tak gentar, melancarkan serangan baru. Namun, fokus mereka kini terbagi. Siapa sebenarnya manusia ini yang mampu melukai Felix? Alice, yang masih terhuyung di samping Adrian, merasakan gelombang emosi kompleks dari vampir di sekitarnya—kemarahan Volturi, keterkejutan Cullen, dan rasa ingin tahu yang membara dari Edward.

Adrian tidak menjawab pertanyaan Alice. Matanya, yang kini memancarkan kilatan perak yang lebih jelas dari sebelumnya, hanya menatap ke depan, ke arah gelombang Volturi yang menerjang. Kemarahan dingin yang ia rasakan atas luka Alice tidak mereda, justru menjadi bahan bakar bagi gerakannya. Ia tidak akan lagi menjadi pengamat pasif. Ia akan berjuang.

Tarian Pedang di Tengah Badai

Adrian tidak mengeluarkan aura supernatural yang menindas seperti yang dilakukan Sang Guru Berbayang sebelumnya. Ia tetap sebagai "manusia" di mata semua orang, seorang pendekar pedang. Namun, keahliannya, yang diasah selama ribuan tahun peperangan dan penguasaan, jauh melampaui kemampuan makhluk fana mana pun, bahkan melampaui vampir.

Ia bergerak. Bukan dengan kecepatan yang tak terlihat seperti vampir, melainkan dengan kelincahan mematikan yang membuat gerakannya terasa seperti tarian. Pedang di tangannya, bukan Masamune, melainkan bilah biasa yang entah bagaimana ia peroleh, menjadi perpanjangan dari dirinya. Setiap tebasannya adalah presisi yang sempurna, setiap elakannya adalah gerakan yang anggun.

Ia menerjang ke arah barisan Volturi, bukan untuk membunuh secara langsung, melainkan untuk melumpuhkan dan mengacaukan. Adrian bukan ingin memusnahkan mereka; ia ingin menunjukkan dominasinya, menghancurkan formasi mereka, dan melindungi Alice serta keluarga Cullen tanpa sepenuhnya mengungkapkan jati dirinya sebagai The One Sang Pembantai.

Melumpuhkan Pengawal Volturi: Adrian berhadapan dengan pengawal Volturi lainnya. Vampir-vampir itu, dengan kecepatan dan kekuatan mereka, berusaha mengelilinginya. Namun, Adrian mengantisipasi setiap gerakan mereka dengan sempurna. Ia memblokir dengan pedangnya, membelokkan serangan, dan kemudian mengincar titik-titik lemah: sendi, otot tendon, atau bahkan pergelangan tangan. Ia melukai tanpa membunuh, membuat pengawal Volturi terlempar mundur dengan rasa sakit, melumpuhkan kaki atau tangan mereka, membuat mereka tidak berdaya untuk sementara.

Mengacaukan Formasi: Ia bergerak seperti hantu di antara barisan Volturi, menyebabkan kekacauan. Adrian tidak hanya bertarung, ia mengganggu. Ia menggunakan momentum serangan musuh untuk melawan mereka sendiri, mendorong satu vampir ke arah vampir lainnya, membuat mereka saling bertabrakan. Ia menciptakan celah dalam pertahanan mereka, yang kemudian dimanfaatkan oleh para Cullen dan sekutunya.

Melindungi Alice dan Renesmee: Matanya selalu tertuju pada Alice. Jika ada ancaman yang mendekati Alice atau Renesmee, Adrian akan berkelebat, menempatkan dirinya di antara ancaman dan target. Ia akan menggunakan pedangnya untuk mengalihkan serangan atau melumpuhkan penyerang, sebuah perisai yang tak terduga.

Reaksi dari Kedua Belah Pihak

Keluarga Cullen dan sekutu mereka menyaksikan dengan takjub. Edward mencoba membaca pikiran Adrian, namun yang ia temukan hanyalah kehampaan yang sama sekali. Ini bukan sekadar pendekar pedang yang terlatih; ini adalah sesuatu yang belum pernah mereka saksikan. Mereka melihat bagaimana Adrian, seorang "manusia," mampu mengimbangi kecepatan dan kekuatan vampir, melumpuhkan lawan-lawannya dengan keahlian yang brutal namun elegan.

Alice adalah yang paling terpengaruh. Ia melihat gerakan Adrian yang begitu familiar namun juga begitu asing. Firasatnya tentang Adrian yang lebih dari sekadar manusia semakin kuat. Setiap tebasan pedang, setiap gerakan anggun, memancarkan aura yang ia kenali dari "Sang Guru Berbayang", namun ia melihat wajah Adrian, bukan topeng. Kebingungan, keterkejutan, dan rasa takut bercampur aduk dengan perasaan yang lebih dalam dan tak terjelaskan yang ia miliki untuk Adrian.

Aro, yang melihat pasukannya dilumpuhkan satu per satu oleh satu "manusia," semakin marah sekaligus penasaran. Ia mengirimkan lebih banyak vampir, termasuk Jane dan Alec, untuk menguji batas Adrian. Ia ingin melihat sejauh mana kekuatan pendekar pedang ini, dan apakah ia benar-benar dapat diatasi.

Adrian tidak menunjukkan kelelahan. Gerakannya tetap lancar, presisi pedangnya tak pernah goyah. Ia adalah badai yang tenang di tengah kekacauan, Pendekar Pedang yang tak terbantahkan, membalikkan arus pertempuran tanpa sekalipun mengungkapkan identitas aslinya sebagai The One. Ia hanya berjuang, kemarahannya yang dingin adalah tarian maut yang baru.

More Chapters