LightReader

Chapter 55 - Bab 55: Retaknya Dominion dan Serangan Pamungkas

Lembah Kerajaan Crimson bergemuruh, bukan lagi hanya karena benturan kekuatan, tetapi karena Lifestream itu sendiri yang bergolak. Cadis Etrama di Raizel, dengan strategi cerdasnya, telah memanfaatkan benih-benih kekuatan yang ia tanam selama ribuan tahun. Sephiroth, The One Sang Pembantai, untuk pertama kalinya menunjukkan tanda-tanda keterkejutan, cengkeramannya pada esensi kehidupan planet ini sedikit goyah. Di kejauhan, Alice Cullen menyaksikan dengan napas tertahan, visinya menangkap celah yang belum pernah ia bayangkan.

Momentum Raizel: Menembus Kendali

Merasakan goyahnya kendali Sephiroth atas Lifestream, Raizel tidak menyia-nyiakan kesempatan. Kemarahan yang telah lama ia pendam kini berubah menjadi tekad yang membara, memanifestasikan dirinya dalam kekuatan yang belum pernah Sephiroth saksikan.

"Ini bukan lagi dominionmu!" Raizel mengumumkan, suaranya dipenuhi otoritas seorang Raja yang sejati. Ia mengulurkan tangannya, dan kali ini, Lifestream murni yang telah ia bangkitkan di seluruh dunia merespons panggilannya. Energi itu mengalir deras menuju lembah, mengalir ke dalam diri Raizel, memperkuat setiap serat keberadaannya.

Sephiroth, meskipun kuat, kini harus menahan serangan dari luar sekaligus menghadapi pemberontakan dari dalam sumber kekuatannya sendiri. Pertahanannya, yang sebelumnya tak tertembus, kini menunjukkan keretakan halus. Aura hijau zamrud yang melindunginya berkedip-kedip, berusaha menstabilkan diri melawan gelombang energi murni yang berusaha mengikisnya.

Raizel melancarkan serangannya. Kali ini, itu bukan hanya serangan Blood Field yang destruktif, melainkan sebuah serangan yang jauh lebih mendalam. Ia memanifestasikan Blood Field menjadi jutaan benang tipis yang bercahaya merah, melesat ke arah Sephiroth. Benang-benang ini bukan hanya fisik; mereka adalah manifestasi dari kontrol murni Raizel atas Lifestream yang tidak terkontaminasi. Mereka berusaha menembus perisai Sephiroth, tidak untuk menghancurkan, tetapi untuk mengganggu koneksinya dengan Lifestream yang telah ia kendalikan.

Celah dan Serangan Menusuk

Sephiroth mengayunkan Masamune-nya dengan kecepatan luar biasa, membelah benang-benang darah itu menjadi kepingan-kepingan. Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan esensi mereka terlalu murni. Beberapa benang berhasil menembus celah-celah di pertahanan Sephiroth yang berkedip.

Ketika benang-benang itu berhasil menembus, Sephiroth merasakan sesuatu yang asing. Bukan rasa sakit fisik, melainkan semacam gangguan pada kesempurnaan dominasinya. Seolah-olah ada 'kabel' dalam kendalinya atas Lifestream yang terputus atau terdistorsi. Kilatan perak di matanya sedikit meredup, ekspresi dinginnya menunjukkan sedikit kerutan.

Raizel memanfaatkan celah itu. Dengan tekad yang membara, ia mengkonsentrasikan seluruh kekuatan Raja yang ia miliki. Ia memfokuskan energi ke telapak tangannya, membentuk sebuah bola energi darah murni yang berdenyut, memancarkan aura kehancuran yang tak terbantahkan. Ini adalah serangan pamungkasnya, sebuah pukulan yang dirancang untuk menembus, bukan sekadar menghancurkan.

"Terima ini, Pembantai!" seru Raizel, melancarkan bola energi itu ke arah Sephiroth.

Bola energi itu melesat, menembus sisa-sisa pertahanan Sephiroth yang kini semakin terganggu. Sephiroth, meskipun berusaha menarik lebih banyak Lifestream untuk memperkuat perisainya, mendapati kendalinya melambat. Energi murni Raizel telah menciptakan 'gangguan' yang signifikan.

Bola energi itu menghantam Sephiroth, tidak dengan ledakan yang dahsyat, melainkan dengan daya tembus yang mengerikan. Energi itu tidak meledak di permukaan, tetapi seolah-olah menembus esensinya, berusaha memutuskan koneksinya dengan Lifestream yang telah ia manipulasi. Untuk sesaat, aura hijau zamrud di sekitar Sephiroth berkedip, lalu meredup, hampir padam.

Sephiroth terhuyung, sebuah reaksi yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. Wajahnya, yang selalu tanpa emosi, kini menunjukkan sedikit ketidakpercayaan dan frustrasi. Masamune di tangannya sedikit bergetar. Ia telah terkena. Tidak fatal, tetapi serangan itu telah menembus pertahanannya dan mengganggu inti kendalinya. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia duga.

Di kejauhan, Alice Cullen berteriak. Visinya menunjukkan kepadanya Adrian, yang kini adalah The One, terhuyung mundur. Sebuah harapan liar membuncah di hatinya. Raizel telah berhasil! Ia telah menembus The One!

Lembah itu hening sejenak, hanya suara angin dingin yang berembus. Raizel terengah-engah, tubuhnya terasa lelah karena mengerahkan kekuatan sebesar itu. Namun, matanya menunjukkan kemenangan. Ia telah melakukannya. Ia telah melukai The One.

More Chapters