LightReader

Chapter 5 - 100 Hari Bersamamu

Chapter 5: Cinta yang Tumbuh, Tak Terbatas Waktu

Seiring berjalannya waktu, 100 hari yang mereka jalani bersama mulai terasa seperti sebuah kenangan yang tak bisa digantikan. Aria dan Vino kini memasuki hari-hari setelah waktu itu, dan meskipun mereka tahu waktu itu terbatas, mereka menemukan cara untuk membuat setiap detik lebih berarti.

Mereka berjalan bersama—bukan hanya dalam rutinitas sehari-hari, tetapi juga dalam menjalani kehidupan yang penuh ketidakpastian, penuh tawa, dan juga kadang-kadang air mata. Waktu yang terbatas tidak lagi terasa seperti beban, melainkan seperti kesempatan untuk menemukan cinta mereka yang lebih dalam, lebih jujur, dan lebih utuh.

Setiap pagi, mereka masih menikmati sarapan bersama, tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil—tapi juga tentang hal-hal besar. Tentang masa depan, tentang impian mereka, dan tentang bagaimana mereka bisa tumbuh bersama. Bukan hanya tentang mereka sebagai pasangan, tetapi tentang mereka sebagai individu yang saling mendukung dan saling belajar.

Suatu malam, setelah makan malam bersama, Vino mengajak Aria berjalan di sepanjang pantai, tempat mereka pertama kali berbicara tentang 100 hari itu. Bintang-bintang mulai bermunculan, menciptakan langit malam yang penuh dengan harapan.

"Aria," kata Vino pelan, "kamu tahu, aku merasa 100 hari itu bukan akhir. Itu adalah awal dari perjalanan kita."

Aria menoleh, matanya yang penuh cinta menatap Vino. "Aku tahu, Vino. Mungkin kita hanya memulai kisah kita, dan ada begitu banyak hal yang akan datang. Tapi aku sudah siap. Aku sudah siap untuk menghadapi apapun yang ada di depan kita, bersama kamu."

Vino tersenyum lembut. "Aku juga, Aria. Aku tahu kita mungkin tidak bisa mengontrol segalanya. Tapi satu hal yang aku tahu adalah, kita selalu bisa saling memilih, setiap hari."

Aria meraih tangan Vino dan menggenggamnya erat. "Ya, kita akan terus memilih, Vino. Kita akan memilih untuk saling mendukung, saling mencintai, bahkan saat waktu tidak lagi terhitung."

Mereka berhenti sejenak, saling memandang, dan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, mereka merasa bahwa cinta mereka lebih kuat daripada apapun yang bisa datang dan pergi. Waktu bukan lagi musuh, tetapi sahabat yang mengajarkan mereka untuk menghargai setiap detik yang ada.

Bulan-bulan berlalu, dan setiap hari bersama Vino semakin terasa berarti. Mereka berdua tidak pernah berhenti berusaha untuk lebih baik, tidak hanya untuk satu sama lain, tetapi juga untuk diri mereka sendiri. Kalya kembali mengejar impian-impian yang ia tinggalkan, menulis, dan meraih lebih banyak pencapaian dalam hidupnya. Vino juga melanjutkan karir fotografinya, bepergian, menangkap keindahan dunia yang mereka tinggalkan selama bertahun-tahun.

Tapi lebih dari apapun, mereka menemukan bahwa hidup mereka lebih kaya dengan kehadiran satu sama lain, tanpa perlu waktu yang terbatas untuk membuktikan apapun.

Suatu hari, saat Vino sedang mengedit foto di studio kecilnya, Aria masuk dengan senyum lebar.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Vino, matanya masih terfokus pada layar.

Aria duduk di sampingnya, meletakkan secangkir kopi di atas meja. "Aku berpikir, aku tidak lagi merasa terbatas dengan waktu. 100 hari itu mengajarkan aku bahwa cinta bisa tumbuh, bisa berkembang, bahkan tanpa batas waktu. Kita bisa menciptakan hidup yang kita inginkan, dan kita bisa melakukannya bersama."

Vino menoleh, matanya penuh dengan kasih sayang. "Kita sudah memilih, Aria. Dan aku memilihmu, setiap hari, selamanya."

Aria menatapnya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa ia tidak hanya memilih Vino, tetapi ia juga memilih dirinya sendiri—pilihan untuk hidup dengan penuh cinta, dengan tanpa takut, dan tanpa penyesalan.

Mereka berdiri di depan dunia yang penuh dengan ketidakpastian, tetapi mereka tahu satu hal yang pasti: cinta mereka lebih kuat daripada waktu itu sendiri. Dan bersama, mereka akan menjalani setiap langkah yang tersisa dengan penuh keberanian dan harapan.

Karena 100 hari itu hanya permulaan. Cinta mereka tidak mengenal batasan waktu—dan itu adalah hal yang paling indah dari semuanya.

More Chapters