LightReader

Chapter 69 - Chapter 69 – Venomous Gaze

Raungan mengerikan mengguncang langit Hutan Dalam Arura. Getarannya menjalar ke setiap akar pohon, menembus rimbunnya dedaunan dan mengguncang aliran spiritual tanah. Di tempat lain dalam lembah yang berbeda, Zienxi yang tengah memulihkan napas dari pertarungan sebelumnya dengan Howling Scorch Ape, tiba-tiba mendongak tajam. Suara itu bukan raungan biasa, itu adalah panggilan ancaman, dan jiwanya segera terhubung dengan firasat buruk.

"Vuyei!" gumamnya, suara tajam dan tegang. Tanpa ragu, tubuhnya melesat, meninggalkan debu dan bekas retakan di tanah. Aura spiritualnya membentuk pusaran tajam di belakangnya, menunjukkan betapa seriusnya perasaannya.

Sementara itu, di Hutan Dalam Arura, Vuyei berdiri diam. Tubuhnya tegak meski lututnya sedikit gemetar. Di depannya, seekor makhluk menakutkan merayap keluar dari kegelapan pepohonan: Violet-Spine Basilisk. Reptil raksasa itu memiliki tubuh panjang bersisik ungu logam yang memantulkan cahaya redup. Asap beracun mengepul dari sela-sela sisiknya. Tatapan matanya seperti menusuk ke dalam jiwa, membuat mental siapapun bisa runtuh seketika.

"Hanya... binatang," bisik Vuyei, mencoba mengendalikan detak jantungnya. Dia menggenggam pedang panjangnya lebih erat, napasnya membentuk ritme tenang meski tekanan spiritual mengimpit dadanya.

Basilisk itu menggeram rendah, lalu semburan racun berwarna ungu menyembur deras dari mulutnya. Dengan cepat, Vuyei melompat ke samping, tubuhnya berguling dan berputar sebelum mendarat dengan gesit. Ujung jubahnya terbakar oleh racun yang menggigit seperti asam.

"Aura racun dan ilusi... kalau sampai kena langsung, aku akan kehilangan kesadaran." Vuyei menggigit bibirnya. Matanya menyipit.

"Mirror Soul Bloom!" teriaknya, dan seberkas kelopak cahaya memekar dari ujung pedangnya. Mantra ini menciptakan ilusi balik, membingungkan musuh dengan pantulan kekuatan mereka sendiri.

Namun Basilisk itu tidak bodoh. Sisik di sepanjang punggungnya menyala, lalu sebuah gelombang mental memancar kuat, Gaze of Ruin. Ilusi Vuyei langsung retak, dan tekanan spiritual menghantam jiwanya, membuatnya hampir terhuyung.

"Aku tidak boleh kalah... aku harus bertahan!" desis Vuyei. Tangannya bergetar, tetapi ia kembali menyerang dengan Petals of Cutting Wind, mengirim belasan bilah angin tajam yang menyambar ke arah perut dan mata Basilisk.

Makhluk itu mengangkat sisiknya sebagai perisai, menahan sebagian serangan, tapi dua bilah angin berhasil menorehkan luka di bawah matanya. Ia meraung, lalu melesat maju, mulutnya terbuka lebar, taring beracun siap mencabik.

Vuyei bersalto ke belakang, namun racun yang menetes dari nafas Basilisk mulai mengaburkan penglihatannya. Dunia seolah berputar. Suara burung, pohon, bahkan detak jantungnya sendiri mulai terdengar aneh efek Venomous Mirage, racun ilusi Basilisk.

Tepat saat itu, semburat cahaya biru menyapu dari langit.

"Spiritual Breaker Slash!" teriak suara yang tak asing. Pedang besar berbalut energi biru menghantam punggung Basilisk, menghancurkan sebagian sisiknya dan membuat makhluk itu terhempas ke samping.

Zienxi mendarat di depan adiknya dengan wajah dingin. "Kau baik-baik saja?" tanyanya cepat, tanpa menoleh.

Vuyei menggertakkan gigi. "Aku bisa menghadapinya... tapi racunnya memengaruhi pikiranku."

"Kau bertahan dengan luar biasa," bisik Zienxi, lalu kembali menghadapkan pedangnya ke arah Basilisk yang mulai bangkit. "Sekarang, kita habisi bersama."

Basilisk meraung sekali lagi, namun kini di hadapannya berdiri dua saudara yang matanya sama-sama membara. Aura mereka berdenyut satu irama, dan seluruh hutan mulai bergetar menanti benturan selanjutnya.

Cahaya mantra bersinar di tengah lembah yang dikelilingi kabut tebal dan tebing keunguan. Deru angin bertabrakan dengan raungan ganas Violet-Spine Basilisk, menciptakan getaran yang mengguncang akar-akar roh tua di bawah tanah.

“Daun Pemecah – Formasi Angin Kedua!” seru Vuyei, tubuhnya berputar cepat di udara, menciptakan formasi daun bercahaya yang mengitari tubuh basilisk seperti badai angin tajam. Daun-daun itu menyayat dan mengelupas sebagian sisik makhluk itu.

Violet-Spine Basilisk meraung keras. Dari tenggorokannya yang membara, semburan racun ungu tua melesat, membentuk kabut berbisa yang berputar di medan pertempuran. Vuyei melesat mundur dengan napas terengah.

“Awas racunnya!” Zienxi berseru sambil membentuk segel tangan, “Spiritual Breaker Slash!”

Sebuah tebasan berbentuk bulan sabit berwarna biru perak melesat dari pedangnya, membelah kabut beracun dan menghantam kepala basilisk. Makhluk itu terguncang, tapi masih berdiri.

“Binatang ini hebat juga,” gumam Zienxi lirih sambil tersenyum tipis. “Tapi jangan pikir aku membiarkanmu mati sendirian di sini.”

“Mirror Soul Bloom!” seru Vuyei dari sisi lain, menciptakan kelopak-kelopak spiritual yang berpendar di udara. Mantra itu menciptakan ilusi diri yang membingungkan basilisk, membuatnya menyerang bayangan yang salah.

Zienxi melesat dari belakang basilisk, “Pedang 11 Ilusi!”

Sebelas bayangan pedang muncul serentak, menyayat tubuh makhluk itu dari berbagai arah. Darah ungu kental terciprat ke mana-mana.

“Kerja bagus, Vuyei!” seru Zienxi sambil bergerak cepat ke sisi adiknya.

Vuyei mengangguk, napasnya berat. “Kita belum selesai. Lihat matanya, dia masih punya tenaga untuk bertarung.”

Violet-Spine Basilisk membuka mulutnya lebar, mengeluarkan siulan melengking disertai semburan kabut yang lebih tebal. Racun kini memenuhi seluruh medan. Daun-daun kering mendesis dan hancur hanya karena tersentuh.

“Petals of Cutting Wind!” teriak Vuyei, melemparkan gelombang kelopak tajam yang menyibak kabut, menciptakan jalan di antara racun.

Zienxi memijak udara menggunakan langkah ringan miliknya, “Lanesa Wind Slice!”

Tebasan angin berwarna hijau muda menghantam leher basilisk, diikuti oleh mantra terakhirnya, “Heaven Piercing Ray!”

Sinar lurus seperti tombak surga menembus dari langit ke arah tubuh makhluk itu. Terdengar letusan keras ketika sinar itu menembus punggungnya, menghancurkan sebagian duri beracunnya.

Vuyei tak tinggal diam. “Daun Pemecah – Bentuk Terakhir!” Suaranya tegas, matanya menyala dengan tekad penuh. Formasi daun terakhir menyelimuti tubuh basilisk, memaku gerakannya.

Zienxi menyilangkan pedang di depan dada. “Sekarang!”

Keduanya melesat bersamaan dari dua arah. Pedang mereka bersinar, lalu.

BRUAAARRRGH!

Basilisk meraung kesakitan. Luka-lukanya semakin parah, racunnya mulai menguap karena tak mampu mempertahankan konsentrasinya. Darahnya menetes deras, menandai tanah spiritual lembah dengan warna ungu kehitaman.

Tapi alih-alih mati, makhluk itu merangkak mundur ke balik pepohonan lebat yang dipenuhi kabut pekat. Raungannya menggema sekali lagi, lalu menghilang dalam kesunyian yang menegangkan.

Zienxi berdiri dengan napas terengah. “Dia lari.”

Vuyei jatuh berlutut, menggenggam perutnya yang terkena semburan racun tipis. “Tapi... kita hidup.”

Zienxi cepat menghampiri dan meraih bahu adiknya. “Kau terluka?”

“Sedikit. Tapi aku masih bisa berdiri,” jawab Vuyei lemah sambil memaksakan senyum.

Zienxi mendesah lega. “Berani sekali kau menahannya sendirian.”

“Aku tidak ingin membuatmu kecewa...”

Zienxi menggeleng sambil menatapnya serius. “Kau lebih dari cukup. Kau bukan beban, Vuyei. Jangan pernah berpikir seperti itu.”

Vuyei terdiam. Senyum kecil muncul di bibirnya. “Terima kasih... Kak.”

Zienxi membantu adiknya berdiri. “Ayo, kita cari tempat aman untuk menetralisir racunnya. Dan setelah itu... kita cari lagi basilisk itu.”

Vuyei mengangguk, matanya menatap ke arah kabut yang menelan makhluk itu. “Kali ini, kita akan mengakhiri semuanya.”

Kabut mulai turun tipis di lembah setelah kepergian Violet-Spine Basilisk. Aroma lembab bercampur racun masih menggantung di udara. Zienxi segera mendekati Vuyei yang terengah-engah dan memegangi sisi perutnya. Darah yang menetes dari sela jari adiknya tampak berwarna ungu gelap, mencolok dan mengerikan.

“Vuyei!” seru Zienxi panik, menjatuhkan lututnya di samping sang adik dan memeriksa lukanya. “Racunnya… Ini racun mematikan, aku bisa merasakan korosinya dari napasmu.”

Vuyei tersenyum lemah, tapi wajahnya pucat, dan matanya mulai kehilangan fokus. “Heh… Kak, aku rasa aku sedikit pusing... dan… daun-daun itu barusan bicara padaku.”

Zienxi mencengkram bahu Vuyei. “Vuyei, dengarkan aku! Racun ini... sudah mulai menyerang meridianmu. Aku bisa merasakannya menyumbat aliran energi spiritualmu. Kalau kita tak segera menetralkannya… kita hanya punya enam jam sejak racun itu mulai bereaksi. Dan sekarang...”

“Sudah lewat sekitar 45 menit, kan?” sahut Vuyei lirih, memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya perlahan. “Kak... tubuhku mulai dingin. Rasanya seperti... kabut menyelimuti pikiranku.”

Zienxi menggertakkan giginya. Dia tahu benar ini bukan jenis racun biasa. Violet-Spine Basilisk dikenal memiliki racun yang menyerang dari dalam, menyusup perlahan ke meridian dan darah, hingga korban lumpuh sepenuhnya sebelum jantung berhenti berdetak.

“Aku akan mencari penawarnya.” Zienxi berdiri, matanya menyapu lembah yang mulai gelap tertutup kabut. “Aku tahu di sekitar sini ada tanaman penetral racun. Aku akan cari.”

Vuyei menggenggam tangan kakaknya sebelum Zienxi pergi. “Tapi... bagaimana kalau kau tidak kembali tepat waktu?”

Zienxi menunduk, menatap mata Vuyei yang mulai berkaca-kaca. “Aku akan kembali. Dengan penawar. Kau akan tetap hidup, Vuyei. Kau harus tetap hidup. Kita belum menyelesaikan perjalanan ini.”

“Jika aku mati di sini, Kak...” gumam Vuyei pelan, “...setidaknya aku mati setelah bertarung di sisimu.”

“Berhenti bicara seperti itu.” Zienxi memotong tegas, lalu menatap langit yang mulai memudar keunguan. “Aku tidak akan membiarkanmu mati di tempat kotor seperti ini. Kau bukan hanya adikku... kau keluargaku, separuh jiwaku. Dan aku bersumpah atas nama semua yang kupelajari selama ini, aku akan menyelamatkanmu.”

More Chapters