LightReader

Chapter 49 - Pangeran bungsu

Kalimat itu menghantam titik terlemah Feliza, membuatnya melayangkan tatapan tajam pada Hans. Dirinya paling tidak suka dengan kalimat yang mengingatkannya pada Irene-orang yang seumur hidup ingin ia singkirkan beserta keturunannya.

Irene menempati posisi tertinggi di kerajaan ini, bahkan di hati Raja Philip. Keberadaannya selalu dikenang indah dan secara bersamaan, membuatnya terlihat seperti bayangan.

Sekeras apapun usahanya untuk tampil sempurna, semua orang pasti selalu membandingkannya dengan Irene-yang memang lebih baik darinya. Feliza membenci Irene sampai ke tulang dan tetesan darah terakhir.

Oleh karena itu, ia tidak akan membiarkan sekecil apapun kehadiran Irene dalam hidupnya, bahkan keberadaan Ethan juga akan ia musnahkan.

Hans terkekeh licik dan berkata dengan nada main-main, "baiklah baiklah, anda tenang saja. Tidak baik seorang Ratu bertingkah dengan didasari emosi pribadinya."

Feliza diam saja, enggan menanggapi kalimat sarkas itu. Setelah dirasa cukup, Hans bangkit dan melakukan penghormatan selayaknya kepada Ratu untuk pamit.

Wanita itu terdiam lama, bibirnya naik dan menyeringai penuh arti, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Sementara jauh dari jangkauan keduanya, seseorang memperhatikan dengan tatapan penuh dendam. Amarah menyelimuti hatinya dan sekian detik kemudian, dia berbalik pergi.

Malam harinya, setelah makan malam Ethan meminta Evelyn untuk menemuinya di ruang kerja. Ia ingin membicarakan rencana mereka yang kemungkinan akan sedikit tertunda karena masalah baru baru ini.

Evelyn masuk dengan tenang, tanpa kata ia segera duduk di sofa kesukaannya, gadis itu sedikit penasaran dengan jawaban Raja. Kapan mereka bisa mengungkapkan sesuatu tentang racun Lican, juga agar ia dapat segera menyelesaikan misi.

Kane yang selalu mendampingi Ethan pun segera pamit keluar untuk mengawasi keadaan.

Tanpa menunggu Ethan berbicara, ia langsung bertanya, "Bagaimana?"

Ethan sedikit menghela napas. "Ada sedikit masalah sekarang, Raja menyuruh kita tidak pergi untuk sementara waktu sambil menunggu keadaan membaik."

Evelyn mengerutkan kening bingung, masalah apa lagi yang ditimbulkan oleh orang-orang itu. "Mengapa? Apa yang terjadi?"

"Marquess sepertinya menggunakan ini untuk menyerang kita balik. Dia menyebarkan spekulasi bahwa penyerangan di hari perburuan kemungkinan dilakukan oleh musuh. Karena racun itu hanya ditemukan di Kerajaan ini, banyak orang berasumsi bahwa seseorang dari Kerajaan inilah yang telah bekerjasama dengan musuh."

Evelyn terdiam berpikir kemudian mengangguk paham. "Lalu, kaulah yang telah dicurigai sebagai kaki tangan musuh?"

"Ya, karena hanya akulah yang paling sering keluar masuk di Kerajaan ini. Kemungkinan besar itulah yang diinginkan Marquess, membuat reputasiku semakin hancur dan rakyat tidak akan percaya padaku."

Walaupun biasanya rakyat memang tidak pernah berada di pihaknya, tapi mereka masih terbilang menghormatinya karena status dan prestasinya di Kerajaan ini.

Evelyn berdecak sambil menghela napas kesal, Marquess itu benar-benar pria yang menjijikkan dan tidak punya hati nurani. Bagaimana bisa Ethan yang bertahun-tahun keluar masuk di kerajaan karena perang ini menjadi sasaran fitnah dan dimanfaatkan.

"Dan apa sekarang rumor itu sudah disebarkan?"

"Belum, Simon telah memblokirnya. Dan kemungkinan juga pria itu menunggu waktu yang tepat untuk menyebarkannya kepada publik. Atau mungkin juga, mereka menunggu kita membuat gerakan. "

Di ruang rapat kerajaan tadi, ia melihat bahwa Marquess itu sempat ingin menyenggolnya dengan pertanyaan menyudutkan.

Tapi sebelum itu terjadi, Simon telah lebih dulu maju dan membeberkan beberapa fakta yang mengarah kepada bukti adanya keterlibatan seorang bangsawan di kerajaan ini, bukan musuh.

Analisis itu langsung membuat diskusi memanas dan masing-masing membuat beberapa kesimpulan dalam hati.

Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing, "Hal itulah yang membuat Raja meminta kita untuk tidak bepergian atau pergi keluar istana selama beberapa waktu. Jadi kita tidak bisa keluar, kau juga bisa menyelesaikan masalah tokomu dulu sebelum kita pergi."

"Baik," balas Evelyn singkat, kemudian ia berdiri. "Kalau begitu selamat malam."

"Ya." Jawab Ethan dengan senyum tipis.

***

Cahaya bulan remang-remang masuk melalui jendela, menerangi beberapa orang yang sedang duduk di depan meja bundar ditemani beberapa botol minuman.

"Louis, apa rencanamu sekarang."

Pria yang ditanyai itu sedang menegak beberapa cangkir minuman dengan ekspresi dingin.

Hatinya dingin memikirkan bahwa ayah dan bahkan Ibunya hanya memikirkan kesejahteraan dan tahta kakaknya saja.

"Apa lagi, Louis pasti akan merebut semuanya." Pertanyaan tadi dijawab oleh pria lainnya yang menimbulkan tawa di ruangan tertutup itu.

Louis yang sedang minum itu meneguk keras dan meletakkan gelas itu dengan kasar.

Mereka menghentikan tawa dan terdiam, sangat jelas terlihat mata merah dan ekspresi marah pria itu. Sepertinya pangeran ketiga kita yang terkenal ramah dan baik telah mabuk.

"Brengsek! Bajingan! Leonardo itu, dan Ethan. Mereka berdua tidak boleh berhasil. Aku yang seharusnya menjadi Raja, aku! Rakyat lebih memperdulikan aku, rakyat lebih menyukaiku, aku yang seharusnya naik tahta!" Louis berucap dengan nada dingin dan kasar, hatinya sudah dikuasai amarah.

"Aku yang lebih banyak bekerja keras dari dulu, tapi mengapa hanya Leonardo saja yang layak dijadikan sebagai Pangeran Mahkota. Mengapa semua orang tidak pernah mempertimbangkan aku!"

Louis bergumam marah dan berteriak beberapa kali. Ia jelas marah ketika Leonardo hanya diam di istana mengurus pemerintahan tapi selalu mendapatkan pujian dan dukungan rakyat.

Dan Ethan yang telah lama absen dari Kerajaan bahkan sudah menemukan banyak pendukung. Mengapa dia seakan tidak terlihat? Apa hanya karena dia pangeran ketiga? Paling bungsu? Padahal dia hanya berjarak dua tahun dengan kakak-kakaknya.

Mengapa hanya mereka yang diperdulikan oleh Raja dan Ratu. Mengapa hanya mereka yang dibanggakan dan diberikan kepercayaan.

Padahal ia dengan susah payah membuat reputasi baik dan berpura-pura ramah kepada semua orang. Dia ikut kegiatan sosial, mengajari mereka pengetahuan bahkan ikut memberi makan rakyat yang bau dan miskin itu. Tapi mengapa ia hanya selalu mendapatkan tempat kedua dan tinggal dibalik bayangan kakaknya.

Ia menyukai seorang gadis tapi juga harus mengalah dengan Leonardo hanya karena pria itu Pangeran Mahkota? Cih mengapa tidak dia saja yang menjadi Pangeran Mahkota, ia ingin memiliki semuanya, semua yang dimiliki pria itu.

Sekarang Ethan datang dan dengan beraninya mendapatkan tempat lebih tinggi darinya bahkan setelah menghilang dari Kerajaan selama bertahun-tahun.

Ethan hanya sedikit memperlihatkan potensinya tapi semua orang langsung mempertimbangkannya untuk menjadi calon Pangeran Mahkota yang lain.

Sedangkan ia, yang telah berusaha dari dulu bahkan tidak terlihat. Mereka pikir ia melakukan semua kegiatan itu secara sukarela hah?! Sungguh naif!!

Louis menganggap semua ini tidak adil baginya, ja juga pantas mendapatkan kesempatan yang sama tapi kenapa orang-orang hanya melihat Leonardo dan Ethan saja?

Bahkan Raja dan Ratu juga tidak pernah mempertimbangkannya, mereka hanya menganggap ia anak kecil yang tidak pantas dan tidak sehebat kakak-kakaknya.

Gerald geleng-geleng melihat tingkah dan kebiasaan buruk temannya itu.

"Sudahlah Louis, lupakan saja rencana mu itu. Mari kita hidup seperti ini saja, kita bebas dan bisa bersenang-senang kapanpun tanpa terikat aturan kerajaan yang menyebalkan itu."

"Ck kau lupa? Kita bebas, saking bebasnya sampai tidak bisa mempunyai apa-apa. Aku ingin menjadi Raja, aku ingin memiliki semua yang ku inginkan. Tahta, kehormatan bahkan wanita."

More Chapters