LightReader

Chapter 158 - BAB 149 : BUNGA ES ABADI MEMILIH TUANNYA

Kematian di Jurang

​Perintah Lin Feng melepaskan batas akhir dari pengendalian diri para murid.

Sesaat setelah Qin Tianyang melompat, Jurang Penempaan Jiwa meledak dalam konflik terbuka yang mengerikan.

Bunga Es Peninggalan menjadi magnet yang menarik kehebatan dan keserakahan mereka.

​Pergerakan Qin Tianyang Tipuan dan Agresi

​Qin Tianyang adalah yang tercepat.

Ia menyalurkan energi kasar yang ia tempa di bawah ajaran Lin Feng, bergerak dengan kecepatan yang brutal, seolah-olah ia memang ditakdirkan untuk menjadi yang pertama.

​Namun, lompatannya dihadang oleh Ye Chen.

​Ye Chen (Wajahnya beringas, semua arogansi sosialnya lenyap, digantikan oleh naluri bertahan hidup)

​"Kau tidak akan pernah mendapatkannya, Murid Ketiga sialan! Aku adalah yang pertama!"

​Ye Chen melepaskan Teknik Gelombang Gravitasi serangan energi padat yang didorong oleh kemarahan.

​Qin Tianyang tidak melawan energi itu secara langsung. Ia menggunakan kecepatan yang dipaksakan Lin Feng untuk menghindari Gelombang Gravitasi dan membiarkannya menghantam Jian Wushuang yang berada di belakang.

​[Dialog Internal Qin Tianyang]

​Aku tidak boleh menghabiskan energi untuk Ye Chen! Lin Feng mengawasi. Aku harus menunjukkan keahlianku yang brutal, bukan keberanian yang sia-sia!

​ Pedang yang Menegaskan

​Gelombang Gravitasi Ye Chen yang tak terduga datang tepat ke arah Jian Wushuang.

Alih-alih menghindar, Jian Wushuang menyeringai.

​"Teknik yang kacau, Ye Chen! Kau benar-benar hanya berfokus pada kekuatan mentah!"

​Dengan gerakan cepat, Jian Wushuang menarik penuh pedangnya dan membelah Gelombang Gravitasi itu menjadi dua, menciptakan celah energi yang aman.

Ia menggunakan Intent Pedang murninya, mengubah serangan energi menjadi momentum untuk meluncur ke arah Bunga Es.

​Jian Wushuang (Mengarah pada Qin Tianyang yang kini mendekati bunga)

​"Aku tidak peduli dengan harta, aku peduli dengan ujian! Jika kau alat yang sempurna, buktikan! Hadapi pedangku!"

​Jian Wushuang melepaskan tebasan yang membawa energi Jurang bersamanya sebuah tebasan yang merobek ruang.

​Intervensi Mo Li Benang Tak Terlihat

​Tepat sebelum tebasan Jian Wushuang mencapai Qin Tianyang, Mo Li bergerak.

Dia tidak melompat. Ia melepaskan untaian energi tak terlihat, seperti benang sutra tipis, dari tempatnya berdiri.

​Benang-benang itu melilit pergelangan tangan Jian Wushuang dan Qin Tianyang secara bersamaan, menarik dan membelokkan mereka berdua keluar dari jalur Bunga Es.

​Mo Li (Suaranya tenang, tetapi dingin dan mengancam)

​"Terlalu cepat, Tuan-tuan. Kekuatan bukan hanya tentang kecepatan atau arogansi. Ini tentang kontrol.

Jika bunga itu jatuh, kita semua kehilangan Hadiah Guru. Berebut lah dengan etika yang mematikan."

​Mo Li, dengan kecerdasannya, menggunakan energi sisa dari Jurang untuk memanipulasi medan pertempuran, memastikan bahwa perebutan itu akan berlarut-larut, dan semua orang akan saling melemahkan.

​Qin Tianyang vs. Semua: Kekejaman

​Pertarungan pun berubah menjadi tarian kekejaman.

​Ye Chen menyerang Qin Tianyang dengan ganas, mencoba membuktikan bahwa ia adalah murid terkuat di mata Guru.

​Jian Wushuang menyerang keduanya, mencari duel yang layak untuk menguji pedangnya.

​Mo Li secara halus memanipulasi benang energinya, memastikan setiap serangan dan pertahanan hanya membawa kesakitan, bukan kemenangan instan.

​Qin Tianyang berada di tengah, mempertahankan diri sambil terus menyalurkan arogansi yang ia tiru dari Lin Feng hasil pelatihannya selama ini. Ia harus menahan Ye Chen tanpa membunuhnya, menipu Jian Wushuang tanpa menggunakan seluruh kekuatannya, dan mengabaikan Mo Li agar terlihat fokus pada hadiah.

​Ia berhasil menghindar dari serangan gabungan, menggunakan teknik Gerak Ilusi barunya (hadiah Lin Feng) untuk muncul tepat di bawah Bunga Es.

​Qin Tianyang melesat (Sambil meraih bunga itu, ia menatap ke atas tebing)

​"Hadiah ini milikku, Guru!"

​Namun, tepat saat jari-jarinya hampir menyentuh bunga itu, Ye Chen dan Jian Wushuang, yang terprovokasi oleh kemenangannya yang mendadak, melepaskan serangan gabungan terakhir mereka.

​Qin Tianyang harus menjatuhkan Bunga Es itu atau menerima serangan ganda yang fatal.

​Serangan ganda itu datang dengan kekuatan yang tak terhindarkan.

​Ye Chen, didorong oleh amarah dan keserakahan yang diperbolehkan oleh Lin Feng, melepaskan sisa energinya dalam serangan Gelombang Gravitasi yang mematikan, menargetkan dada Qin Tianyang.

Sementara itu, Jian Wushuang, yang hanya peduli pada kesempurnaan pertempuran, melepaskan tebasan murni Intens Pedang yang mengarah lurus ke titik meridian vital di punggung Qin Tianyang.

​Qin Tianyang berada di udara, jari-jarinya hanya berjarak satu inci dari Bunga Es Peninggalan yang melayang. Ia bisa saja melepaskan bunga itu dan mencoba menghindar, tetapi ia teringat perintah Lin Feng: Aku ingin melihat kehancuran yang paling indah.

​Jika ia menghindar, itu adalah tanda kelemahan, dan Lin Feng akan mencampakkannya. Jika ia mati, rencananya untuk menggunakan Bunga Es sebagai tameng penyamaran akan hancur.

​Pilihan yang Kejam

​Dalam sepersekian detik yang terasa abadi, Qin Tianyang membuat keputusan yang kejam. Ia tidak menghindar. Ia meraih Bunga Es Peninggalan itu dan menghantamkannya ke dadanya sendiri, membiarkan energi esensi murni itu langsung menyerap ke dalam inti spiritualnya.

​Tepat saat ia menelan esensi Bunga Es, serangan ganda itu menghantamnya.

​Gelombang Gravitasi Ye Chen menghantam dada Qin Tianyang, sementara Intent Pedang Jian Wushuang menembus punggungnya. Suara benturan itu memecah keheningan di Jurang.

​Tubuh Qin Tianyang terpelanting ke bawah, menabrak bebatuan Jurang. Darah menyembur dari mulutnya.

​Ye Chen (Terengah-engah, euforia sesaat muncul di wajahnya)

​"Selesai! Dia mati. Bunga itu milikku!"

​Jian Wushuang: (Wajahnya datar, tetapi matanya menunjukkan kekecewaan)

​"Dia memilih mati. Tekad yang kuat, tetapi eksekusi yang bodoh."

​Mo Li memejamkan mata, memproses kerugian ini.

​Intervensi Lin Feng

​Di atas tebing, Lin Feng, yang selama ini mengamati dengan santai, tiba-tiba berdiri.

Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan atas hilangnya harta karun, melainkan kegembiraan murni dan dingin.

​Lin Feng (Suaranya bergetar dengan antisipasi)

​"Oh, tidak, dia tidak mati. Dia baru saja memilih untuk menjadi senjata yang paling sempurna."

​Saat Lin Feng berbicara, Jurang mulai bergetar. Energi Bunga Es Peninggalan yang seharusnya menyembuhkan dan memurnikan kini bercampur dengan energi destruktif yang disuntikkan Lin Feng ke dalam tubuh Qin Tianyang.

​Kebangkitan Sang Murid Mematikan

​Di tengah genangan darah, tubuh Qin Tianyang mulai bercahaya. Cahaya biru es dari Bunga Es bercampur dengan aura hitam pekat dari penempaan Lin Feng.

​Ia bangkit, perlahan. Luka di dada dan punggungnya menyembuh dengan kecepatan yang mustahil.

Namun, ia tidak lagi terlihat seperti Qin Tianyang yang mereka kenal.

​Matanya kini berwarna es gelap. Auranya adalah perpaduan menakutkan antara keahlian tunggal yang mematikan (dari Bunga Es) dan kekejaman yang dipaksakan (dari Lin Feng).

​Qin Tianyang mengangkat tangan. Ia tidak merasakan sakit, hanya kekuatan absolut yang terfokus. Ia telah menjadi murid mematikan yang diinginkan Lin Feng.

​Ia menatap Ye Chen, yang kini mundur ketakutan, dan Jian Wushuang, yang kini memegang pedangnya dengan waspada.

​Qin Tianyang: (Suaranya dalam, dingin, dan benar-benar tanpa emosi, sebuah resonansi sempurna dari kehendak Lin Feng)

​"Kau gagal membunuhku. Kini, kalianlah yang lemah."

​[Dialog Internal Qin Tianyang]

​Aku selamat. Tapi aku telah membayar harganya. Aku telah menjadi boneka yang sempurna. Sekarang, Aku harus memainkan peran ini sampai aku menemukan cara untuk mematahkan kehendak Anak Ilahi.

​Lin Feng tertawa terbahak-bahak di tebing, suaranya menggema di seluruh Jurang. "Sempurna! Akhirnya, Aku memiliki Murid Mematikan yang Aku inginkan!"

​Qin Tianyang telah berhasil. Ia mengambil Bunga Es dan selamat dari serangan fatal, namun ia harus menerima serangan ganda yang mematikan itu sebagai harga penyamaran dirinya.

​Qin Tianyang ambruk berlutut, tubuhnya lunglai setelah menahan konflik internal yang hampir fatal. Ia berhasil menstabilkan diri, tetapi ia terlihat sangat lemah, seperti boneka yang talinya putus. Meskipun Bunga Es secara internal telah disimpan dan dikendalikan, di mata para murid dan, yang paling penting, di mata Lin Feng, ia hanya berhasil membawa dirinya ke jurang maut.

​Aku berhasil, pikir Qin Tianyang, merasakan esensi bunga yang kini tersembunyi jauh di inti terdalamnya. Aku telah menipu Lin Feng.

​Namun, tak terduga, Bunga Es Peninggalan yang ia yakini telah ia kuasai, bereaksi secara fisik.

​Penolakan Kedua

​Bunga Es itu, yang kini telah bercampur dengan darah Qin Tianyang, tidak benar-benar diserap sepenuhnya. Tiba-tiba, ia bersinar dengan cahaya biru yang sangat terang dan murni.

​Tubuh Qin Tianyang yang lunglai di tanah terangkat ke udara oleh kekuatan spiritual yang tak terlihat, seperti sedang diuji oleh entitas tertinggi.

​Lin Feng: (Matanya menyipit dari atas tebing, terkejut)

​"Apa lagi ini?! Benda mematikan ini berani menolak Tuan Barunya?"

​Bunga Es Peninggalan itu, yang kini melayang di depan dada Qin Tianyang, mulai berputar cepat. Energi spiritual yang menyelimuti bunga itu terasa seperti jari yang mencari. Mencari kesamaan.

​Ye Chen: (Menunjuk)

​"Lihat! Bunga itu menolaknya! Dia terlalu kotor untuk harta karun murni!"

​Mo Li menyipitkan mata, menyaksikan alur takdir yang berbalik. [Dialog Internal Mo Li] "Bunga Es ini mencari jiwa yang paling murni, yang paling putus asa. Bukan yang paling kuat atau paling ambisius."

​Bunga Es Memilih Luo Xuanyin

​Cahaya Bunga Es Peninggalan itu berputar cepat, melintasi wajah angkuh Ye Chen, menembus aura tekad Jian Wushuang, dan melewati perhitungan Mo Li. Akhirnya, cahaya itu berhenti, tertuju pada satu orang Luo Xuanyin.

​Luo Xuanyin masih berlutut, babak belur, tetapi matanya memancarkan kepolosan dan putus asa yang murni dialah yang pertama menemukannya.

​Bunga Es itu, seolah-olah didorong oleh kehendak alam semesta, terlepas sepenuhnya dari aura Qin Tianyang dan melesat melintasi Jurang, menuju Luo Xuanyin.

​Qin Tianyang terjatuh kembali ke tanah, kini benar-benar lemah. Ia merasakan kekalahan batin yang pahit, Ia berhasil menipu Lin Feng, tetapi alam telah menipu dirinya sendiri.

​Bunga Es itu mendarat lembut di tangan Luo Xuanyin.

​Lin Feng berdiri menegang tangannya mengepal tinjunya. (Terdengar geraman keras dari tebing. Perintahnya telah diabaikan, dan harta itu memilih yang terlemah)

​"Tidak! Hentikan! Kau, Luo Xuanyin, jangan berani-beraninya menyerapnya!"

​Namun, Bunga Es itu telah memilih. Begitu menyentuh tangan Luo Xuanyin, bunga itu larut menjadi esensi cahaya murni, meresap ke dalam tubuh Luo Xuanyin. Luo Xuanyin menjerit kesakitan singkat, tetapi kali ini, jeritan itu diikuti oleh kekuatan spiritual yang melonjak kekuatan yang benar-benar murni dan terfokus.

​Dia telah menjadi Murid Mematikan yang murni, bukan yang brutal.

​Luo Xuanyin kini berdiri, auranya tenang, tetapi matanya mengandung ketajaman yang belum pernah ada sebelumnya. Dia bukan lagi yang lemah, tetapi master dalam keahlian tunggalnya.

​Konsekuensi dan Tekanan

​Lin Feng melepaskan gelombang energi spiritual yang menghancurkan di Jurang.

​Lin Feng (Suaranya penuh amarah dingin)

​"Permainan telah berakhir! Aku mengizinkan perebutan, dan Aku mendapatkan hasil yang tidak Aku inginkan! Luo Xuanyin, kau akan membayar mahal untuk anugerah yang tidak kau minta ini!"

​Di tanah, Qin Tianyang tersenyum pahit, meskipun tubuhnya sakit. [Dialog Internal Qin Tianyang] "Kekacauan yang sempurna. Lin Feng sekarang marah. Luo Xuanyin memiliki kekuatan yang tidak dapat dia kendalikan. Dan aku... aku bebas dari kecurigaannya, tetapi kehilangan kendali atas aset penting."

​Pertarungan perebutan telah usai, tetapi konflik sesungguhnya, yang dipimpin oleh kemarahan Lin Feng, baru saja dimulai.

Kelahiran Dewi Es yang Mematikan

​Kemarahan Lin Feng terhenti di udara. Bukan karena ia takut, tetapi karena pemandangan di hadapannya terlalu luar biasa, terlalu sempurna secara estetika untuk dihancurkan.

​Esensi Bunga Es Peninggalan telah menyatu sepenuhnya dengan Luo Xuanyin, tetapi hasilnya jauh melampaui harapan siapa pun.

​Transformasi Mutlak

​Tubuh Luo Xuanyin yang babak belur mendadak diselimuti lapisan es tipis. Es itu bukan hanya pelindung, melainkan kristalisasi keahliannya.

​Rambutnya, yang semula gelap dan biasa, berubah total menjadi putih keperakan seputih salju abadi. Fitur wajahnya, meskipun terpahat dengan kecantikan surgawi seperti dewi atau peri yang turun ke dunia memancarkan ketajaman yang mengerikan, seolah-olah setiap garis di wajahnya mampu mengiris jiwa.

​Pakaiannya yang kotor dan compang-camping akibat latihan brutal kini bersinar. Cahaya esensi murni membentuk kembali kain itu menjadi gaun berlapis salju yang bercahaya, memancarkan aura dingin yang agung.

​Luo Xuanyin bukan lagi murid yang rapuh. Dia adalah manifestasi hidup dari keahlian tunggal yang mematikan.

​Keahlian Tanpa Sentuhan

​Luo Xuanyin perlahan mengangkat tangan kanannya yang kini sehalus porselen es. Ia tidak menyerang, tidak pun mengeluarkan ancaman. Ia hanya melakukan gerakan menyapu ringan, seperti seorang penari yang melibas udara.

​Luo Xuanyin (Suaranya kini resonan, dingin, dan jernih seperti lonceng kristal)

​"Kekuatan yang kalian cari... adalah kekacauan. Kekuatan yang kucari... adalah kemurnian."

​Tepat saat tangannya melibas, salju indah yang terdiri dari pecahan energi spiritual murni tiba-tiba berhamburan ke udara Jurang yang panas.

​Salju itu bukan dingin biasa. Ia membawa beban spiritual yang luar biasa, membuat udara seketika menjadi sesak dan berat.

​Para murid, yang sudah kelelahan dan babak belur:

​Ye Chen, yang baru saja berdiri, merasakan tekanan di dadanya seperti dihantam gunung es. Ia menjerit kesakitan dan terpaksa membungkuk dengan paksa, lututnya hampir menyentuh tanah.

​Jian Wushuang, yang paling tahan banting, menancapkan pedangnya ke tanah untuk menopang diri, tetapi bahunya bergetar hebat. Darah menetes dari sudut mulutnya saat ia mencoba melawan tekanan.

​Mo Li langsung memuntahkan darah, terkejut. Meskipun ia cerdas, ia tidak bisa memprediksi kekuatan fisik dan spiritual yang mendominasi ini.

​Luo Xuanyin, sang Ahli Bela Diri yang tercipta dalam sekejap, bahkan tidak perlu menyentuh mereka. Ia hanya melibas sekumpulan pesaing yang ia anggap "sampah" dengan energi dari aura keberadaannya yang baru.

​Kebisuan Lin Feng

​Di tebing, Lin Feng membeku. Wajahnya yang arogan kini menunjukkan kekaguman, yang dengan cepat berubah menjadi kemarahan karena kontrolnya dilanggar.

​Lin Feng

​"Tidak... Ini bukan kekacauan yang Aku inginkan! Bunga Es itu menciptakan keagungan yang tidak terikat pada kehendak-Ku!"

​Qin Tianyang, yang masih terhuyung, kini menatap Luo Xuanyin. Ia menyadari

​Bunga Es itu memang hanya memilih kemurnian. gadis sedingin es .

​Luo Xuanyin, dalam satu gerakan, telah melampaui semua murid elit, termasuk dirinya, di bidang keahlian tunggal.

​Kini, Luo Xuanyin, Sang Dewi Es, menjadi variabel baru yang paling tidak terduga, berdiri sebagai kekuatan murni yang menentang baik kekejaman Lin Feng maupun ambisi murid lainnya.

​Ia bukan lagi bidak catur, melainkan kekuatan alam yang baru lahir.

More Chapters