LightReader

Chapter 8 - Sangkar, Benarkah?

Mengapa Kau Sebut Ini Sangkar?

Saat kubenturkan ilusi dengan kepalan yang retak,

Mereka malah menutup telinga rapat-rapat,

“Kami telah memberimu segalanya. Mengapa kau tetap tak tahu syukur, nak?”

Kalian memberiku taman dengan pohon-pohon plastik,

Jadi, apa yang kau maksud memberi segalanya? Wahai Tuan yang paling merasa benar.

Kalian memberi langit dengan awan dalam bentuk lukisan dinding,

Pintu yang hanya bisa terbuka ke dalam. Tanpa jalan, tanpa arah, tanpa ruang.

Kalian tak membesarkanku untuk terbang,

Kalian membesarkanku untuk diam.

Kalian tak mengayomiku dengan segenap hati.

Kalian mengayomiku dengan nurani yang picik.

Dan saat kubongkar langit-langit palsu itu,

Dan kupilih hutan liar daripada dinding beludru yang kalian banggakan,

Kalian berbisik sinis,

“Bagaimana mungkin kau tega menyebut ini sangkar?”

Aku hanya tersenyum.

Karena aku lahir untuk melihat langit, bukan untuk menghafal dinding.

More Chapters