LightReader

Chapter 2 - 03 KEANEHAN ERLAN

"Mau ngapain ngajak gue kesini? Lo mau macem-macem 'kan karena lo udah jatuh cinta. Tapi maaf, walaupun gue sering datang terlambat, membersihkan wc kalau untuk gitu-gitu maaf gue nggak bisa!" oceh Maura sambil menatap Erlan dengan tatapan menelisik. Ia juga tampak melihat sekeliling mereka yang dipenuhi oleh pohon jambu, mangga, rambutan yang sudah berbuah.

Jiwa manjat dan mencurinya jadi meronta-ronta. Dia jadi fokus sama pohon-pohon ini daripada Erlan, kenapa sekarang pohon ini sangat menggoda sekali?

"Emang gue mau ngapain lo?" tanya Erlan, dia benar-benar tidak habis pikir melihat pola pikir Muara yang baginya hanya sekecil badan Maura. Sudah kecil, pendek, cerewet lagi! lengkap banget memang Maura ini.

Maura yang ditanya seperti itu hanya mampu mengendikkan bahu. Dirinya benar-benar tidak fokus karena sudah melihat pohon-pohon yang sudah siap untuk dipanjat dan buahnya sudah pantas untuk dipetik dan dimakan.

"Kok gue baru tahu kalau dibelakang sekolah ada pohon-pohon beginian?" tanya Maura yang kini sudah berjalan kesana kemari untuk melihat keadaan sekiranya kapan ia akan beraksi untuk menikmati semua buah-buahan yang sangat mengunggah selera.

"Makanya jangan bolos doang! Cinta sama gue tapi tetap aja bolos sekolah, datang terlambat dan lebih parahnya suka dihukum lagi karena nggak buat pr udah gitu kalau guru menjelaskan bukannya memperhatikan malah cerita sama Karina. Gila!" omel Erlan.

Maura menganga, ternyata, ternyata selama ini Erlan memperhatikan dirinya secara diam-diam? Omaygat! Ginjalnya langsung tidak beraturan eh, ralat maksudnya jantungnya sudah tidak aman! Untung saja tidak jatuh dari tempatnya.

"Malah senyum-senyum, kesambet lo?"

Maura menggeleng sambil terus tersenyum dengan pipi yang sudah merona.

"Berarti selama ini lo merhatiin gue kan? Ngaku nggak! Kalau nggak ngaku kita pacaran sekarang juga."

Skakmat! Satu kosong, Erlan langsung terdiam dan merutuki dirinya sendiri kenapa ia bisa sampai keceplosan? Kalau ia tidak mangaku akan menjadi pacar perempuan aneh yang berada didepannya namun, kalau ia jujur sama aja ia akan menanggung malu karena sudah terciduk.

Maura berjalan mendekati Erlan sambil terus tersenyum dengan mata yang ia buat sesipit mungkin.

"L-lo mau ngapain dekat-dekat?" tanya Erlan dengan gugup. Walaupun Maura perempuan yang aneh tapi siapa yang gemas dengan wajah lucu dan baby face Maura. Ditambah lagi dengan alis yang sedikit tebal dan bulu mata yang lentik menambah ciri khas tersendiri.

"Jujur atau kita pacaran?" desak Maura yang kini hanya berjarak sekitar satu langkah orang dewasa. Sedekat itu ia dengan Erlan hanya demi ingin membuat pria itu mati kutu. Padahal, dia sudah gugup setengah mati namun harus menahannya agar tetap stay cool.

"Gue merhatiin cuma karena bertanggung jawab doang sama anggota. Kenapa, emang salah?" elak Erlan.

Maura yang mendengar langsung memicingkan matanya seraya lebih mendekatkan wajahnya ke Erlan.

"Yakin? Bukannya gue bukan anggota OSIS yah? Jadi, kenapa harus diperhatikan juga sementara banyak yang lain yang harus lo perhatikan. Udah cinta banget nih sama gue? Atau udah terhanyut sama pesona Maura Azretta?" ejek Maura.

Erlan benar-benar dibuat layaknya patung oleh Maura. Gimana caranya menyelamatkan diri dari Maura? Pikiran Erlan mendadak tiba-tiba buntu hanya untuk sekedar berpikir.

"Muka lo lucu! Kayak lagi nahan berak," setelah berkata Maura langsung pergi meninggalkan Erlan dengan tawa yang sudah menggema. Maura benar-benar sangat menguji kesabaran Erlan.

Setelah Maura pergi barulah Erlan bisa bernapas dengan lega. Kenapa ia bisa ceroboh seperti tadi? Benar-benar diluar kenadalinya. Apa benar ia sudah mencintai Maura?

"Gila! Nggak mungkin gue cinta sama perempuan aneh gitu." lirih Erlan sambil berusaha menghilangkan bayang-bayang Maura yang tiba-tiba saja ada dipikirannya. Ketawa Maura, suara cemprengnya. Argh kenapa bisa seperti ini?

Di kelas XII - B,

"Kamu darimana Maura? Emangnya nggak tahu kalau bel pelajaran sudah berbunyi? Ibu sudah hampir 15 menit berdiri dan menjelaskan materi kepada teman-teman kamu tapi kamu malah tidak berada di kelas." omel Buk Santi. Dia ini adalah guru yang paling muda namun paling galak diantara semua guru yang mengajar di sekolah Nusa Bangsa ini.

Maura tampak berjalan mendekati Buk Santi dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Setelah itu ia dipersilahkan untuk duduk dan mengikuti pelajaran.

"Lo bisik apaan sama kawannya Mei-mei?" bisik Karina, lihatlah Karina dia seolah-olah tidak merasa bersalah karena sudah meninggalkan Maura berdua dengan Erlan. Tapi, ada untungnya juga bisa berdekatan dengan Erlan.

"Gue bilang kalau misalnya bocor dan lupa bawa roti jepang jadinya, dia berusaha untuk memaklumi dan menyuruh untuk duduk deh," jelas Maura. Kalau soal berbohong dia jagonya wajar anak strict parents harus pandai-pandai mencari alasan jika tidak mereka tidak diperbolehkan untuk keluar rumah.

"Pinter banget sahabat gue eh tapi, goblok dalam percintaan soalnya bertepuk sebelah tangan," ejek Karina.

"Biarin! Daripada suka sama yang beda agama." Spontan langsung membuat Karina terdiam dengan muka yang masam. Tak lupa mulutnya komat-kamit seperti baca mantra.

"Erlan! Kamu darimana saja? saya sudah berdiri disini dan kamu baru datang, atau jangan-jangan kamu sama Maura kan kalian berdua kan?"

Mendengar ucapan dari Buk Santi langsung membuat satu kelas heboh. Ada yang menyoraki, memukul-mukul meja dan ada juga yang pura-pura kejang-kejang. Sementara Maura? Dia tidak masalah malahan senang karena disorak-soraki dengan Erlan orang yang memang ia sukai.

Rasanya, kayak ada manis-manisnya namun ini bukan lagi iklan sinetron ataupun iklan produk.

"Saya ada urusan tadi Buk, makanya bisa telat."

Erlan tidak sepenuhnya berbohong karena setelah ia menemui Maura ia dipanggil oleh Buk Hani untuk membahas acara bazar yang akan dilaksanakan minggu-minggu ini.

"Baiklah, silahkan duduk." putus Buk Santi. Ia kembali menjelaskan materi pelajaran.

"Bahagia kan lo?" tanya Erlan begitu sampai ditempat duduknya. Ia dan Maura memang duduk berdekatan kalau Karina didekat dinding, Maura didekat luarnya jadi pastinya akan lebih dekat dengan teman disamping kanannya.

"Tentu," jawab Maura dengan senyum sumringah.

***

"Ciee ... Yang sama-sama punya urusan." ejek Kenzo sambil menaik-turunkan alisnya dengan cengiran yang bagi Erlan adalah cengiran mematikan.

Kenzo memang tidak pernah kapok dalam membuat Erlan emosi walaupun digebuki, Erlan marah-marah dia seakan-akan tidak perduli dan akan membuatnya lagi dikemudian hari. Seperti ini contohnya sekarang.

"Urusan apaan? Urusan pacaran kali," cibir Fano, mereka memang tidak akan pernah berhenti kalau soal mengejek Erlan dengan Maura. Dari kelas hingga kantin mereka terus bertanya kejadian sebenarnya, kejadian apa lagi cobak?

"Mereka pacaran nih?" tanya Bima, ia memandang mereka secara bergantian dan menyeritkan dahi saat bertatap muka dengan Kenzo dan Fano.

"Kalian kenapa?" tanya Bima, ia hanya mendapatkan tatapan penuh dendam dan amarah pada Kenzo dan Fano. Memangnya Bima salah apa pada mereka? Sehingga bisa seperti itu?

"Diem, lo nggak diajak!"

"Nah, kita nggak temenan lagi. Kita berdua anti sama orang-orang yang cepu contohnya kayak lo." sambung Fano, sebenarnya dia tidak benar-benar benci pada temannya ini namun, hanya karena ingin ikut-ikutan saja dengan Kenzo. Aneh kan? Memang rata-rata siswa sekolah Garuda memiliki keanehan tersendiri.

"Kalau gue traktir sepuasnya mau?" bujuk Bima yang langsung diangguki oleh Kenzo dan Fano. Lihatlah, sekarang mereka sudah berteman lagi hanya karena traktiran dari Bima.

"Bego!" umpat Erlan sambil memandang mereka dengan tatapan sinis.

"Lebih bego mana sama orang yang udah disukain cewe tapi dia pura-pura nggak suka. Ada emang orang seperti itu guys?" Kenzo berucap sambil menyenggol-nyenggol lengan Bima dan Fano dengan bermaksud untuk membela dirinya dalam membuly Erlan.

"Ada nggak sih? Sumpah itu orang pasti tolol" tambah Fano, mereka ini memang titisan bermulut lemes.

"Gila! Kalau gue mah bakal sikat cewe itu nggak sih? Secara cantik, mungil, walaupun rada nakal tapi nggak apa-apa daripada cewek lembut tapi berhati iblis. Munafik nggak sih?" sambung Bima sambil melirik Erlan.

"Bacot!" jawab Erlan. tiga lawan satu jelas ia kalah.

BERSAMBUNG.

dukung terus cerita ini yaa teman temann.

More Chapters