LightReader

Chapter 14 - Pertempuran di Ambang Keseimbangan

Gelombang gemuruh yang mengguncang istana semakin keras, seolah alam Arkos sendiri sedang bergejolak dengan ancaman yang datang dari luar. Edwin berdiri di depan jendela besar ruang pertemuan istana, matanya tertuju pada cakrawala yang kini dipenuhi oleh kabut hitam tebal. Bayangan besar yang melaju kencang semakin mendekat, dengan kecepatan yang menakutkan. Edwin merasa ada sesuatu yang berbeda dengan ancaman ini. Sebuah kekuatan yang tidak hanya fisik, tapi juga spiritual.

"Apa itu, Ed?" Tessa bertanya, suaranya penuh kecemasan, namun ada juga ketegasan yang menandakan bahwa ia siap menghadapi apapun yang akan datang.

"Sesuatu yang kita belum pernah hadapi sebelumnya," jawab Edwin dengan tenang, meskipun dalam hatinya ia merasa cemas. "Kekuatan ini bukan berasal dari dunia kita. Ini bukan hanya ancaman dari kekaisaran atau faksi luar. Ini lebih besar daripada itu."

Arga yang sejak tadi berdiri di dekat pintu kini mendekat, matanya penuh semangat. "Jika itu yang kita hadapi, kita harus segera bersiap. Aku tidak akan membiarkan apapun merusak Arkos."

Edwin menatap kakaknya dengan serius. "Arga, kali ini kita tidak hanya membutuhkan kekuatan. Keseimbangan Arkos yang aku pilih untuk dijaga akan diuji. Kita harus bertindak dengan hati-hati dan cerdas. Jika kita gagal, kehancuran yang akan kita hadapi bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri kita sendiri."

Tessa mengangguk, sementara Kaisar Aurathar yang sejak tadi diam akhirnya berdiri, wajahnya penuh kebijaksanaan dan ketegasan. "Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Persiapkan seluruh pasukan. Arga, kamu pimpin mereka. Edwin, Tessa, ikut aku ke ruang utama. Kita akan menghadapi ini bersama-sama."

Sementara itu, bayangan besar yang mendekat semakin jelas. Itu bukan makhluk biasa, tetapi sebuah entitas yang terbuat dari energi gelap. Wujudnya kabur, namun aura kekuatannya begitu terasa. Sesuatu yang seolah berasal dari luar alam semesta ini, dan tampaknya tujuannya jelas—menghancurkan Arkos dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Edwin merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat. Ketika ia pertama kali bertemu dengan para arwah kultivator legenda di Void Sanctum, ia diberi sebuah pilihan yang sekarang tampaknya harus ia hadapi. Ia memilih untuk menjaga keseimbangan Arkos, tetapi apakah keseimbangan itu dapat dipertahankan jika kekuatan gelap seperti ini datang?

"Edwin, ingat apa yang kamu pelajari di Void Sanctum. Keseimbangan bukan hanya tentang mencegah kehancuran, tetapi juga memahami kapan harus bertindak, kapan harus mundur," kata Kaisar Aurathar, suaranya tenang namun penuh makna. "Inilah saatnya. Jangan biarkan ketakutan menguasaimu."

Edwin menatap ayahnya, merasakan keteguhan hati sang Kaisar. Ini adalah momen penting baginya, bukan hanya sebagai seorang pangeran, tetapi juga sebagai seseorang yang harus melindungi Arkos dengan segala kemampuannya. "Aku akan melakukannya, ayah."

Mereka bertiga, bersama pasukan elit yang sudah dipersiapkan, keluar dari istana menuju medan pertempuran yang terletak di luar tembok kota. Semua mata tertuju pada mereka, para prajurit yang siap bertempur dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Tapi, kali ini, Edwin tahu bahwa kekuatan biasa tidak akan cukup untuk menghadapi ancaman yang semakin mendekat.

Tessa, yang selalu mendampingi Edwin, memberikan pandangan penuh harapan. "Kita tidak akan gagal, Ed. Kami akan mendukungmu."

Saat mereka sampai di luar kota, bayangan besar itu sudah berada di dekat mereka, menghentikan langkah semua orang. Entitas gelap itu tampaknya terhubung dengan kekuatan alam yang tidak pernah mereka temui sebelumnya. Suasana seketika berubah tegang. Edwin merasakan kekuatan yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada kekuatan apa pun yang ia rasakan sebelumnya.

"Jaga jarak!" teriak Edwin kepada pasukan elit yang telah dipersiapkan. "Tidak ada yang boleh maju terlalu cepat. Kita harus mempelajari kekuatan ini sebelum kita bertindak."

 

Sebelum ada yang sempat bergerak, suara gemuruh yang mengerikan terdengar dari dalam bayangan gelap itu. Sebuah suara yang membuat darah para prajurit membeku.

"Edwin... kau yang memilih untuk menjaga keseimbangan... apa yang kau harapkan akan terjadi? Arkos akan hancur. Tidak ada yang dapat melawan takdir!" suara itu bergema dalam udara, datang dari entitas itu, yang kini mulai membentuk dirinya.

Tiba-tiba, sebuah sosok muncul dari dalam bayangan gelap tersebut. Seorang makhluk yang tinggi besar, mengenakan armor hitam pekat yang bercahaya. Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya tampak kilatan cahaya biru yang mencuat dari dalam helmnya. Ia tidak berbicara lagi, melainkan hanya mengangkat tangannya. Dalam sekejap, angin kencang berputar mengelilinginya, menciptakan pusaran gelap yang semakin besar.

Edwin, meskipun terkejut, tetap tenang. Ia tahu bahwa ini adalah saat ujiannya. Ia mengangkat tangan, mengeluarkan energi spiritual yang kuat yang telah ia latih selama berbulan-bulan. Kekuatan yang datang dari Void Sanctum mulai mengalir melalui tubuhnya. "Keseimbangan Arkos akan tetap terjaga," gumamnya, suaranya penuh keyakinan.

Namun, meskipun Edwin berusaha keras, makhluk itu semakin kuat. Pusaran angin hitam yang terbentuk semakin besar, menelan segalanya di sekitarnya. Para prajurit yang berada di dekatnya mulai terjatuh satu per satu, tidak mampu bertahan melawan kekuatan yang mengalir dari entitas tersebut. Keseimbangan yang selama ini dijaga oleh Edwin kini diuji dengan cara yang tak terduga.

"Ini bukan tentang takdir," kata Edwin, mencoba menahan diri agar tidak terguncang. "Ini adalah pilihan yang aku buat. Dan aku akan melindungi Arkos, apapun yang terjadi."

Dengan kata-kata itu, Edwin mengumpulkan seluruh kekuatan spiritual yang ia miliki, mengeluarkan energi yang lebih besar dari sebelumnya. Tiba-tiba, angin hitam itu berhenti berputar. Makhluk gelap itu terkejut, tampaknya tidak menyangka bahwa Edwin memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan serangan tersebut.

Kehidupan Arkos, keseimbangan dunia ini, tergantung pada keputusan yang dibuat oleh Edwin. Dalam pertempuran ini, ia tidak hanya bertarung dengan makhluk dari luar, tetapi juga dengan diri sendiri—apakah ia cukup kuat untuk membawa Arkos ke masa depan yang lebih baik, atau apakah ia akan gagal dan melihat dunia ini hancur.

More Chapters