LightReader

Chapter 2 - BAB 2 : SENYUM YANG MULAI RETAK

Perjalanan keluar dungeon terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Langkah kaki Elen dan Lyrien bergema di lorong batu tanpa kata. Cahaya obor biru di tangan Elen bergoyang pelan, seiring dengan pikirannya yang kacau.

Lyrien berjalan di depannya, seperti biasa… tersenyum.

“Hei, Elen. Monster itu lumayan jelek ya. Mukanya kayak panci penyok.” Suaranya ringan, seolah mereka baru saja selesai makan siang bersama, bukan melawan makhluk peringkat A.

Elen tak menjawab.

“Eh… jangan bilang kamu jatuh cinta gara-gara aku jadi keren tadi?”

Masih tak ada respons. Hanya langkah kaki yang berhenti.

Lyrien ikut berhenti. Suasana mulai menegang.

“Apa… kamu mau tanya soal tadi?” suaranya melemah, masih mencoba terdengar santai.

Elen perlahan menatapnya. Tatapan yang tak bisa ditebak. Ada kebingungan… kekaguman… tapi juga ketakutan samar.

“Itu… bukan sihir biasa, kan?”

Lyrien menoleh perlahan. Senyumnya masih terpasang, tapi matanya mulai meredup.

“Aku... cuma... sedikit serius tadi,” katanya pelan. “Kau hampir dicakar monster, dan aku... agak panik. Hahaha...”

Tawa itu terdengar hampa.

Elen masih menatapnya, lama. Ia membuka mulut… tapi tak jadi bicara.

Dan itulah momen yang membuat jantung Lyrien mencelos. Sekecil apapun jeda itu… cukup untuk membuatnya takut.

Takut ia akan dijauhi lagi.

Seperti masa lalunya. Seperti semua orang yang lari darinya setelah melihat siapa dia sebenarnya.

Setelah kembali ke kamp luar dungeon, Elen masih diam. Ia duduk menyendiri di dekat api unggun, sementara Lyrien berpura-pura sibuk menyiapkan makan malam. Tapi senyumnya mulai pudar.

Dia mencuri pandang ke arah Elen.

“Jangan berubah… jangan menjauh… kumohon…” batinnya memohon, tapi wajahnya tetap tenang, penuh candaan seperti biasa.

Saat malam tiba dan semua tim telah tertidur, Lyrien menatap langit berbintang dari luar tenda.

“Aku tak keberatan kehilangan mana… aku tak keberatan terluka… Tapi kalau dia mulai menjauhiku… apa semua ini sia-sia?”

Untuk pertama kalinya sejak bereinkarnasi, senyum Lyrien benar-benar menghilang.

More Chapters