LightReader

Chapter 10 - Mengingat Awal Langkah

Di kamarnya yang sederhana, Fahrul merebahkan badan di kasur tipis. Lampu sudah diredupkan, hanya menyisakan cahaya temaram dari pojok ruangan. Namun matanya masih terbuka, pikirannya belum mau berhenti.

Ia teringat kembali, beberapa minggu lalu, saat Kak Amel pertama kali mengajaknya jadi panitia.

"Fahrul, mau nggak bantu di acara ini? Kita butuh anak-anak muda yang mau belajar."

Saat itu, Fahrul sempat ragu. "Aku? Bisa apa aku, Kak?" tanyanya pelan.

Kak Amel hanya tersenyum. "Bisa belajar, itu sudah cukup."

Sejak itu, langkah demi langkah ia tempuh: ikut rapat, bantu angkat barang, tulis catatan, sampai mengurus perlombaan anak-anak. Setiap malam ia pulang lelah, tapi ada rasa bangga kecil di hatinya. Dan kini, setelah acara selesai, rasa itu membesar, memenuhi dadanya.

Fahrul tersenyum sendiri di kasur. Ia tahu dirinya masih jauh dari sempurna, masih sering canggung, masih banyak salah. Tapi hari ini memberinya harapan: kalau dia terus mau belajar, mau mencoba, siapa tahu suatu hari nanti dia bisa jadi seperti Kak Amel — memimpin, menggerakkan, dan menginspirasi.

Pelan-pelan, matanya mulai berat. Ia menarik selimut tipis, memejamkan mata, dan sebelum tertidur, ia berbisik pelan, "Besok… aku mau jadi lebih baik lagi."

Dan malam itu, bintang-bintang di langit seperti ikut mengamini.

More Chapters